Depth

Orang Jerman Tidak Lagi Percaya Strategi Vaksinasi Pemerintah

Menurut survei, tinggal 20 persen orang Jerman yang masih percaya, strategi vaksinasi pemerintah di bawah kanselir Merkel akan berhasil pada seluruh populasi orang dewasa di akhir musim panas

JERNIH– Mayoritas orang Jerman tidak lagi mempercayai strategi vaksinasi pemerintah, atau janji vaksinasi nasional pada akhir musim panas, demikian laporan surat kabar populis , Kamis (01/04). Hasil ini terungkap dari jajak pendapat yang digelar organisasi survei INSA untuk Bild. Seperempat responden menyatakan masih percaya kepada strategi vaksinasi pemerintah Jerman.

Sementara hanya 21 persen responden mengatakan mereka masih percaya dengan janji yang sering diulang pemerintah, bahwa semua orang dewasa di Jerman akan mendapatkan kesempatan vaksinasi penuh sebelum 21 September 2021. Sebagai informasi, masa legislatur pemerintah Jerman saat ini akan berakhir 26 September berbarengan dengan digelarnya pemilu parlemen baru.

Mayoritas kena varian mutasi B117

Vaksinasi di Jerman tertinggal sangat jauh bila dibandingkan dengan negara maju lainnya seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Israel. Pemerintah di Berlin mengatakan bahwa dosis vaksin yang tersedia saat ini tidak mencukupi.

Hingga Selasa (30/3) lalu, lebih dari tiga bulan sejak dimulainya kampanye vaksinasi massal, dimana petugas kesehatan mulai memberikan vaksin COVID-19, hanya sekitar 11,3 persen populasi Jerman yang telah menerima setidaknya satu dosis suntikan vaksin.

Sementara itu, Robert Koch Institut (RKI) yang bertanggung jawab mengendalikan sebaran penyakit menular di Jerman, menyatakan keprihatinannya pada Rabu (31/3) lalu, setelah menemukan bahwa 88 persen dari kasus infeksi virus corona yang tercatat di negara itu antara 22 Maret dan 28 Maret adalah virus mutasivarian B117 yang pertama kali ditemukan di Inggris.

Varian B117 yang lebih menular ini diyakini berada di belakang gelombang ketiga wabah corona di Jerman. RKI menambahkan bahwa semua vaksin yang sudah mendapat otorisasi di Jerman dapat menawarkan perlindungan terhadap varian tersebut.

Terlepas dari kontroversi seputarnya, vaksin AstraZeneca selama ini menjadi kunci vaksinasi di Jerman. Keputusan terbaru pemerintah Jerman adalah, menggunakan vaksin AstraZeneca hanya untuk orang berusia 60 tahun ke atas (sebelumnya pemerintah setuju menggunakannya untuk usia 64 tahun ke bawah).

Ada pula kekhawatiran terbaru tentang kasus pembekuan darah atau trombosis yang berpotensi fatal sebagai efek samping dari vaksin AstraZeneca. Di Jerman, efek samping ini terjadi pada  31 kasus di antara 2,7 juta yang sejauh ini telah divaksinasi AstraZeneca.

Hambatan terbaru lainnya dalam proses vaksinasi, datang hanya beberapa hari menjelang Paskah. Pandemi atau tidak, di saat seperti ini aktivitas di Jerman cenderung terhenti selama akhir pekan panjang. Pada minggu menjelang Paskah tahun ini, hari Jumat, Minggu, dan Senin adalah hari libur di Jerman, karenanya pengiriman dan pengangkutan barang dilarang. Toko-toko tutup dan mereka yang harus bekerja akan mendapat bayaran ekstra.

Liburan Paskah menyebabkan program vaksinasi harian di beberapa negara bagian juga ikut libur. Alasan yang diajukan adalah, jika pasokan vaksin dari pusat terhenti, tidak ada gunanya tetap membuka pusat vaksinasi saat libur Paskah.

Strategi di tangan negara bagian

Di Jerman, vaksinasi menjadi tanggung jawab 16 negara bagian. Inilah yang membuat sulitnya membangun gambaran komprehensif tentang situasi keseluruhan. Setidaknya tujuh negara bagian berencana membatasi vaksinasi atau meliburkan pusat vaksinasi saat liburan akhir pekan selama masa Passkah, demikian laporan media massa di Jerman.

Sementara di Berlin, vaksinasi biasanya berlangsung pada pukul 9 pagi hingga 7 malam setiap harinya. Pemerintah setempat mengatakan akan tetap melakukannya juga selama liburan Paskah.

Secara keseluruhan, hanya sekitar 11 persen dari populasi di Jerman telah menerima setidaknya satu dosis suntikan vaksin. Angka ini sama dengan persentase rata-rata di Uni Eropa. Kementerian Kesehatan Federal Jerman mengharapkan pada bulan depan akan menerima pengiriman lebih dari 15 juta dosis yang akan segera didistribusikan.

[Reuters/AFP/DPA/AP]

Back to top button