Crispy

Suriah dan Rusia Lakukan Kejahatan Perang Menjijikan

  • Suriah menyerang fasilitas sipil, dan Rusia memasok senjata yang diperlukan.
  • Rusia memasok munisi tandan, atau bom curah, yang digunakan Suriah menyerang sekolah.
  • Penggunaan munisi tandan, senjata yang dilarang PBB, adalah bukti kejahatan perang.

London — Amnesty International (AI) melaporkan pemerintah Presiden Bashar Assad dan Rusia melakukan tindakan yang dianggap ‘kejahatan perang’ di barat laut Suriah dalam setahun terakhir.

Rusia dan Suriah, masih menurut laporan itu, menyasar infrastruktur sipi tanpa pandang bulu. Keduanya melakukan 18 serangan terhadap fasilitas medis dan sekolah pada 5 Mei 2019, 25 Februari 2020, di Idlib, Hama, dan sebelah barat Aleppo.

“Bukti memperlihatkan serangan yang didokumentasikan pasukan Suriah dan Rusia adalah segudang pelanggaran serius terhadap hukum internasional,” demikian laporan itu. “Pelanggaran ini sama dengan kejahatan perang.”

Laporan itu juga menyebutkan sebagian besar serangan terjadi antara Januari dan Februari tahun ini. Serangan terbaru pemerintah Suriah berusaha merebut kantong-kantong yang dikuasai oposisi.

Perang di Suriah memasuki tahun ke-10. Satu juta orang terpaksa mengungsi ke kamp-kamp penuh sesak di dekat perbatasan Turki. Lainnya mengungsi ke Lebanon, atau melakukan perjalanan ke Eropa.

Gencatan senjata diterapkan di sebagian wilayah Suriah sejak awal Maret 2020, tetapi ratusan ribu orang tetap terlantar dan sangat tergantung pada bantuan. Ketika wilayah yang dikuasai pemberontah bersiap menghadapi wabah virus korona, bantuan semakin sulit didapat.

Di antara serangan yang didokumentasikan pemerintah Suriah adalah penghancuran rumah sakit di Ariha, 29 Januari 2020, yang menghancurkan setidaknya bangunan tempat tinggal dengan sebelas tewas di dalamnya.

Seorang dokter yang selamat dari serangan itu mengatakan butuh dua hari untuk membersihkan serpihan tubuh dari bawah reruntuhan salah satu bangunan.

Munisi Tandan

AI juga menuduh pemerintah Suriah menggunakan munisi tandan, atau bomb cluster, yang dilarang internasional. Bomb cluster digunakan untuk menyerang sekolah, menewaskan tiga orang di Idlib pada 25 Februari.

Seorang guru yang menyaksikan sernagan itu mengatakan; “Suara munisi tandan enak didengar. Berupa ledakan kecil di langit, seolah langit menghujani kami dengan serpihan bom,” kata guru itu.

Laporan juga menyoroti adanya ancaman terhadap bantuan internasional, dan krisis kemanusiaan yang luar biasa memprihatinkan. Kondisi pengungsian, yang membuat setiap pengungi dihantui ketakutan.

Heba Morayef, direktur regional MENA Amnesty, mengatakan serangan terbaru Suriah dan Rusia benar-benar menjijikan, sistematis, dengan sasaran meneror penduduk sipil.

Rusia, kata Morayef, terus memberi dukungan senjata kepada Suria, termasuk serangan udara yang melanggar hukum.

Perang Suriah telah menewaskan 400 ribu orang, dan membuat jutaan terlantar sejak dimulai tahun 2011. Perang dimulai dengan penindasan brutal Presiden Hafez Assad terhadap aksi protes anti-pemerintah.

Back to top button