Skandal Naturalisasi yang Mengguncang Sepakbola Malaysia

Naturalisasi bukanlah hal baru. Banyak negara menggunakan jalur ini untuk memperkuat skuad nasionalnya. Namun, apa yang menimpa Timnas Malaysia menjadi sebuah drama pahit.
JERNIH – Persatuan Bolasepak Malaysia (FAM) kini berada di pusat kontroversi setelah FIFA menyatakan adanya pemalsuan/penyalahgunaan dokumen terkait naturalisasi sejumlah pemain yang membela Harimau Malaya pada kualifikasi Piala Asia 2027.
apa yang menimpa Timnas Malaysia di tahun 2025 menjadi sebuah drama pahit: alih-alih memperkuat Harimau Malaya, naturalisasi justru berujung skandal yang mengundang sorotan dunia.
Tujuh Nama, Tujuh Asal, Satu Masalah

FIFA menyatakan adanya penyalahgunaan dokumen dalam proses naturalisasi tujuh pemain yang membela Malaysia pada kualifikasi Piala Asia 2027. Nama-nama mereka kini tercatat dalam sejarah kontroversial sepakbola Asia Tenggara:
- Gabriel Felipe Arrocha (Gabriel Palmero) — lahir di La Palma, Spanyol.
- Facundo Tomás Garcés — lahir di Santa Fe, Argentina, pernah memperkuat Colón dan Deportivo Alavés.
- Rodrigo Julián Holgado — lahir di La Tablada, Argentina, seorang penyerang produktif di liga Amerika Latin.
- Imanol Javier Machuca — lahir di Roldán, Argentina, pemain sayap dengan gaya flamboyan.
- João Vitor Brandão Figueiredo (João Figueiredo) — lahir di São Paulo, Brasil, disebut punya jalur warisan Malaysia melalui neneknya.
- Jon Irazábal Iraurgui — lahir di Bilbao, Spanyol, dikaitkan dengan asal-usul keluarga dari Sabah.
- Hector Alejandro Hevel Serrano (Hector Hevel) — lahir di Belanda, berkarier di Eropa sebelum muncul di skuad Malaysia.
Bagi publik Malaysia, ketujuh nama itu awalnya simbol harapan: generasi baru yang akan mengangkat prestasi di kancah Asia. Namun FIFA melihatnya berbeda: ada dokumen yang dimodifikasi dalam proses naturalisasi mereka.
Komite Disiplin FIFA tak main-main. Hukuman dijatuhkan dalam tiga lapis: FAM (Persatuan Bolasepak Malaysia) didenda CHF 350.000 (sekitar Rp7,6 miliar). Lantas, ketujuh pemain didenda masing-masing CHF 2.000 (sekitar Rp 42 juta) dan diskors 12 bulan dari semua aktivitas sepakbola. Dan, kasus kelayakan mereka diserahkan ke FIFA Football Tribunal untuk ditinjau lebih lanjut.
Dengan kata lain, meski skorsing sudah berlaku, nasib hasil-hasil pertandingan Malaysia — termasuk laga melawan Vietnam pada Juni 2025 — masih bisa berubah, tergantung keputusan Tribunal.

FAM jelas menolak disebut lalai atau curang. Mereka menegaskan seluruh proses dilakukan dengan itikad baik, sesuai prosedur yang berlaku, dan akan menggunakan semua jalur hukum untuk mengajukan banding.
Bagi federasi, ini bukan sekadar soal administrasi, tapi soal kehormatan. Malaysia terancam kehilangan muka di hadapan Asia, dan FAM berusaha meyakinkan publik bahwa mereka bukan penipu, melainkan korban salah tafsir dokumen.
Salah satu suara paling lantang datang dari Tunku Ismail Sultan Ibrahim (TMJ), pemilik Johor Darul Ta’zim sekaligus tokoh berpengaruh di sepakbola Malaysia. TMJ tidak tinggal diam: ia menggunggah dokumen konfirmasi dari Jabatan Pendaftaran Negara sebagai bukti bahwa naturalisasi pemain sah.
Di media sosial, TMJ menuding ada “kepentingan asing” dan mempertanyakan proses pengambilan keputusan FIFA. “Who was in New York?” tulisnya sinis, seolah menyinggung adanya lobi politik di balik keputusan. Seruannya jelas: Malaysia harus melawan, jangan tunduk.

Reaksi publik pun terbelah. Sebagian merasa malu, menyebut skandal ini noda bagi citra sepakbola nasional. Sebagian lain mendukung TMJ, yakin bahwa FAM telah bekerja sesuai prosedur dan FIFA sekadar mencari kambing hitam.
Hukuman ini memiliki dampak praktis yang nyata. Malaysia kehilangan tujuh pemain pilar selama setahun. Hasil pertandingan bisa direvisi, termasuk kemenangan penting atas Vietnam. Selain itu citra FAM di mata dunia tercoreng.
Namun, cerita belum berakhir. FAM dan para pemain masih memiliki hak banding. Keputusan akhir FIFA Football Tribunal akan menentukan apakah hukuman ini akan bertahan, diperingan, atau bahkan dicabut.(*)
BACA JUGA: Pelatih Timnas Malaysia Mundur Usai Kalah di AFF 2020 Termasuk oleh Timnas Indonesia






