Wagner Group: Dulu Pasukan Elite, Kini Umpan Meriam
- Wagner Group menerjunkan 50 ribu personel ke Ukraina, tapi tersisa 40 ribu.
- CEO Wagner Group Yevgeny Prigozhin jengkel Rusia mencuri kemenangan yang diraihnya.
JERNIH — Yevgeny Prigozhin, pendiri dan CEO tentara bayaran Wagner Group, baru saja meratapi kematian massal pasukannya seraya menuduh pejabat Kementerian Pertahanan Rusia berkhianat karena tidak mengirim amunisi. Di medan tempur Ukraina, tentara bayaran Wagner Group tak lagi menakutkan.
Tugas Awal yang tak Selesai
Tentara bayaran Wagner Group memasuki medan temur Ukraina 27 Februari 2022 dengan tugas awal membunuh Presiden Volodymyr Zelensky dan kabinetnya, Vitaly Klitschko — mantan petinju yang jadi walikota Kyiv. Tugas ini dipercayakan kepada 400 personel, dengan setiap orang membawa daftar 23 nama yang harus dibunuh.
Intelejen Ukraina mengungkap plot ini, Karen Philippa Larsen, peneliti keamanan global di Danish Institute for International Studies yang mempelajari Wagner Group, mengatakan personel yang terlibat dalam tugas itu sangat berpengalaman di Suriah dan Mali, berkemampuan paripurna, dan sangat berbahaya.
Ukraina merespon kehadiran mereka dengan mengunci Kyiv selama 36 jam, membunuh siapa pun yang berkeliaran di jalan-jalan ibu kota selama waktu penguncian. Yang terjadi adalah upaya Presiden Vladimir Putin menyingkirkan pemerintah Ukraina dengan bantuan Wagner Group dan mengambil alih kendali atas Kyiv dalam beberapa hari gagal total.
Gagal dan Brutal
Tentara bayaran tak boleh gagal. Tentara bayaran dibayar untuk berhasil. Jika gagal, mereka brutal, dan itu terlihat pada 1 April 2022 di Bucha — 25 kilometer barat laut Kyiv.
Pasukan Rusia mundur dari Bucha sehari sebelum tanggal itu setelah menduduki kotak kecil itu satu bulan. Mereka meninggalkan mayat warga sipil berserakan di kota, beberapa dengan tangan terikat ke belakang, lainnya dimutilasi dan dibakar.
Ukraina mengatakan 419, termasuk sembilan anak, tewas selama satu bulan pendudukan Rusia. Penduduk yang selamat menceritakan kisah-kiash mengerikan tentang penyiksaan dan pemerkosaan.
Pasukan Rusia menjadi tersangka, tapi pemain kunci dalam pembantaian itu adalah tentara bayaran Wagner Group. “Itu menunjukan betapa brutal tentara bayaran Wagner Group,” kata Larsen.
Kebrutalan Wagner Group bukan sesuatu yang baru. Mereka melakukannya di 30 negara yang sibuk dengan konflik dalam negeri; Republik Afrika Tengah, Libya, Mali, Suriah, dan lainnya. Semua kebrutalan itu dilakukan dengan sangat rahasia, tapi di Ukraina segalanya menjadi terbuka.
Di Ukraina, Wagner Group melakukan kebrutalan pertama saat membantu Rusia merebut Krimea tahun 2014. Saat itu kehadiran mereka relatif terbatas.
Sebelum Rusia melancarkan operasi tempur ke Ukraina, Wagner Group menyiapkan antara 2.000 sampai 3.000 personelnya. Perekrutan terjadi Desember 2021.
Narapidana Tempur
Awal musim panas lalu ada yang berubah dengan Wagner Group. Mereka tidak lagi merekrut personel dari mantan tentara, tapi keluar-masuk dari satu ke lain penjara.
