Surplus Merosot 93 Persen, Neraca Berjalan Rusia Dinilai Ambrol
Dinamika perdagangan yang memburuk juga tercermin dari jatuhnya nilai mata uang rubel. Mata uang Rusia itu jatuh ke level terendah dalam 15 bulan terakhir, dengan membukukan sekitar 94,48 rubel untuk setiap dolar di awal Juli. Hal itu menunjukkan keterpukulan akibat kondisi perdagangan negara yang melemah.
JERNIH–Ekonomi Rusia terus mengalami kesengsaraan seiring kerakusan negeri itu untuk mencaplok Ukraina. Pukulan terbaru, neraca berjalan Negeri Beruang Merah itu anjlok parah, dengan hanya membukukan surplus berjalan 5,4 miliar dollar AS untuk kuartal April-Juni, yang menandai penurunan 93 persen dari rekor 76,7 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun lalu.
Data Bank Rusia juga menegaskan angka tersebut sebagai surplus terkecil sejak kuartal ketiga tahun 2020. Hal itu menunjukkan bahwa sanksi ekonomi Barat — yang timpakan kepada Kremlin sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina—telah memberikan pukulan telak dan menekan kuat ekspor energi Rusia.
Dinamika perdagangan yang memburuk juga tercermin dari jatuhnya nilai mata uang rubel. Mata uang Rusia itu jatuh ke level terendah dalam 15 bulan terakhir, dengan membukukan sekitar 94,48 rubel untuk setiap dolar di awal Juli. Hal itu menunjukkan keterpukulan akibat kondisi perdagangan negara yang melemah.
“Penurunan surplus neraca perdagangan barang luar negeri pada Januari-Juni 2023 dibandingkan dengan periode tahun 2022, disebabkan oleh penurunan volume fisik pengiriman ekspor dan penurunan situasi harga untuk barang-barang pokok. Komoditas ekspor Rusia, terutama komoditas energi, memberikan kontribusi paling signifikan terhadap penurunan nilai ekspor,”kata sebuah pernyataan dari Bank Rusia.
Sumber pendapatan utama Moskow selama ini datang dari penjualan produk minyak dan gasnya. Tetapi batasan harga dan larangan yang dikenakan pada ekspor energi Rusia, menyusul invasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Ukraina, telah memberikan pukulan besar bagi perdagangan komoditas tersebut.
Pada Juni lalu, Kementerian Keuangan Rusia mengatakan bahwa pendapatan dari pajak minyak dan gas turun 36 persen dibandingkan tahun lalu, menjadi sekitar 570,7 miliar rubel. Sementara keuntungan dari produk minyak mentah dan minyak turun 31 persen menjadi 425,7 miliar rubel.
Selama ini para kritikus ekonomi, misalnya para peneliti Universitas Yale, menuduh segala kesengsaraan ekonomi yang diderita Rusi aitu sebagai akibat kerakusan Presiden Vladimir Putin merebut Ukraina. Mereka bahkan menyebut upaya Putin itu sebagai kanibalisasi ekonomi negara Tirai Besi tersebut. [Business Insider]