Ulama Sunni Iran: Pengunjuk Rasa Itu Bukan Melawan Tuhan, tak Bisa Dihukum Mati
- Pemerintah Iran mengancam pengunjuk rasa dengan tuduhan moharabeh.
- Dalam Al Quran, moharabeh adalah melawan Tuhan. Jadi melawan pemerintah Iran adalah melawan Tuhan.
JERNIH — Molavi Abdolhamid, ulama Sunni di Republik Islam (Shiah) Iran, menentang keras hukuman mati bagi pengunjuk rasa. Aksi protes itu bukan melawan Tuhan.
“Orang yang memprotes dengan batu dan tongkat, atau hanya berteriak tidak boleh dituduh moharebeh,” kata Abdolhamid. “Dalam Al Quran disebutkan moharebeh adalah ketika sekelompok orang mengunakan senjata dan terlibat pertempuran.”
Moharebeh adalah istilah yang berarti berperang melawan Tuhan. Di Iran, seseorang yang dianggap melakukan moharebeh berpotensi dihukum mati.
Aksi protes mengguncang tenggara Iran, dengan etnis minoritas Baluch turun ke jalan dan berteriak. Dalam video yang diposting Kelompok HAM Iran, seorang wanita etnis Baluch berteriak; “Saya akan membunuh siapa pun yang membunuh saudara laki-laki saya.”
Dalam video terlihat polisi merespon teriakan itu dengan tembakan dan gas air mata. Dalam video lain terlihat pengunjuk rasa yang terluka dirawat di klinik sebuah masjid di Zahedan, ibu kota Sistan-Baluchistan.
Di tempat ini Abdolhamid berpidato. Pada saat bersamaan unjuk rasa yang disertai kekerasan terjadi di Chababar, Taftan, dan bagian lain dari propinsi itu. Namun semua video itu tidak dapat diverifikasi.
Selala lalu, Javaid Rehman — pakar independen yang ditunjuk PBB di Iran — menyuarakan keprihatinan akan terjadinya represi terhadap pengunjuk rasa yang semakin meningkat. Pemerintah Iran meluncurkan kampanye menjatuhkan hukuman mati kepada pengunjuk rasa.
PBB mengatakan lebih 300 orang tewas dan 14 ribu ditangkap dalam protes yang dipicun kematian Mahsa Amini, gadis Kurdi berusia 22 tahun, di tangan polisi moral Iran.