Crispy

Soal Vaksin Merah Putih, Pernyataan Menteri Luhut dan Menteri Airlangga Berbeda

Menteri Luhut menyebut produksi vaksin merah putih bakal dilakukan Juni 2022, sementara Menteri Airlangga menyebut uji klinis fase 2 dan 3 dilakukan pada Januari hingga Juni 2022.

JAKARTA – Vaksin merah putih yang dikembangkan oleh Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sepertinya bakal diproduksi lebih cepat, yakni sekitar Juni 2022 mendatang.

“Ada juga vaksin buatan dalam negeri Merah Putih. Itu nanti pada bulan Juni tahun ini sudah produksi,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, dalam tayangan YouTube Yakoma PGI, Sabtu (29/1/2022).

Vaksin kerjasama Eijkman BRIN dan Bio Farma itu, nantinya dapat digunakan untuk mendukung ketersediaan vaksin Covid-19 di Tanah Air.

Rupanya pernyataan Menteri Luhut, berbeda dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan vaksin merah putih tengah memasuki persetujuan uji klinis.  

Nantinya proses produksi vaksin Merah Putih, PRBM Eijkman BRIN akan menggaet Universitas Airlangga (UNAIR) dan PT Biotis. Karena itu vaksin tersebut kini menunggu persetujuan uji klinis fase 1 dari BPOM.

“(Sementara) Uji klinis fase 2 dan 3 pada Januari hingga Juni 2022. Emergency Use Authorization atau izin pengunaan darurat (UEA) dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) diperkirakan kuartal III-2022,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, vaksin Merah Putih telah memasuki tahap hilirisasi industri. Dimana para peneliti melakukan proses uji praklinik dan uji klinik beberapa bulan ke depan.

Periset dari Laboratorium Protein Terapeutik dan Vaksin Pusat Riset Bioteknologi, Andri Wardiana, mengatakan proses pengembangan sebuah vaksin bisa memakan waktu hingga belasan tahun lamanya.

Menurut dia, ada sejumlah hal yang dapat memperlambat setiap tahap perkembangan vaksin. “Termasuk adanya asesmen terhadap risiko ekonomi. Namun untuk vaksin SARS-Cov-2 ini pengembangannya dimungkinkan lebih cepat dikarenakan menggunakan data virus yang sudah ada sebelumnya seperti SARS-Cov dan MERS-Cov,” kata dia.

Selain itu, transisi riset dari laboratorium ke produksi skala besar juga harus terpenuhinya regulasi dalam setiap tahapan, sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan vaksin.

Back to top button