Tentara Cina Angkut Peralatan Militer Canggih ke Dekat Perbatasan India
“Penggantian sistem senjata dan peralatan di Komando Teater Barat telah dipercepat dalam beberapa tahun terakhir, berkat ketegangan dengan India atas sengketa perbatasan,” kata Zhou.
JERNIH– Komando Teater Barat, bagian dari militer Cina (PLA), kini lebih banyak melakukan latihan malam untuk unit-unit yang ditempatkan di dekat perbatasan India. PLA tengah membiasakan pasukannya dengan senjata dan peralatan militer generasi terbaru.
Sejak awal musim gugur lalu, beberapa pasukan di distrik militer Xinjiang telah melakukan latihan pertempuran malam di ketinggian sekitar 5.000 meter (16.400 kaki), menurut surat kabar militer PLA Daily.
“Kami telah merevisi jadwal dan menuntut personel tentara memenuhi standar yang lebih tinggi untuk pelatihan ketinggian, karena kami perlu menghadapi lingkungan medan perang yang lebih keras di tengah meningkatnya tantangan di daerah pinggiran,” kata Yang Yang, seorang komandan kompi PLA, kepada surat kabar pelat merah itu.
Yang mengatakan pasukan mekaniknya telah melintasi dataran tinggi bersalju tanpa lampu dan berlatih latihan senapan mesin live-fire di malam hari.
Laporan itu mengatakan bahwa peluncur roket sistem multipel 122mm self-propelled tipe PHL-11 baru yang dipasang di truk telah dikerahkan di daerah itu dan sedang digunakan untuk latihan serangan presisi. Sebelumnya dilaporkan bahwa mereka telah dikerahkan di Dataran Tinggi Tibet untuk latihan menembak langsung di dekat perbatasan yang dipersengketakan dengan India.
Zhou Chenming, seorang peneliti Institut Sains dan Teknologi Militer Yuan Wang di Beijing, mengatakan mortir self-propelled memiliki jangkauan hingga 50 km (30 mil) dan dapat menghancurkan emplasemen artileri dalam hitungan detik.
“Penggantian sistem senjata dan peralatan di Komando Teater Barat telah dipercepat dalam beberapa tahun terakhir, berkat ketegangan dengan India atas sengketa perbatasan,” kata Zhou.
Komando Teater Barat mencakup distrik militer Xinjiang dan Tibet dan bertanggung jawab atas keamanan perbatasan di sepanjang perbatasan yang diperebutkan dengan India. Pada tahun lalu dunia menyaksikan pertikaian berkepanjangan antara militer kedua negara tersebut.
Song Zhongping, mantan instruktur PLA, mengatakan hampir semua jet tempur J-7 generasi lama di Komando Militer Barat telah digantikan oleh jet tempur multiperan J-16 yang canggih.
“Semua senjata canggih perlu diuji berulang kali melalui latihan reguler, dan pilot yang terbang di ketinggian perlu bekerja sama dengan pasukan darat, pasukan tempur khusus, dan unit lain dalam konsep operasi gabungan modern,” kata Song.
Militer Cina berencana untuk mengganti semua 300 J-7 dengan sekitar 200 J-16 pada tahun 2025, menurut sumber yang dekat dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
PLA mulai membangun pos pengamatan ketinggian tinggi di sepanjang perbatasan Himalaya setelah perselisihan 2017 dengan India di Dataran Tinggi Doklam.
Teknologi baru yang dikembangkan oleh perusahaan swasta juga telah dikerahkan di dataran tinggi untuk membantu pasukan menghadapi lingkungan yang tidak bersahabat. Hal itu termasuk transporter untuk mengirimkan jatah, amunisi dan bahan bakar, serta tempat penampungan yang hangat, drone dan peralatan medis, menurut laporan dari penyiar stasiun tv China Central Television (CCTV).
Laporan sebelumnya mengatakan, pesawat tak berawak dari perusahaan Shenzhen telah dikirim untuk mendukung pengawasan PLA terhadap “kegiatan ilegal oleh pasukan asing” di Lembah Galwan, tempat terjadinya bentrokan Juni lalu yang menewaskan 20 tentara India dan empat tentara Cina.
Drone juga membantu tim medial PLA dalam merawat yang terluka dan “membantu memasak” untuk pasukan, menurut sebuah posting media sosial oleh perusahaan drone Shenzhen Keweitai Enterprise Development Corp.
“PLA ingin menggunakan peningkatan senjata untuk memperingatkan India, mengingatkan India bahwa militer Cina lebih unggul dari India dalam teknologi senjata,” kata Zhou. [South China Morning Post]