Crispy

WHO: Jangan Ada Nasionalisme Vaksin

  • Pendemi tidak bisa diakhiri dengan memvaksinasi seluruh masyarakat di beberapa negara, tapi beberapa orang di semua negara.
  • Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan dunia perlu solidaritas global, dan vaksin harus menjadi barang publik dunia.

Jenewa — Ketua Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan semua negara, terutama yang melakukan pengembangan vaksin Covid-19, untuk tidak menerapkan nasionalisme vaksin.

“Biar saya perjelas, nasionalisme vaksin akan memperpanjang pandemi, bukan memperpendek,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pidato video pada pembukaan KTT Kesehatan Dunia di Berlin.

Menurut Dr Tedros, wajar jika setiap negara ingin melindungi rakyatnya terlebih dulu. Namun, lanjutnya, jika memiliki vaksin yang efektif kita harus menggunakannya secara efektif pula.

Cara terbaik melakukannya adalah memvaksinasi beberapa orang di semua negara, bukan memberikan vaksin kepada semua orang di beberapa negara.

Para ilmuwan di seluruh dunia berlomba mengembangkan vaksin melawan virus korona yang telah menewaskan 1,1 juta orang. Beberapa lusin kendidat vaksin sedang diuji klinis, dengan sepuluh di antaranya dalam uji klinis Fase 3, dengan melibatkan puluhan ribu sukarelawan.

Uni Eropa, AS, Inggris, Jepang, dan beberapa negara, telah memesan dalam jumlah besar ke perusahaan yang terlibat pengembangan vaksin paling menjanjikan.

Kekhawatiran muncul ketika negara-negara miskin terancam ditinggalkan, atau tidak terlihat dalam antrean mendapatkan vaksin. Untuk mengatasi ancaman ini WHO meluncurkan skema internasional bernama Covax, untuk memastikan akses yang adil bagi negara miskin.

WHO juga sedang berjuang mengumpulkan dana yang diperlukan untuk membeli vaksin, dan disalurkan ke negara miskin.

Krisis Terbesar

WHO sebelumnya melaporkan rekor infeksi baru di seluruh dunia pada hari ketiga berturutan, dan menyeru semua negara mengambil tindakan mengekang penyebaran.

Badan Kesehatan Dunia itu mencatat 465.319 kasus pada SAbtu lalu, dengan setengahnya terdapat di Eropa.

“Ini momen berbahaya bagi banyak negara di belahan bumi utara, karena kasus meningkat tajam,” kata Dr Tedros.

Dr Tedros kembali menekankan pentingnya jarak sosial, mencuci tangan, bertemu di luar ruangan dengan memakai masker, dan menghindari pertemuan di dalam ruangan.

“Berulang kali kami melihat bahwa tindakan tepat dan cepat membuat pandemi dapat dikelola,” katanya.

Antonio Guterres, sekjen PBB, dalam pesannya ke peserta KTT menyebut pandemi Covid-19 sebagai krisis terbesar di zaman kita.

“Kita membutuhkan solidaritas global di setiap langkah,” kata Guterres. “Vaksin harus menjadi barang publik global. Vaksin, tes, dan terapi, bukan sekedar penyelamat hidup tapi penyelamat ekonomi dan masyarakat dunia.”

Back to top button