Crispy

Sinead O’Connor Berhenti Meratap, Selamat Jalan Shuhada Sadaqat…!

  • Sinead O’Connor menderita masalah mental sejak remaja. Menghuni RS Jiwa selama 18 bulan dan menjadi penyanyi.
  • Ia berusaha bunuh diri beberapa kali, Mengidap bipolar, mengaku lesbian.

JERNIH — Entah bagaimana cara mengenang Sinead O’Connor, penyanyi Irlandia yang berganti nama menjadi Shuhada Sadaqat setelah memeluk Islam, yang baru saja meninggal dunia.

Cara paling sederhana adalah dengan mendengar kembali Nothing Compare to You, sering ditulis Nothing Compares 2 U, di kanal YouTube. Dalam lagu itu Sinead meratap. Air mata mengalir dari kedua mata, menuruni lereng pipi yang masih segar.

Seorang kolumnis musik menulis di Daily Mail, lewat lagu itu kita mengenal keasliannya tidak hanya sebagai penyanyi, tapi artis yang seluruh pengalaman hidupnya disalurkan ke dalam lagunya

Lahir 1966 dan diberi nama Sinead Marie Bernadette O’Connor, serenceng nama yang sangat Katolik, Sinead besar dalam keluarga John dan Johanna.

John seorang insinyur. Johanna ibu rumah tangga yang melahirkan lima anak. Selain Sinead yang terkenal, Joseph — kakak Sinead O’Connor — adalah novelis dan jurnalis populer.

Perjalanan hidup Sinead relatif berbeda. Pada usia 15 tahun Sinead dijebloskan ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Magdalena karena mengutil. Ia menghabiskan 18 bulan hidup dalam disiplin ketat yang terkadang menakutkan. Saat itu Sinead mengganti namanya menjadi Magdalena Davitt.

Beberapa bulan setelah meninggalkan rumah sakit, sang ibu — yang kerap disebut Sinead tanpa perasaan emosional — meninggal dunia dalam kecelakaan mobil. Sinead mengenang sang ibu dengan satu kata; kejam.

Evergreen, Barbra Streissand

Paul Byrne, drummer band In Tua Nua yang populer di Irlandia saat itu, meluangkan waktu membantu pelatihan musik di sekolah. Sinead terlibat di dalamnya dengan menjadi vokalis band sekolah.

Saat Sinead membawakan Evergreen, lagu yang dipopulerkan Barbra Streissand, Byrne ternganga. Ia segera menghubungi Colm Farrelly, teman sesama musisi, dan menceritakan bakat musik yang terdapat dalam tubuh seorang gadis bernama Sinead O’Connor.

Farrelly merespon cerita Byrne dengan mendatangi Sinead. Tak lama kemudian terbentuk sebuah band bernama Ton Ton Macoute, dengan Sinead sebagai penyanyi.

Namun, daya tarik individu Sinead tak bisa dicegah. Ia segera dikontrak sebagai artis solo oleh Ensign Records, dan mengakuisisi Fachtna O’Ceallaigh — mantan kepala label Mother Records U2 — sebagai palungannya.

Tahun 1987 Sinead merilis album debut The Lion And The Cobra. Irlandia tidak pernah menghasilkan penyanyi seperti Sinead, dan itulah yang membuat debutnya sukses.

Memasuki usia 20, Sinead menghadapi misogini yang biasa terjadi di industri musik. Ia kerap dikesampingkan ketika mengemukakan ide. Dalam satu wawancara, Sinead dengan sinis menjawab pertanyaan paternalistik seorang presenter.

Ia bertemu sound engineer John Reynolds, pacaran, hamil, dan melahirkan putranya tahun 1987. Dua tahun kemudian, saat Jake — putra mereka berusia dua tahun — keduanya menikah, tapi berpisah tahun 1991.

Tahun 1996 Sinead bertemu jurnalis John Waters, dan terlibat pertarungan panjang hak asuh anak. Ia menikah kali ketiga dengan jurnalis Nick Sommerland tahun 2001, tapi hanya bertahan 11 bulan. Dua anak lagi lahir dari hubungan itu.

Sinead menikah lagi dengan Donal Lunny, musisi Moving Hearts and Planxty. Terakhir, Sinead menikahi Frank Bonadio — mantan pasangan penyanyi Mary Coughlan. Kali ini, Sinead bertengkar hebat dengan Coughland.

