Serangan Kejutan Hamas Kubur Mitos Kecanggihan Iron Dome dan Kesaktian Tank Merkava
- Iron Dome yang canggih dan mahal tak mampu mencegat ribuan roket murah Hamas.
- Satu rudal pencegat Iron Dome berharga Rp 313 juta. Roket Hamas berharga Rp 31 juta.
- Tank Merkava tak sehebat yang digembar-gemborkan. Lumpuh hanya dengan tembakan senjata tua RPG-7.
JERNIH — Iron Dome, sistem pertahanan udara Israel, digadang-gadang yang tercanggih dan mampu melindungi sekujur negeri Yahudi dari serangan roket. Hamas, lewat serangan mendadak 7 Oktober, menghapus mitos itu.
Serangan Hamas tidak hanya pergerakan tentara melewati perbatasan dan menyerang pos-pos militer Israel, tapi juga peluncuran sekitar 5.000 roket ke wilayah Israel. Iron Dome merespon dan menjatuhkan ratusan roket, tapi ratusan atau mungkin ribuan lainnya melewati sistem pertahanan Israel dan mencapai sasarannya.
Yuri Knutov, direktur Museum Pertahanan Udara Rusia, mengatakan Iron Dome memiliki kelemahan yang diketahui Hamas dan dimanfaatkan. Kelemahan serius pertama Iron Dome adalah satu bateri hanya bisa melindungi area 150 kilometer persegi.
Kedua, Iron Dome sangat efektif ketika menghadapi sejumlah kecil target yang masuk dan mendekat dari arah yang sama. “Jika terjadi serangan intensif, melibatkan setidaknya seratus roket, Iron Dome gagal melakukan tugasnya,” kata Knutov kepada SputnikGlobe. “Dari 100 roket yang diluncurkan Hamas, sekitar 90 persen melewati Iron Dome.”
Knutov juga melihat Hamas tahu bagaimana mengelabui Iron Dome, yaitu dengan meluncurkan roket secara massal dari berbagai arah. Saat itu, Iron Dome benar-benar lumpuh.
“Iron Dome mungkin bisa menangani salvo pertama, yang melibatkan ratusan roket, tapi tak bisa mencegah salvo kedua yang ditembakan satu menit setelah salvo pertama,” kata Knutov.
Jadi, masih menurut Knutov, Salvo kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya, mencapai target tanpa perlawanan. “Hamas sebenarnya sedang memanfaatkan inefsiensi Iron Dome,” kata Knutov.
Rudal Mewah vs Roket Murah
Satu rudal pencegat Iron Dome berharga 20 ribu dolar AS, atau Rp 313 juta. Sedangkan roket yang dirancang Hamas ditaksir berharga 2.000 sampai 3.000 dolar, atau Rp 31 juta sampai Rp 47 juta, per unit.
Operator Iron Dome harus benar-benar tahu arah roket yang diluncurkan Hamas, apakah mengancam permukiman penduduk atau tidak. Ini penting untuk mengefisiensikan penembakan.
Di sisi lain, Hamas nyaris tidak terbebani harus mengirit penembakan saat beraksi. Ini terlihat dari banyak roket Hamas yang jatuh di wilayah korong, karena fungsinya hanya sebagai pengumpan.
Apa Itu Iron Dome?
Iron Dome artinya kubah besi. Sistem ini dirancang untuk mencegah dan menghancurkan rudal balistik dan peluru artileri yang ditembakan dari jarak empat sampai 70 kilometer.
Sistem ini dikembangkan tahun 2000-an oleh kontraktor pertahanan Israel Rafael Advanced Defence System. Iron Dome kali pertama dikerahkan tahun 2011 dan sejak saat itu digunakan Tentara Pertahanan Israel (IDF) untuk melawan serangan roket militan Hamas.
Satu baterei Iron Dome terdiri dari 20 rudal pencegat, unit radar, dan kontrol. Salah satu ciri khas Iron Dome adalah kemampuannya mengevaluasi ancaman yang masuk dan mengabaikan rudal dan roket yang diproyeksikan mencarat di area kosong.
Kegagalan Intelejen dan Merkava
Fakta militan Hamas mempersiapkan ribuan roket secara rahasia, dan melatih pasukan melancarkan serangan ke wilayah Israel, adalah kegagalan serius intelejen Israel.
Knutov juga melihat militan Hamas menggunakan paralayang dan pendaratan amfibi untuk melewati pasukan Israel saat menyerbu pangkalan militer Israel.
Tidak hanya intelejen Israel yang gagal, serangan Hamas juga mengungkap kelemahan tank Merkava — yang digadang-gadang terbaik di dunia dan dilengkapi sistem perlindungan aktif Trophy dan perlindungan dinamis
“Tank itu tanpa kesulitan dilumpuhkan militan Hamas menggunakan senjata anti-tank kuno. Itu yang mengejutkan,” katanya,
Tank pertama dilumpuhkan dengan RPG-7 tua yang dilengkapi muatan yang menembus langsung lapis baja bangian depan. Militer Hamas menunjukan betapa perlindungan dinamis Merkava hanya mitos.
“Merkava ternyata tak sebagus yang diiklankan,” Knutov mengakhiri.