Soal Penzaliman Petani Sawit Riau, Erick Thohir: Laporkan Kepada Saya Oknumnya!
Pernyataan Menteri Erick langsung disambut tangis haru penuh kebahagiaan ratusan petani yang datang bersama keluarga mereka saat menyaksikan langsung momen penuh sejarah tersebut.
JERNIH– Menteri BUMN, Erick Thohir, yang dilapori masyarakat Riau soal adanya penzaliman kepada para petani sawit yang tergabung dalam Koperasi Sawit Makmur (Kopsa M) dengan tegas meminta masyarakat melaporkan oknum PTPN V tersebut.
“Siapa oknumnya? Laporkan kepada saya!” kata Menteri Erick Thohir, tegas. Erick mengatakan hal itu dalam dialog dengan perwakilan 997 petani sawit yang tergabung dalam Koperasi Petani Sawit Makmur (Kopsa M) Desa Pangkalan Baru, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Jumat (26/11) sore di Masjid Raya An-Nur Pekanbaru.
Pernyataan Erick tersebut langsung disambut tangis haru penuh kebahagiaan ratusan petani yang datang bersama keluarga mereka saat menyaksikan langsung momen penuh sejarah tersebut.
“Kami bahagia sekali bisa bertemu langsung dengan Pak Menteri. Mudah-mudahan di hari Jumat penuh barokah ini, di Masjid Raya An-Nur ini, Bapak berkenan mendengar dan memberi solusi atas permasalahan yang kami hadapi dengan PTPN V, yang telah berlangsung selama 18 tahun ini. Sampai hari ini pun belum ada titik penyelesaian,” kata Ari, perwakilan petani sawit Kopsa M.
Menteri BUMN Erick Thohir melakukan kunjungan kerja ke Riau sejak Kamis (25/11). Salah satu rangkaian kunjungan tersebut adalah mendengar aspirasi dan pengaduan para petani yang tergabung dalam Koperasi Petani Sawit Makmur (Kopsa M) yang saat ini sedang memperjuangkan hak-haknya atas tanah dan kemitraan yang tidak sehat.
Selain soal lahan yang diserobot, Kopsa M juga mengadukan perihal dugaan utang fiktif yang digelembungkan oleh oknum PTPN V dalam membangun kebun petani, sehingga sebagian besar kebun gagal dibangun.
Menteri Erick Thohir menyimak dengan serius semua aduan petani. Sedangkan para petani tampak sangat terharu menyaksikan respons Menteri BUMN tersebut. “Kasih tahu saya nama-namanya. Akan saya tindak langsung”, kata Erick saat merespons adanya oknum PTPN V yang menyengsarakan petani-petani Kopsa M Riau itu.
Secara sigap, Erick Thohir pun langsung meminta nomor telepon perwakilan petani dan memberikan nomor telepon ajudannya kepada perwakilan petani Kopsa M. Erick berjanji akan menyelesaikan persoalan yang melilit petani-petani Kopsa M.
Sebagaimana diketahui, lebih dari 15 tahun petani Kopsa M tidak pernah menikmati hasil kebun sebagaimana petani sawit umumnya, karena hanya menghasilkan Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu per bulan per hectare. Padahal sejak 2003 hingga 2016, kebun petani dikelola langsung oleh PTPN V dengan skema single management. Baru sejak kepengurusan Haji Anthony Hamzah dari 2017, pendapatan petani mengalami peningkatan hingga Rp 700 ribu sebulan bulan.
Hingga saat ini petani-petani Kopsa M masih terus memperjuangkan hak-haknya antara lain, memperjuangkan dugaan penguasaan lahan oleh pihak lain, persoalan tata kelola pinjaman utang pembangunan kebun yang tidak akuntabel, penghancuran koperasi, adu domba antarpetani oleh pihak tertentu, penahanan uang hasil panen petani hingga Rp 3,4 miliar, sampai kriminalisasi ketua Koperasi dan dua orang petani lainnya.
Dengan bertemu Erick Thohir, petani Kopsa M berharap keadilan akan datang. Belasan tahun praktik buruk kemitraan PTPN V dengan Kopsa M mulai terbongkar dan berharap PTPN V segera memperbaiki dan memulihkan kemitraan yang setara, sehat dan menguntungkan bagi pihak-pihak yang bermitra.
“Pak Menteri, kami sudah lelah. Kami berharap banyak saran dan arahan solusi dari Pak Menteri. Kami sangat percaya dengan ketegasan dan komitmen Pak Menteri untuk melakukan bersih-bersih di lingkungan PTPN sebagaimana yang pernah Bapak sampaikan di hadapan publik negeri ini. Kami yakin sekali dengan integritas yang dimiliki Pak Menteri, Bapak dapat mengurai mana yang benar dan mana yang salah. Siapa yang jujur dan siapa yang memang korup yang menggrogoti PTPN V dan menzholimi petani,”ujar Ari, mewakili harapan ratusan petani dan ribuan keluarga mereka. [rls]