Masih ada dua pernikahan lagi; dengan Musisi Steve Cooney dan Barry Herridge, yang semuanya berusia beberapa hari saja.

Kesehatan Mental

Selama menikmati kariernya di dunia musik, Sinead juga mencatat pergumulannya dengan kesehatan mental. Ia mengaku nyaris bunuh diri dalam beberapa kesempatan, dengan harapan menghilangkan penyakit mental.

Dia mengumumkan memiliki kondisi bipolar, tapi mengatakan dokter mengabaikannya. Ia mengaku lesbian, meski semua tahu dia menikah beberapa kali. Kepada Gery Ryan, seorang pembawa acara, Sinead mengatakan memiliki hubungan lesbian dengan tiga wanita.

Di Twitter, Sinead mengaku ditinggalkan keluarganya. Ia juga dipersalahkan atas kematian Shane, salah satu putranya. Padahal, Sinead sangat menderita kehilangan Shane.

“Saya hidup sebagai mahluk malam undead,” tulis Sinead. “Saya tersesat dalam bardo (istilah dalam agama Buddha yang menggambarkan keadaan antara kematian dan kelahiran kembali), tanpa Shane.”

Shane, putra Sinead O’Connor, ditemukan tewas bunuh diri. Sinead tak bisa melupakan kehilangan itu sampai sekian tahun kemudian.

Merobek Poster Paus Johanes Paulus II

Sulit membayangkan Sinead yang Katolik taat merobet poster Paus Johannes Paulus II. Tapi itulah yang dia lakukan pada Saturday Night Live di AS tahun 1992, sebagi protes Perang Teluk I.

Ia menolak tampil di New Jersey jika lagu kebangsaan AS mendahului penampilannya. Ia mengalami kebencian telanjang pada tingkat tak terlihat oleh kebanyakan artis.

Frank Sinatra membencinya. “Ingin sekali saya menendang pantat Sinead,” kata Sinatra. Sinead menjawab; “Saya tidak bisa memukul pria berusia 78 tahun, tapi saya ingin sekali membunuhnya.”

Kedua insiden itu mengakhiri karier pasar Sinead O’Connor di seberang Atlantik, tapi kreativitasnya masih berkembang. Ia menjalani kehidupan dengan caranya sendiri; secara musik, romantis, dan relijius.

Khusus yang terakhir, Sinead belajar semua agama selama lima tahun tak beraktivitas di atas panggung. Setelah keluar dari ‘pertapaannya’, Sinead memutuskan memeluk Islam.

Dalam wawancara dengan The Irish Time, September 2019, Sinead menolak menggunakan kata ‘convert’ (mengubah), tapi ‘revert’ (kembali) untuk menggambarkan perjalanannya memeluk Islam.

“Kata ‘kembali’ mengacu pada gagasan jika Anda mempelajari Alquran, Anda akan menyadari bahwa kita semua adalah Muslim,” katanya pada acaa Late Late Show.

Seperti biasanya, Sinead mengutarakan pandangannya yang bertolak belakang dengan masyarakat dan lingkungannya.

“Saya berusia 52 tahun. Saya dibesarkan di Irlandia yang sangat berbeda dengan yang ada asat ini. Irlandia adalah negara yang sangat tertindas secara agama. Semua orang sengsara, dan tidak ada yang mendapatkan sukacita dalam Tuhan.”

Sinead mengenakan hijab sebagai sarana keyakinan barunya. Ia tak melepasnya kecuali saat berada di rumah dan tak bertemu siapa pun.

Dalam kesempatan lain berbicara kepada wartawan, Sinead mengatakan mempelajari Islam sejak lama dan meninggalkannya. Ia kembali memeluk Islam karena Allah Swt ternyata tidak pernah meninggalkannya.

Ketika ditanya tentang kehidupannya setelah memeluk Islam, Sinead mengatakan; “Saya seperti berusia 17 tahun.” Namun dia menolak gagasan kembali panggung hiburan karena tidak yakin ada orang yang mau membeli tiket pertunjukannya.

Sinead O’Connor berhenti meratap setelah memeluk Islam, tapi Nothing Compares 2 U masih didengar jutaan orang. Ratapan kehidupan masa lalu Sinead seolah abadi meski dia telah menemukan Allah Swt di dalam rumah yang memberi kedamaian sampai ajal menjemput.

Back to top button