Dalam video yang bocor di aplikasi Telegram, Prigozhin — sekutu dekat Presiden Vladimir Putin — berbicara kepada narapidana, menawarkan mereka pengampunan jika merek bergabung dengan Wagner Group dalam selama dalam berbagai pertempuran selama enam bulan.
“Ini benar-benar menandai perubahan besar dan mempengaruhi susunan kelompok,” kata Larsen, menunjuk pada fakta lebih 50 ribu personel Wagner Gorup dikerahkan ke Ukraina sejak awal perang, dengan 40 ribu di antaranya berasal dari sel penjara.
Personel asli Wagner Group berlatih tahunan dan berpengalaman, narapidana tempur dibekali latihan seperlunya. Posisi narapidana adalah underdog, dan harus siap mati dalam misi paling berbahaya di garis depan Ukraina.
Garis depan yang dimaksud adalah Bakhmut, yang berusaha diraih Wagner Group untuk memperbaiki reputasinya. Padahal, Bakhmut bukan kota strategis di peta militer Ukraina dan Rusia.
Bagi Ukraina dan Rusia, Bakhmut adalah ‘penggiling daging’. Siapa pun yang terjun ke sini harus siap mati dengan tubuh terkoyak ledakan peluru meriam.
“Tugas narapidana tempur itu adalah terjun ke Bakhmut dan melihat dari mana Ukraina menembakan meriam,” kata Larssen. “Jadi, Wagner Group menggunakan mereka sebagai umpan meriam.”
Prigozhin Juga Pengen Ngetop
Sekian lama Prigozhin menyangkal hubungannya dengan Wagner Group. Ia bahkan sempat menggugat wartawan yang melaporkan dirinya adalah pendiri dan CEO Wagner Group.
Selah sekian sukses Wagner Group di medan tempur Ukraina dan Kementerian Pertahanan Rusia melulu mengklaim keberhasilan itu, Prigozhin tak bisa lagi menyangkal dirinya adalah CEO Wagner Group.
Persaingan sengit Wagner Group dan militer Rusia dimulai. Prigozhin menuduh militer Rusia tidak kompeten. Kementerian Pertahanan Rusia menghentikan pasokan amunisi ke garis depan.
Persaingan itu sangat mahal bagi Wagner Group. Larsen memperkirakan 40 ribu personel tentara bayaran, atau 80 persen dari 50 ribu, terbunuh, ditinggalkan di medan tempur, atau menyerah, dalam beberapa bulan terakhir.
“Kematian tentara bayaran tidak masuk dalam statistik resmi Rusia karena Wagner Group bukan bagian dari struktur resmi,” kata Larsen.
Kini, hanya ada 10 ribu personel Wagner Group di Ukraina. Mereka masih bertempur.
Pertempuran Soledar
Persaingan militer Rusia dan Wagner Group memuncak pada pertempuran Soledar, khususnya saat berupaya merebut tambang garam. Wagner Group mengalami kematian massal personelnya karena berlari ke garis tembak. Rusia memanfaatkan situasi dengan merebut kota itu.
Pada 11 Januari Group Wagner mengklaim merebut Soledar, tapi militer Rusia bungkam seribu bahasa. Sehari kemudian Kemenhan Rusia mengklaim berhasil merebut Soledar tanpa menyebut keterlibatan Wagner Group.
Mengapa tidak disebut? Sebab Wagner Group bukan bagian dari struktur resmi militer Rusia dan bergerak otonom.
Prigozhin marah dan menuduh militer Rusia mencuri kemenangan. Bagi Rusia, Prigozihin mulai kehilangan pemahaman atas posisinya di militer Rusia; bahwa tentara bayaran itu menerima bayaran bukan pengakuan atas sukses di medan tempur.
Kini, Prigozhin menghadapi dua pilihan; bertahan di Ukraina tanpa kemampuan merekrut personel baru, atau keluar dari Ukraina dan membangun kembali reputasi Wagner Group sebagai tentara bayaran super profesional.