Crispy

Taiwan Rilis Buku Panduan Bertahan dari Perang di Tengah Ancaman Cina

Buku ini memberikan panduan kelangsungan hidup warga menghadapi skenario perang seperti yang dialami Ukraina ketika diserang Rusia.

JERNIH – Militer Taiwan merilis buku pegangan tentang pertahanan sipil pada Selasa (12/4/2022) di tengah masih terjadinya tekanan dari Cina. Buku ini memberikan panduan kelangsungan hidup warga menghadapi skenario perang seperti yang dialami Ukraina ketika diserang Rusia.

China tidak pernah mengurangi tekanan dan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya. Bahkan telah meningkatkan kegiatan militer dalam dua tahun terakhir, untuk menekan Taiawan agar menerima klaim kedaulatannya.

Buku pegangan Taiwan merinci cara menemukan tempat perlindungan bom melalui aplikasi smartphone, persediaan air dan makanan, serta tips untuk menyiapkan kotak P3K darurat.

Perencanaan untuk membuat handbook ini berawal dari serangan Rusia terhadap tetangganya Ukraina, yang telah memicu perdebatan tentang implikasinya bagi Taiwan. Termasuk cara-cara untuk meningkatkan kesiapsiagaan, seperti reformasi pelatihan pasukan cadangan.

“(Kami) memberikan informasi tentang bagaimana warga harus bereaksi dalam krisis militer dan kemungkinan bencana yang akan datang,” kata Liu Tai-yi, seorang pejabat dari unit ‘All-out Defence Mobilisation, pada konferensi pers online. Handbook itu akan memungkinkan kesiapan keselamatan dan membantu orang untuk bertahan hidup, tambahnya.

Dia mengatakan buku pegangan, yang diambil dari panduan serupa yang dikeluarkan oleh Swedia dan Jepang, akan diperbarui lebih lanjut dengan informasi lokal seperti tempat penampungan, rumah sakit dan toko untuk kebutuhan sehari-hari.

Buku pegangan ini menggunakan komik dan gambar dengan tips untuk bertahan dari serangan militer, seperti bagaimana membedakan sirene serangan udara dan cara untuk berlindung dari rudal.

Taiwan belum melaporkan tanda-tanda invasi segera yang direncanakan oleh Cina, tetapi telah meningkatkan tingkat siaganya sejak awal perang di Ukraina, yang disebut Moskow sebagai “operasi militer khusus”.

Presiden Tsai Ing-wen telah berulang kali bersumpah untuk mempertahankan pulau itu dan mengawasi program modernisasi yang luas untuk membuat pasukannya lebih bergerak dan lebih sulit untuk diserang.

Selain rencana yang diumumkan tahun lalu untuk mereformasi pelatihan bagi pasukan cadangan, pemerintah sedang mencari untuk memperpanjang wajib militer lebih dari empat bulan. [*]

Back to top button