Crispy

Sering Asal Tembak dan Merekayasa Kasus, Polisi Filipina Diharuskan Pakai Kamera Tubuh

  • Publik Filipina menuduh polisi kerap mengarang cerita setiap kali menembak tersangka.
  • Kredibilitas polisi anjlok, akibat budaya impunitas yang terbangun sejak pemerintahan Rodrigo Duterte.

JERNIH — Ratusan polisi Filipina akan mengenakan kamera tubuh selama operasi, menyusul ribuan pembunuhan tak terungkap yang dilakukan aparat penegak hukum.

Pengumuman ini muncul setelah kemarahan publik atas penembakan fatal terhadap seorang wanita oleh anggota polisi tidak bertugas, Senin lalu. Aktivis hak asasi manusia (HAM) mengencam penembakan itu dan menuntut pertanggung-jawaban.

Lilibeth Valdez, 52 tahun, ditembak seorang polisi bernama Hensie Zinampan. Penembakan direkam kameran ponsel seseorang yang kebetulan berada di tempat kejadian, dan dibagikan di media sosial.

Dalam rekaman terlihat Zinampan menarik rambut Valdez sebelum menembak lehernya. Tuntutan administratif dan pidana telah diajukan terhadap Zinampan.

Komisi HAM mengatakan sedang menyelidiki pembunuhan itu. Valdez dimakamkan Jumat 4 Juni.

Polisi Filipina dituduh mengeksekusi tersangka, menggelar perkara, dan mengarang laporan. Semua ini didorong oleh, menurut para aktivis, sebagai budaya impunitas. Polisi dan pemerintah Filipina menolak tutuhan itu.

Polisi Filipina menjadi gampang menembak tersangka sejak Rodrigo Duterte menjadi presiden. Namun, sasaran Duterte adalah pengedar dan bandar narkoba.

Sepanjang pemerintahannya, penembakan bandar dan pengedar narkoba terjadi di jalan-jalan dan permukiman. Mayat bandar dan pengedar bergeletakan, dan menimbulkan protes masyarakat.

Kepala Polisi Guillermo Eleasar mengatakan untuk memerangi pelanggaran polisi dan menghapus keraguan tentang legitimasi operasi, 600 petugas akan mengenakan kamera tubuh mulai Jumat 4 Juni.

Eleazar mengatakan kamera tubuh merupakan penghormatan kepada polisi, yang pengorban utamanya dinodai klaim pembunuhan di luar proses hukum, dan tuduhan tidak adil lainnya.

Carlos Conde, peneliti Human Rights Watch (HRW) Filipina, mengatakan pembuhan Valdez menggaris-bawahi perlunya kamera tubuh polisi.

“Kasus ini menunjukan akuntabilitas polisi hanya mungkin terjadi jika kejahatan tertangkap kamera,” kata Conde. “Namun, kamera saja tidak akan menghentikan pelanggaran polisi. Polisi membawa ukuran transparansi selama operasi.”

Back to top button