
Kegiatan pengabdian bersama ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara dunia pendidikan, institusi kesehatan, dan pemerintah lokal dapat menciptakan dampak sosial yang signifikan. Ia bukan sekadar praktik akademik, tetapi juga kerja kemanusiaan.
JERNIH–Pengabdian masyarakat bukan lagi sekadar kegiatan seremonial bagi kalangan akademik. Hal itu dibuktikan Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) dan Universitas Esa Unggul (UEU) dalam kolaborasi pengabdian masyarakat yang digelar di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Sabtu, 24 Mei 2025. Dua institusi pendidikan tinggi itu bersinergi mendekatkan ilmu, nilai, dan aksi nyata kepada masyarakat, dengan fokus pada edukasi gizi serta pelayanan kesehatan langsung seperti khitanan massal.
Di hadapan para kader Posyandu, tenaga kesehatan masyarakat, aparat desa, serta warga setempat, tim dari Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Esa Unggul menyampaikan pentingnya pengetahuan tentang gizi seimbang. Pengetahuan itu, menurut mereka, harus bisa diteruskan oleh para kader kepada warga secara luas melalui berbagai kanal komunikasi, baik digital maupun visual.
“Pentingnya penyebaran pengetahuan akan makanan bergizi tidak bisa ditunda. Melalui para kader, informasi ini akan menjangkau keluarga-keluarga di desa dengan cara yang mudah dipahami,” kata Dekan FIKOM UEU, Dr. Erna Febriani, S.Sos, M.Si.
Materi pelatihan yang dibawakan para dosen FIKOM mencakup strategi komunikasi kesehatan, pemanfaatan media visual seperti poster dan leaflet, serta pembuatan konten edukatif untuk media sosial—Facebook, WhatsApp, dan platform lain yang akrab bagi warga desa. Dalam sesi praktis, peserta diajari menyampaikan pesan secara jelas dan efektif.
Antusiasme para kader terlihat sepanjang kegiatan. Salah seorang kader, Heny, bertanya apakah makanan bergizi harus selalu berasal dari luar desa. Ia merasa lega dan gembira saat tim dosen menekankan bahwa makanan lokal pun—jika seimbang dan cukup nutrisi—termasuk makanan bergizi.
“Alhamdulillah, kami senang dengan kegiatan ini karena kami bertambah ilmu dan kami akan menyampaikan kepada Posyandu,” ujar Heny sambil memperlihatkan poster gizi yang ia terima.
Tak berhenti pada edukasi, kegiatan ini juga menyentuh kebutuhan langsung masyarakat melalui layanan khitanan massal yang digelar oleh tim medis dari Rumah Sakit Salak dr. H. Sadjiman. Kepala rumah sakit, Dr. dr. Nanik Prasetyoningsih, SpPK, M.H, MARS, turun langsung ke lapangan, hadir di tengah anak-anak dan orang tua mereka di Kantor Kecamatan Cijeruk.
Kolonel Inf. Adam Mardamsyah dari Unhan RI menegaskan bahwa nilai pengabdian sudah semestinya tertanam dalam diri mahasiswa sejak awal pendidikan. “Mahasiswa Unhan RI harus peka terhadap kebutuhan hakiki masyarakat. Itulah dasar pengabdian. Salah satunya kami wujudkan hari ini lewat khitanan massal dan pembagian pupuk pohon durian kepada warga,” ujar Kol. Adam.
Kegiatan ini dihadiri pula Direktur Pascasarjana Unhan RI, Laksda TNI Dr. Bambang Irwanto; Ketua Program Studi S3, Dr. Guntur Eko Saputro; serta Camat Cijeruk, Mochamad Sobar Mansoer, S.IP, M.Si. Dari pihak UEU, hadir Wakil Dekan FIKOM, Ketua Program Studi S1 dan S2 FIKOM, serta mahasiswa yang turut terjun langsung dalam kegiatan.
Menurut Dr. Erna, keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ini bukan hanya memperluas pengalaman mereka, tapi juga bagian penting dari implementasi Tridarma Perguruan Tinggi. “Pengabdian kepada masyarakat tidak boleh sekadar agenda rutin. Ia harus menjadi bagian dari denyut hidup kampus, yang terus berakar dan tumbuh bersama masyarakat,” katanya.
Camat Cijeruk, dalam sambutannya, menyatakan apresiasi atas kegiatan tersebut. “Kami menyambut baik kegiatan ini. Dukungan akademisi seperti ini memperkuat kerja-kerja pemerintah daerah dalam menyehatkan dan memberdayakan masyarakat,” ujar Sobar.
Kegiatan pengabdian bersama ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara dunia pendidikan, institusi kesehatan, dan pemerintah lokal dapat menciptakan dampak sosial yang signifikan. Ia bukan sekadar praktik akademik, tetapi juga kerja kemanusiaan.
Seperti kata Paulo Freire, “Pendidikan tidak mengubah dunia. Pendidikan mengubah manusia. Dan manusialah yang mengubah dunia.” Maka, bila hari itu di Cijeruk ada seorang anak tersenyum setelah dikhitan, seorang kader memahami makna gizi lokal, dan seorang mahasiswa menyadari arti hadir bagi sesama—maka sejatinya perubahan itu sudah mulai bekerja. [ ]