Tiga Pemimpin Uni Eropa Kunjungi Kyiv Sebagai Simbol Keberhasilan Ukraina
Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk mengkonfirmasi dukungan tegas dari seluruh Uni Eropa untuk kedaulatan dan kemerdekaan Ukraina.
JERNIH – Tiga perdana menteri Eropa melakukan perjalanan ke Kyiv pada Selasa (15/3/2022). Mereka adalah para pemimpin asing pertama yang mengunjungi ibukota Ukraina sejak Rusia melancarkan invasi. Kunjungan ini sebagai simbol keberhasilan Ukraina dalam menangkis serangan Rusia.
Perdana Menteri Ceko Petr Fiala dan Mateusz Morawiecki dari Polandia mengumumkan rencana kunjungan tersebut, dengan mengatakan mereka dan Janez Jansa dari Slovenia akan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Kantor Zelensky juga mengkonfirmasi rencana tersebut.
“Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk mengkonfirmasi dukungan tegas dari seluruh Uni Eropa untuk kedaulatan dan kemerdekaan Ukraina,” kata Fiala, seraya menambahkan ketiga pemimpin tersebut akan memberikan paket dukungan luas untuk Ukraina.
Pembantu Morawiecki, Michal Dwoczyk, mengatakan kepada wartawan bahwa delegasi telah melintasi perbatasan Polandia-Ukraina dan menuju ke Kyiv dengan kereta api, yang menurut pemimpin Polandia itu adalah misi bersejarah.
“Adalah tugas kita untuk berada di tempat di mana sejarah ditempa. Karena ini bukan tentang kita, tetapi tentang masa depan anak-anak kita yang layak hidup di dunia yang bebas dari tirani,” kata Morawiecki.
Tiga pemimpin akan tiba di kota yang masih dibombardir, di mana sekitar setengah dari 3,4 juta penduduk telah melarikan diri dan banyak yang menghabiskan malam berlindung di stasiun bawah tanah.
Hampir tiga minggu memasuki perang yang menurut negara-negara Barat Moskow akan menang dalam beberapa hari, pasukan invasi terbesar Eropa sejak Perang Dunia II itu telah dihentikan di gerbang Kyiv. Sementara jalan raya utama dan rute kereta api di ibukota itu masih tetap terbuka.
Menjadi tuan rumah bagi pejabat asing di ibu kotanya sendiri akan menjadi keberhasilan simbolis yang luar biasa bagi Zelensky. Ia menolak tawaran untuk mengungsi di awal perang, tetap berada di bawah bombardir untuk menggalang bangsanya melawan invasi.
Dalam pernyataan publiknya yang paling percaya diri, Zelenskyy meminta pasukan Rusia untuk menyerah, dengan mengatakan bahwa mereka dan perwira mereka sudah tahu bahwa perang itu tidak ada harapan.
“Wajib Rusia! Dengarkan aku baik-baik. Perwira Rusia! Anda sudah mengerti segalanya: Anda tidak akan mengambil apa pun dari Ukraina. Anda akan mengambil nyawa. Ada banyak dari Anda. Tapi hidup Anda juga akan diambil. Tapi kenapa haruskah kamu mati? Untuk apa? Aku tahu kamu ingin bertahan hidup,” katanya. [*]