Crispy

WHO: Pandemi Telah Membuat Kita Semua Lelah, Letih, Lemah

Studi terbaru dalam jurnal Cardiovascular Research menunjukkan bahwa paparan polusi udara jangka panjang mungkin memiliki keterkaitan dengan kematian kasus  COVID-19.

JERNIH—Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan negara-negara di dunia akan kelelahan akibat pandemic, serta kerugian fisik dan mental karena angka-angka kasus yang terus melonjak di seluruh dunia. WHO terutama melihat lonjakan yang signifikan di negara-negara belahan utara bumi seperti Eropa dan Amerika Utara.

“Bekerja dari rumah, anak-anak sekolah jarak jauh, tidak dapat merayakan pencapaian bersama teman dan keluarga, atau tidak berada di sana untuk meratapi orang yang dicintai– itu berat dan kelelahan akan hal tersebut nyata ada,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Sebelumnya, hal tersebut pernah dikemukakan Direktur WHO Wilayah Eropa, Hans Henri P. Kluge, awal bulan ini.

Lebih dari 43 juta orang di seluruh dunia dinyatakan positif virus corona, di mana pekan lalu terjadi peningkatan kasus COVID-19 tertinggi sejak pandemi dimulai. Tercatat lebih dari 1,1 juta orang telah meninggal karena COVID-19.

Namun, Tedros mengimbau agar kita semua tidak lekas menyerah. “Para pemimpin harus menyeimbangkan kesulitan hidup dengan kebutuhan untuk melindungi petugas kesehatan dan sistem kesehatan saat perawatan intensif terisi.”

Tedros juga memperingatkan dunia untuk tidak sekali-kali mempolitisasi pandemi. “Di mana telah terjadi perpecahan politik di tingkat nasional; di mana telah ada rasa tidak hormat yang terang-terangan terhadap para ahli sains dan kesehatan, kebingungan telah menyebar dan kasus serta kematian telah meningkat.”

Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Cardiovascular Research menunjukkan bahwa paparan polusi udara jangka panjang mungkin memiliki keterkaitan dengan 15 persen kematian dari sedikitnya 1,1 juta kematian kasus  COVID-19.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Jerman dan Siprus itu mengamati data kesehatan dan penyakit di AS dan Cina terkait polusi udara. Para peneliti menggabungkannya dengan data satelit tentang paparan global terhadap partikel mikroskopis dan polusi di darat.

Di Asia Timur, penelitian mengatakan ada 27 persen kematian terkait COVID-19 dapat dikaitkan dengan kualitas udara yang buruk. Sementara di Eropa tercatat sebesar 19 persen, dan 17 persen di kawasan Amerika Utara.

Tim penulis penelitian tersebut menekankan bahwa tidak berarti polusi udara itu sendiri berkontribusi langsung pada kematian, tetapi bisa menjadi faktor pendamping. [DPA/AFP/wicnews]

Back to top button