Turki Rayakan 569 Tahun Pengepungan dan Penaklukan Konstantinopel
- Sultan Mehmed II mengepung Konstantinopel 54 hari, dan berusaha masuk dengan berbagai cara.
- Usai shalat Subuh, Mehmed II menyerang pada hari ke-54. Sore hari Mehmed II memasuki kota.
JERNIH-– Turki, Minggu 29 Mei, merayakan 569 tahun penaklukan Konstantinopel — kota yang kemudian berganti nama menjadi Istanbul — dan menyebutnya sebagai awal penting dari era baru.
Konstantinopel, sebuah kota kosmopolitan, dikepung 28 kali sepanjang sejarah sebelum ditaklukan Sultan Mehmed II dari Kekaisasaran Ottoman tahun 1453.
Sebagai pengakuan atas kemenangan itu, Sultan Mehmed II — yang saat itu masih berusia 21 tahun — dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk.
Penaklukan Konstantinopel, ibu kota Kerajaan Romawi Bizantium, telah diramalkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. “Konstantinopel pasti ditaklukan. Betapa hebatnya komandan yang menaklukan kota itu, dan betapa hebat tentaranya,” demikian ramalan Rasulullah.
Pada malam 21-22 April 1453, 67 kapal kecil dan menengah dipindahkan ke Golden Horn, pintu masuk utama Selat Turki saat ini, oleh tentara dan hewan melalui Aliran Kabatas, yang mengalir ke Pelabuhan Tophane.
Jalan Menuju Peneklukan
Tembok pertama Konstantinopel dibangun tahun 657 SM. Kaisar Romawi Septimius Severus (193-211) menghancurkan tembok itu selama invasi, dan membangun tembok yang berakhir di dekat Hagia Sophia — termasuk Sarayburnu dan lapangan Sultan Ahmet.
Pada masa pemerintahan Konstantinus (306-307), kota ini — dari pantai Marmara hingga Golden Horn — dikelilingi tembok kota untuk kali ketiga.
Penaklukan Konstantinopel dilakukan di Edirne, tepat di sebelah barat kota itu. Sultan Mehmed II berangkat dari ini.
Komandan Venesia Bartolomew Soligo, yang berjuang untuk Byzantium, menutup pintu masuk ke Golden Horn dengan memasang rantai di pintu masuk pelabuhan bagian dalam.
Mehmed II dan Tentara Ottoman mendekati Konstantinopel dengan 80 ribu tentara yang mengepung kota. Serangan dimulai dengan penembakan meriam besar.
AL Ottoman, dengan 145 kapal — termasuk 12 kapal galai dan 25 kapal pengangkut dan kapal keicl — datang. Seluruh kapal dipindahkan ke Golden Horn melalui darat.
Artinya, seluruh kapal diangkat ke darat dan didorong dengan tenaga manusia dan hewah melalui darat, tidak jauh dari tembok kota.
Kapten Giorcomo Coco, yang ditugaskan membakar kapal-kapal Ottoman di Golden Horn, gagal. Ia tewas di dalam kapalnya yang tenggelam.
Kapal-kapal Ottoman menyerang untuk mengangkat rantai di pintu masuk Golden Horn dan gagal. Serangan terhadap tembok terus berlanjut. Sejumlah terowongan digali untuk memasuki kota.
Suara penggalian terdengar, dan tentara Byzantium segera bertindak memblokir terowongan.
Mehmed II mengirim utusan terakhir ke Kaisar Romawi Byzantium untuk menawarkan penyerahan kota. Tawaran ditolak.
Terowongan ketujuh yang digali tentara Ottoman juga gagal. Mehmed II menyimpulkan bahwa menggali terowongan akan memakan banyak korban.
Pada 29 Mei, Tentara Ottoman memulai serangan dini hari dalam tiga gelombang. Selama dua jam pertama, Bashi-bazouk menyerang tembaok, dan digantikan pasukan Anatolia.
Janisari, tentara elit Ottoman, masuk. Ketika matahari muncul, tentara Ottoman memasuki kota melalui Kerkoporta dan memasang bendera kerajaan di atas pintu.
Mehmed II memasuki kota sore hari pada hari pertama penaklukan. Dia pergi ke Hagia Sophia dan berdoa.
“Mulai sekarang, tahktas saya adalah Istanbul,” katanya.
Sejak saat itu, Konstantinopel berganti nama menjadi Istanbul. Kehadiran Mehmed II menandai akhir 54 hari pengelungan dengan interval.
Kekaisaran Romawi Byzantium yang berusia 1.058 tahun berakhir. Penaklukan ini juga mengakhiri sebuah periode yang disebut Abad Pertengahan.
Dilahirkan Kembali
Ilhami Danis, sejarawan di Universitas Fatih Sultan Mehmet Vakif Istanbul, mengatakan ini adalah target utama, baik secara logistik dan strategi karen koneksi Kekaisaran Ottoman dari Anatolia ke Rumelia (Balkan) dan seluruh Eropa melalui Galipoli sebagian bsar hilang.
Penaklukan ini, masih menurut Danis, penting untuk kelanjutan Ottoman di Eropa dan mengendalikan lalu-lintas antara Mediterania dan Laut Hitam.
Feridun Emecen, dekan Fakultas Sastra Universitas 29 Mayis Istanbul, mengatakan kota ini membawa kepentingan keagamaan yang besar bagi umat Kristen dan Islam.
“Sebuah kerajaan baru lahir dari penaklukan ini,” kata Emecen. Jadi, penaklukan ini merupakan titik balik, dan sangat penting bagi Turki.”
Setelah penaklukan, seruan pembentuan Tentara Salib baru mulai dilakukan di Barat. Di dunia Islam, penaklukan disambut kegembiraan kecuali oleh pemerintahan Mamluk.
Mamluk atau Mamalik, menurut Wikipedia, adalah budak belian non-Arab. Mereka membentuk tentara yang kuat, yang melayani Dinasti Arab di kerajaan-kerajaan Islam saat itu.
Di sekujur Turki dan Anatolia, penaklukan juga disambut gembira kecuali di Karamanid — sebuah keemiran di Anatolia. Pusat keemiran ini di selatan Anatolia, di propinsi Karaman saat ini.