Depth

Pangeran Charles Beri Dukungan untuk Rakyat Palestina

Kunjungan pertamanya di tanah Palestina adalah ke sebuah masjid di Manger Square, tempat ia mendengar bagaimana umat Kristen dan Muslim hidup berdampingan secara damai di Betlehem selama berabad-abad.

BETHLEHEM– Kunjungan Pangeran Charles dari Kerajaan Inggris ke Betlehem, kota suci umat Kristen di Tepi Barat, Palestina, membawa pesan perdamaian dan koeksistensi antarumat beragama di wilayah kantong yang dilanda konflik berkepanjangan tersebut. Sang Pangeran secara tegas menyampaikan dukungan terhadap penderitaan rakyat Palestina.

Pangeran Charles, Prince of Wales dari Kerajaan Inggris itu menyampaikan pesan dukungan yang kuat untuk penderitaan rakyat Palestina. Berbicara kepada kerumunan massa, Pangeran Charles mengatakan, “Saya berharap masa depan akan mewujudkan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan bagi semua warga Palestina.”

Dalam pernyataan yang dipahami sebagai indikasi dukungan paling jelas oleh anggota keluarga Kerajaan Inggris untuk Palestina itu, Pangeran Charles merujuk pada “tanda-tanda kesulitan yang terus berlanjut” yang dihadapi para tamu kunjungan begitu tiba di Betlehem.  “Ini menghancurkan hati saya bahwa kita harus terus melihat begitu banyak penderitaan dan perpecahan.”

Harian Inggris The Telegraph menulius, Pangeran Charles berpidato di Casa Nova, rumah jemaat Kristen Fransiskan yang dekat dengan gereja kelahiran Yesus, tempat ia berbicara dengan para pemimpin gereja serta pejabat kesehatan dan pendidikan.

Ia juga menyempatkan diri singgah untuk mengobrol dengan sekelompok pengungsi Palestina, di antaranya Dr Abdelfattah Abu Srour, direktur Al Rowwad Centre di kamp pengungsi Aida. Abu Srour mengatakan kepada Pangeran Charkes, dia bekerja dengan anak-anak yang masih sangat muda mulai dari usia delapan tahun.

Ketika ditanya apa yang mereka inginkan ketika tumbuh dewasa, anak-anak itu menjawab, “Ingin mati saja karena tidak ada yang peduli.” Menurut Abu Srour, Pangeran Charles merespons jawaban itu dengan kalimat, “Sangat menyakitkan mendengar hal itu.”

Pangeran Charles juga berbicara dengan seorang pengungsi lain, Rua Ahmad Abuoda, mahasiswa teknik berusia 20 tahun dan anggota kelompok pemberdayaan perempuan yang bekerja dengan para ibu dan anak-anak cacat di kamp-kamp pengungsi Aida dan Al-Azzeh. Abuoda menuturkan, “Saya berbicara dengannya tentang anak-anak cacat. Beberapa dari mereka terluka karena tentara Israel dan konflik.”

Sebelum melakukan perjalanan pulang, Pangeran Charles dihadiahi lukisan mural lambang Kerajaan Inggris yang dirancang dari mutiara nacre (mother of pearl) oleh seorang seniman ikonografi setempat.

Sebelumnya Pangeran Charles telah menghadiri kebaktian multi-agama di Gereja Kelahiran (Church of the Nativity) yang dipercaya sebagai tempat kelahiran Yesus di Betlehem.

Dalam sebuah pembacaan kitab Injil, Uskup Agung Gereja Anglikan di Yerusalem, pendeta Most Reverend Suheil Dawani menyerukan perjalanan panjang Pangeran Charles untuk menyatukan berbagai agama yang berbeda, dengan mengatakan “kepemimpinan dan kehadirannya telah memberikan harapan bagi semua umat Kristen, terutama bagi mereka di wilayah kita yang menderita penindasan, kekerasan, dan hukuman penjara ekstrem.”

Pangeran Charles ditunjukkan palungan di bawah gereja di mana orang Kristen percaya Yesus telah dilahirkan. Pada awal hari, di tengah hujan deras dan angin kencang, Pangeran Charles bergabung dengan para pemimpin agama Islam dan Kristen dalam perjalanan simbolis melalui pusat Betlehem dalam suatu gerakan yang bertujuan untuk menyebarkan pesan koeksistensi antar-agama.

Kunjungan pertamanya di tanah Palestina adalah ke sebuah masjid di Manger Square, tempat ia mendengar bagaimana umat Kristen dan Muslim hidup berdampingan secara damai di Betlehem selama berabad-abad.

Di tengah kerumunan payung dan kamera serta petugas keamanan yang berdesakan, Pangeran Charles ditemani oleh para imam dari Masjid Omar dan umat Kristen dari Gereja Kelahiran (Church of the Nativity): Fransiskan, Ortodoks Armenia, dan Ortodoks Yunani. Menurut catatan The Telegraph, Masjid Omar, satu-satunya masjid di kota tua itu meskipun jumlah umat Islam lebih banyak dari jumlah pemeluk agama Kristen di Betlehem, diambil dari nama Khalifah Umar yang menaklukkan Yerusalem pada 637 tetapi menjamin bahwa orang-orang Kristen akan bebas untuk terus beribadah. [ ]

Back to top button