Seorang Jurnalis Senior Zimbabwe Ditangkap Paksa Polisi Gara-gara Kritik Korupsi
HARARE (ZIMBABWE)—Pihak kepolisian Zimbabwe menangkap seorang jurnalis Hopewell Rugoho-Chin’ono di rumahnya di Kota Harare pada Senin (20/7/2020) waktu setempat.
The Guardian melaporkan, Senin sekitar pukul 11.00 waktu setempat, Chin’ono mengirim pesan melalui media sosial ke beberapa media internasional yang berisi kabar penangkapan dirinya. Sementara itu, akun Twitter Chin’ono @daddyhope nonaktif secara tiba-tiba sejak Selasa (21/7/2020).
Penangkapan ini telah dikonfirmasi oleh Kementerian Informasi Zimbabwe melalui akun Twitter-nya @MinOfInfoZW pada 20 Juli 2020 pukul 21.28.
Pengacara Chin’ono menuturkan, jurnalis terkemuka pemenang berbagai penghargaan itu digelandang oleh delapan anggota keamanan setempat yang masuk ke rumahnya dengan cara memecahkan kaca jendela dan tanpa membawa surat perintah.
Produser Lapangan ITV News Afrika dan koresponden The New York Times Zimbabwe ini ditahan di kantor polisi pusat. Ia baru diberi tahu alasan penangkapannya setelah lima jam berada di sana.
Pihak kepolisian Zimbabwe merilis berita acara penangkapan pria lulusan Harvard University ini. Dalam surat tertanggal 21 Juli 2020 itu, Chin’ono dan Jacob Ngarivhume, seorang pemimpin partai oposisi Transform Zimbabwe, dinyatakan telah ditangkap dan dituduh melakukan hasutan untuk berpartisipasi dalam kekerasan publik.
Sejumlah pihak mengaitkan tuduhan ini dengan gencarnya kritik pihak oposisi dan sejumlah aktivis terhadap pemerintah lantaran dianggap gagal menangani korupsi, khususnya di masa pandemi COVID-19 ini.
Baru-baru ini, sejumlah aktivis antikorupsi dan Lembaga Swadaya Masyarakat di Zimbabwe melakukan kampanye melalui sejumlah media daring. Isinya, menyeru Presiden Emmerson Mnangagwa agar lebih gencar membasmi korupsi, khususnya di sektor publik yang dinilai “basah”.
Ketua Komisi Anti Korupsi Zimbabwe (Zimbabwe Anti Corruption Commission/ZACC), Loice Matanda-Moyo, acap kali menyatakan kesal dan frustasi karena pemerintah dinilai tidak serius menangani korupsi di negara itu yang telah membuat rakyat semakin sengsara.
Seperti telah banyak diinformasikan sebelumnya, Menteri Kesehatan Zimbabwe, Obaidah Moyo, didakwa telah melakukan korupsi pasokan bahan medis untuk penanganan COVID-19 sejumlah US$60 juta atau sekitar Rp854 triliun.
Pada Juli 2019, mantan Menteri Pariwisata Zimbabwe, Prisca Mupfumira, menjadi pejabat senior pemeritah pertama yang ditangkap ZAAC. Ia didakwa telah melakukan penyelewengan dana pensiun nasional hampir sebesar US$1 milyar semasa ia menjabat Menteri Pelayanan Publik, Buruh dan Kesejahteraan Sosial pada tahun 2014.
Zimbabwe digolongkan sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan, hampir setengah populasi negara itu, sekitar 7.7. juta jiwa, berstatus rawan kelaparan.
Data dari World Population Review menunjukan Produk Domestik Bruto (PDB) Zimbabwe tahun 2020 berada di angka US$ 1.737 (Rp25,5 juta), jauh di bawah Indonesia yang memilik angka US$4.260 (Rp62,6 juta) pada tahun yang sama. [*]