Setelah Tolak Rencana ASEAN, Junta Militer Membunuh Lagi
- Dua korban pertama pasca pertemuan ASEAN di Jakarta adalah warga desa dan seorang pembelot.
- Kelak tentara akan makin brutal karena warga melakukan perlawanan.
JERNIH — Tentara Myanmar melanjutkan kebrutalannya, dengan menculik dan membunuh seorang penduduk desa, serta menembak serdadu yang membelot ke gerakan pembangkangan sipil (CDM).
Ko Kyaw Naing, penduduk Desa Chaungma berusia 36, ditangkap bersama penduduk lain di pos pemeriksaan.
Anggota keluaga Ko Kyaw Naing berusaha membebaskannya dengan membayar uang tebusan, tentara terlanjur membunuhnya. Jenazah Kyaw Naing berada di rumah sakit Kani.
Saat mendapatkan jenazah Kyaw Naing, penduduk desa dan anggota keluarga memeriksa. Seluruh tubuh Kyaw Naing penuh luka memar. Penduduk yakin Kyaw Naing disiksa sampai mati di tahanan.
Kyaw Naing bukan aktivis politik. Ia hanya orang jujur yang bekerja apa saja. Namun dia menjadi orang yang bersuara keras ketika tentara mengambil alih pemeirntahan.
Tidak ada informasi tentang penduduk desa lainnya yang ditahan Tatmadaw. Yang pasti, keluarga berharap-harap cemas dapat melihat kembali keluarga mereka pulang hidup-hidup.
Tembak Pembelot
Di Tamu, wilayah Sagaing, seorang tentara yang membelot ke CDM ditembak mati tentara Myanmar dalam bentrokan Selasa malam.
Aung Aung, tentara pembelot itu, sedang berpatroli dengan Kelompok Keamanan Tamu ketika bertemu Tatmadaw di dekat Jembatan Kuntaung Kota.
Pria berusia 30 thun itu ditembak di dada. Kelompok Keamanan Tamu membawa jenazahnya untuk dimakamkan.
Tidak ada yang tahu siapa Aung Aung. Yang penduduk tahu adalah dia adalah tentara yang melepas seragam dan membelot ke CDM.
Di Tamu, Aung Aung menawarkan diri bergabung dengan Kelompok Keamanan — milisi bersenjata senapan berburu dan rakitan yang dibentuk penduduk untuk melawan kebrutalan Tatmadaw.
Tidak ada yang tahu pangkat Aung Aung sebelum membelot. Yang pasti, dia telah membayar keputusannya berpihak dengan rayat dengan nyawa.
Bentrokan Selasa malam dimulai sekitar pukul 19:30. Setengah jam kemudian lebih banyak pasukan rezim datang ke jembatan.
Sekelompok pejuang memisahkan diri. Mereka menggunakan granat untuk menyerang tentara yang tersisa di lokasi lain, sebagai upaya pengalihan perhatian tentara Myanmar di dekat jembatan.
“Lima tentara yang tersisa di lokasi konstruksi. Tiga tewas oleh serangan granat,” kata anggota Kelompok Keamanan. “Kami ingin memecah konsentrasi tentara.”