Starbucks AS Mulai Tutup Kafe
Bukan karena boikot kelompok anti-LGBT yang bisa dilalui jaringan warung kopi Starbucks dengan santuy. Yang menggebuk Starbucks tak lain tak bukan juga pagebug virus Corona yang tengah berlangsung
WASHINGTON—Bukan karena boikot kelompok anti-LGBT yang bisa dilalui jaringan warung kopi Starbucks dengan santuy. Yang menggebuk Starbucks tak lain tak bukan juga pagebug virus Corona yang tengah berlangsung.
Manajemen Starbucks sejauh ini telah memberi tahu jaringa mereka untuk menutup kafe-kafenya di Amerika Serikat sebagai tanggapan atas krisis yang diakibatkan pandemic virus corona. Meski demikian, melalui sebuah email yang beredar di AS Jumat (20/3) kemarin, jaringan warung kopi global itu masih terbuka untuk pengiriman kepada pelanggan pemesanan online dan drive-through.
Demikian pula beberapa kafe yang dekat dengan rumah sakit atau pusat perawatan kesehatan akan tetap buka, sebagai bagian dari “upaya perusahaan untuk melayani para pekerja di sektor kesehatan.” Starbucks juga menyatakan akan terus membayar semua karyawan selama 30 hari ke depan, apakah mereka datang untuk bekerja atau tinggal di rumah.
Sekitar 60 persen gerai Starbucks memiliki opsi drive-through, dan perusahaan menawarkan pengiriman di pasar di 29 negara bagian.
Langkah tersebut merupakan langkah terbaru dari serangkaian langkah yang telah diambil Starbucks sebagai tanggapan terhadap krisis virus corona. Jaringan warkop itu sudah menggudangkan semua tempat duduk di seluruh gerai di AS dan segera menutup gerai-gerai di selama ini sangat laris didatangi pelanggan, seperti di mal dan kampus-kampus.
Starbucks mendapat tekanan dari pelanggan dan karyawan mereka untuk menutup gerai, seiring semakin intensifnya pandemi. Pada Senin mendatang, McDonald bergabung dengan perusahaan makanan cepat saji lainnya juga akan menutup restoran, kecuali untuk pengiriman.
Starbucks telah melakukan hal itu sebelumnya di salah satu pasar terpentingnya, Cina. Ketika virus itu membuat puluhan ribu orang terjangkit di Cina pada awal tahun, perusahaan itu menutup lebih dari 2.000 gerai. Hingga pekan lalu, 90 persen gerai-gerai tersebut telah dibuka kembali.
Jumat lalu Starbucks juga mengumumkan akan menutup semua gerainya di Inggris. [The New York Times]