Crispy

Turki Buka Kembali Madrasah Sang Penakluk Hagia Sophia

  • Turki membangun kembali madrasah ini dan akan menjadi pusat ilmu pengetahuan.
  • Di masa keemasan Ottoman, madarasah ini menghasilkan banyak ilmuwan terkenal.

JERNIH — Turki membuka kembali Hagia Sophia Fatih Madrasah, atau Madrsah Sang Penakluk Hagia Sophia, sekolah Kekaisaran Ottoman pertama di Istanbul yang dihancurkan beberapa dekade lalu.

Daily Sabah menulis Hagia Sophia Fatih Madrasah kini menjadi fasilitas pendidikan skala besar, dan terletak di sebelah Masjid Hagia Sophia yang dikembalikan ke fungsi aslinya duat tahun lalu.

Hagia Sophia Fatih Madrasah dibangun kembali dari awal, tapi tidak dalam bentuk aslinya. Jumat 15 April, bangunan itu resmi dibuka dalam upacara yang dihadiri Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Madrasah adalah sekolah dengan kurikulum agama dan sains. Seperti di negara-negara berpenduduk Muslim, Hagia Sophia Fatih Madrasah juga mendidik calon ulama dan dai di masa Kekaisaran Ottoman.

Nama Fatih disematkan untuk menghormati Sultan Mehmed II. Fatih berarti Sang Penakluk. Julukan yang diberikan kepada Sultan Mehmed II setelah merebut Konstantinopel dari Kekaisaran Byzantium tahun 1453.

Sultan Mehmed II yang mengubah bangunan ini dari tempat tinggal imam Gereja Orthodox menjadi madrasah. Pengubahan terjadi setelah Hagia Sophia, yang semula gereja diubah menjadi masjid.

Hagia Sophia Fatih Madrasah dibangun dengan ciri arsitektur Ottoman. Bangunan ini akan berfungsi sebagai rumah bagi banyak pusat pendidikan dan penelitian.

Universitas Fatih Sultan Mehmet Vakif, yang didirikan tahun 2010 oleh sebuah yayasan yang dibentuk Kekaisaran Ottoman berabad-abad lalu, akan menjalankan madrasah dua lantai ini.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata memulai pembangunan madrasah tahun 2017, tiga tahun sebelum Turki mengambil langkah penting mengembalikan status Hagia Sophia dari museum menjadi masjid dan diberi nama Masjid Agung Hagia Sophia.

Terletak di barat laut masjid, dan di antara harga peninggalan Ottoman dan Byzantium dari kota yang menghiasi alun-alun Sultan Amet, madarasah ini bertahan digempur waktu selama berabad-abad.

Pada abad ke-19, Sultan Abdulaziz memerintahkan pembongkaran karena madrasah rusak dan dibangun kembali lebih jauh dari Masjid Agung Hagia Sophia.

Tahun tahun 1924, bangunan itu berfungsi sebagai madrasah. Namun pada tahun yang sama pemerintah kota Istanbul mengubahnya menjadi panti asuhan.

Dua tahun setelah Hagia Sophia diubah menjadi museum tahun 1934, bekas madrasah dihancurkan.

Badan Konservasi Istanbul menyetujui proyek tahun 2012 untuk restitusi dan rekonstruksi madarsah. Tahun 2017 proyek itu resmi diluncurkan.

Madrasah baru ini berbagi dinding fondasi dengan bangunan lama, dan merupakan tambahan baru untuk alun-alun Sultan Ahmet, tempat Masjid Biru hingga obelisk Romawi bertahan.

Hagia Sophia Fatih Madrasah memiliki 38 ruangan luas yang akan berfungsi sebagai bagian Pusat Studi Hagia Sophia, Pusat Penelitian Mehmed The Conqueror and His Era, Pusat Aplikasi dan Penelitian Seni Islam, Pusat Penelitian Hukum Islam, Pusat Aplikasi dan Penelitian Manuskrip, Pusat Penelitian Yayasan, Pusat Studi Evliya Elebi — Penjelajah yang terkenal di era Ottoman — dan Pusat Aplikasi dan Penelitian Komunikasi Visual dan Desain.

Pada masa Dinasti Utsmaniyah, madrasah menampung tokoh-tokoh terkemuka di masanya; Molla Husrev — alah satu sarjana hukum terbesar di masa Sultan Mehmed II dan profesor pertama madrasah.

Nama besar lainnya adalah Ala al-Din Ali bin Muhammad — astronom dan matematikawan terkemuka dunia Islam abad ke-15.

Bangunan madrasah adalah perpaduan kayu dan logam, dengan balok kayu dikombinasikan dengan penyangga besi dan fasadnya terbuat dari penutup batu.

Dibangun di atas lahan seluas 1.473 meter persegi, bangunan ini memiliki tiga halaman dengan jalan kayu di setiap halaman yang ditopang material penguat logam. Sisa-sisa madrasah tua, termasuk bagian sebuah waduk masih terpelihara dengan baik.

“Mereka menghancurkan bangunan ini dengan alasan menghalangi pandangan,” kata Erdogan. “Situs bersejarah ini benar-benar dihancurkan.”

Menurut Erdogan, Turki gagal melestarikan warisan nenek moyangnya pada satu titik. Ia menyalahkan pola pikir salah satu partai.

Pada tahun-tahun awal, Turki diperintah Partai Rakyat Republik (CHP) yang berusaha menghancurkan semua kejayaan Islam peninggalan Ottoman.

“Bangunan-bangunan kuno dibongkar atau runtuh karena kelalaian. Ratusan masjid dijual atau diubah menjadi museum dan kandang kuda,” kata Erdogan.

Back to top button