Uni Eropa Tuduh Cina, Iran, dan Rusia Sebarkan Infodemic Covid-19
- Disinformasi tentang Covid-19 menyebabkan penduduk Uni Eropa menolak pedoman cuci tangan dan jarak sosial.
- Jutaan orang masih berisiko mengkonsumsi informasi sesat.
Brussels — European External Action Service (EEAS), misi gabungan diplomatik dan pertahanan Uni Eropa, menuduh Cina, Rusia, dan Iran, menyebar informasi menyesatkan tentang virus korona, atau Infodemic Coronavirus.
“Disinformasi virus korona terus berkembang di medis sosial, dengan semakin banyak laporan yang menyoroti bahaya langsung terhadpa kesehatan warga dan keamanan publik,” demikian EEAS tentang Panilaian Lingkungan Informasi Covid-19 yang diterbitkan Senin lalu.
Media yang dikendalikan pemerintah Iran, Rusia, dan Cina, plus aktor cyber menjalankan kampanye jahat dan menyesatkan mengenai virus korona. Kampanya terkoordinasi, dan dijalankan di seluruh anggota Uni Eropa.
Cina, masih menurut EEAS, menjalankan kampanye global untuk menangkis kesalahan atas pandemi dan memperbaiki citra internasional-nya.
“Kedua taktik terbuka dan rahasia mereka telah diamati,” kata EEAS.
Laporan ini juga menyoroti jaringan disinformasi yang terkait dengan Iran, telah mengeksploitasi pandemi untuk membingkai Barat, dan menyerang sanksi internasional.
Analisis EEAS Stratcom, dan kelompok eksternal, menunjukan bahwa disinformasi yang sangat berbahaya tentang Covid-19, akan menjadi viral di pasar media lebih kecil di dalam dan luar negeri Eropa. Perusahaan teknologi menghadapi menghadapi insentif lebih rendah untuk mengambil langkah-langkah balasan memadai.
Menurut EEAS, semakin banyak bukti menunjukan disinformasi Covid-19 berdampak langsung pada kesehatan dan keamanan masyarakat.
Penelitian Universitas Mainz menunjukan bagaimana teori konspirasi mengenai virus dan disinformasi berdampak buruk pada kesehatan individu. Kepercayaan pada virus adalah tipuan yang sangat mempengaruhi orang untuk mengabaikan nasehat resmi tentang cuci tangan dan menjaga jarak sosial.
Teori konspirasi dan konten menyesatkan terus berkembang di media sosial. Dalam sebuah analisis yang mencakup lima bahasa di Eropa dan Arab, Avaaz — organisasi nirlaba yang berbasis di AS — menemukan jutaan pengguna Facebook masih berisiko mengkonsumsi informasi salah tentang virus korona.
Avaas menemukan konten palsu dibagikan 1,7 juta kali di Facebook, dan dilihat 117 juta kali. Ini membuat Uni Eropa bekerja sama dengan mitra internasional meningkatkan tanggapan terhadap panye disinformasi Covid-19.