Crispy

Kritik Invasi Rusia ke Ukraina, Duterte: Saya Bunuh Penjahat, Putin Bunuh Anak-anak dan Orang Tua

  • Rodrigo Duterte mengidolakan Vladimir Putin, tapi mengkritik perang di Ukraina.
  • Itu bukan operasi militer khusus, tapi perang skala penuh.

JERNIH — Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengkritik keras pemimpin Rusia Vladimir Putin atas pembunuhan warga sipil di Ukraina.

“Saya membunuh penjahat, Putin membunuh anak-anak dan orang tua,” kata Duterte, yang akan mengakhiri masa tugasnya.

Duterte dan Putin sama=sama pembunuh. Keduanya mengobarkan perang. Duterte mengobarkan perang melawan bandar narkoba di dalam negeri. Putin menginvasi Rusia untuk kepentingan geopolitik.

Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Duterte menyebut Putin sebagai idola dan teman. Namun, Duterte merasa perlu mengkritik Putin atas apa yang terjadi di Ukraina.

Dalam pidato yang disiarkan secara nasional, Selasa 24 Mei, Duterte menyalahkan perang di Ukraina yang menyebabkan harga minyak melonjak. Lonjakan itu dirasakan juga di Filipina.

Duterte menekankan dirinya tidak mengutuk Putin, tapi tidak setuju degnan pelabelan invasi Rusia ke Ukraina sebagai operasi militer khusus. Menurut Duterte, itu bukan operasi militer khusus tapi perang skala penuh terhadap negara berdaulat.

“Banyak yang mengatakan saya dan Putin sama-sama pembunuh. Saya sudah lama mengatakan kepada rakyat Filipina bahwa saya benar-benar membunuh,” kata Duterte. “Tapi saya tidak membunuh anak-anak dan orang tua.”

Duterte akan meninggalkan Istana Malacanang 30 Juni 2022, ketika masa jabatannya habis dan Bongbong Marcos Jr — penerusnya yang memenangkan pemily — dilantik.

Mantan walikota Davao City itu memimpin perang melawan bandar narkoba yang menewaskan 6.000 tersangka. Laporan kelompok hak asasi menusia menyebut angka korban yang jauh lebih tinggi, dengan kebanyakan yang terbunuh adalah orang tak bersalah.

Klaim Duterte, bahwa dirinya tidak membunuh anak-anak, juga diragukan kelompok hak asasi manusia. Namun tidak ada bukti perang melawan narkoba, yang sampai kini masih berlanjut, menelan korban anak-anak.

Perang yang dikobarkan Duterte memicu penyelidikan Pengadilan Kriminal Internasional.sebagai kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan. Duterte mempekirakan akan menghadapi banyak tuduhan pembunuhan saat tidak lagi menjadi presiden.

Sejauh ini Duterte dan pejabat kepolisian membantah melakukan pembunuhan di luar proses hukum dalam kampanye perang melawan bandar narkoba. Namun, dia secara terbuka mengancam tersangka bandar narkoba dengan kematian.

Cara ini dilakuan setelah Duterte gagal menerapkan kembali hukuman mati untuk mencegah peredaran narkoba.

Back to top button