DepthVeritas

Warga AS Ingin Presiden yang Mengakhiri Perang Tanpa Akhir Mereka

Ketika responden diingatkan bahwa utang nasional lebih dari  23 triliun dolar AS dan naik di atas  25 triliun dolar tahun ini, 49 persen orang Amerika ingin mengurangi pengeluaran Pentagon.

Oleh   : William Ruger*

JERNIH– Amerika Serikat telah menjadi pemain militer aktif di seluruh dunia sejak akhir Perang Dingin. Hal itu termasuk peperangan yang sangat berdarah dan berbiaya mahal di Irak dan Afghanistan. Sementara AS juga melakukan berbagai operasi militer yang signifikan di Balkan, Libya, Suriah, dan berbagai hot spot lainnya di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Terpilihnya Donald Trump dan dukungan signifikan yang dikumpulkan oleh Bernie Sanders dan Elizabeth Warren dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat menunjukkan bahwa orang Amerika telah lelah dengan beban berat ini. Para pejabat terpilih ini secara mencolok menyerukan pemikiran baru tentang peran Amerika di dunia dan mendapat manfaat darinya.

Jajak pendapat YouGov baru yang dilakukan Charles Koch Institute memberikan bukti lebih lanjut bahwa publik Amerika Serikat mendukung kebijakan luar negeri yang lebih realistis. Mereka ingin para pemimpinnya lebih fokus pada kebutuhan dalam negeri yang mendesak daripada proyek luar negeri. YouGov mewawancarai dua ribu orang dari 24-27 Juli 2020, dan mengumpulkan data jajak pendapat berdasarkan tanggapan mereka. Mengingat betapa terpolarisasinya negara ini pada begitu banyak masalah lain, sangat mengejutkan betapa Amerika Serikat bersatu dalam mengakhiri perang tanpa akhir kita di Timur Tengah dan menghindari keterikatan militer yang lebih besar dalam konflik di luar negeri.

Fokus pada tantangan domestik

Orang AS, terlepas dari partainya, ingin pemimpin mereka memusatkan perhatian mereka pada front dalam negeri daripada di luar negeri. Secara keseluruhan, 75 persen orang Amerika setuju dengan pernyataan, “Amerika Serikat harus memprioritaskan masalah dalam negeri daripada masalah kebijakan luar negeri”. Sementara hanya enam persen dari mereka ingin Amerika Serikat memprioritaskan masalah kebijakan luar negeri daripada masalah dalam negeri.

Sebanyak 82 persen pemilih Partai Republik setuju dengan pernyataan pertama dan hanya empat persen dari mereka yang mengidentifikasi diri dengan GOP, ingin memprioritaskan masalah kebijakan luar negeri. Perpecahan di antara Demokrat menunjukkan data tersebut hanya sedikut berbeda, yakni pada angka 75 persen versus enam persen.

Ketika membahas masalah keterlibatan militer AS dalam konflik di seluruh dunia, orang Amerika kembali cenderung lebih berhati-hati. Hampir setengah — 48 persen — percaya bahwa Amerika Serikat seharusnya tidak terlalu terlibat secara militer dalam konflik di seluruh dunia, dan hanya tujuh persen yang menginginkan lebih banyak keterlibatan militer AS dalam berbagai konflik tersebut. Tampaknya hanya ada sedikit tenaga untuk melanjutkan petualangan militer.

Mengakhiri “Perang Tanpa Akhir”

Perubahan realistis Amerika sangat menonjol dalam cara publik berpikir tentang keterlibatan militer mereka di Irak dan Afghanistan. Sekitar 74 persen orang Amerika mendukung pemulangan pasukan AS dari Irak, dengan hanya 11 persen yang menentang langkah tersebut.

Dukungan untuk penarikan militer dari Afghanistan bahkan lebih tinggi, dengan 76 persen orang Amerika lebih suka membawa pulang pasukan mereka dari Afghanistan,  dan hanya 10 persen yang menentang penarikan. Hampir setengah dari orang Amerika “sangat mendukung” penarikan pasukan dari negara itu, menunjukkan bahwa Presiden Trump dan Duta Besar Zalmay Khalilzad mendukung upaya mereka untuk mengakhiri perang tanpa akhir ini.

Menghadapi polarisasi yang meningkat dan begitu banyak perpecahan 50/50 di daerah pemilihan, patut dicatat bahwa dukungan untuk mundur dari Afghanistan telah meningkat secara substansial selama dua tahun terakhir. Pada Maret 2018, 50 persen orang Amerika mendukung penurunan (26 persen) atau penarikan penuh (24 persen) pasukan AS dari Afghanistan dengan 16 persen mendukung peningkatan dan 19 persen mendukung mempertahankan jumlah pasukan yang sama.

Pada awal 2019, 51 persen orang Amerika terus mengatakan bahwa mereka akan mendukung keputusan untuk memindahkan pasukan AS dari Afghanistan dalam tahun ini dengan hanya 22 persen yang menjawab bahwa mereka akan menentang keputusan ini dan 27 persen tidak yakin. Pada Januari 2020, 69 persen orang Amerika mendukung pemulangan pasukan AS dari Afghanistan dibandingkan dengan 14 persen menentang. Saat ini, seperti disebutkan di atas, jumlah orang Amerika yang mendukung membawa pulang pasukan AS dari Afghanistan mencapai 76 persen. Meskipun pertanyaannya memiliki kerangka yang sedikit berbeda, jawabannya menunjukkan tren yang sama — dukungan untuk penarikan dari Afghanistan secara konsisten meningkat.

Pasukan AS di Eropa

Orang Amerika lebih terpecah lagi tentang nasib pasukan mereka di Eropa. SAdfa 36 persen warga AS yang berpikir bahwa mereka harus mengurangi jumlah pasukan AS yang ditempatkan di Eropa (36 persen) dengan persentase warga yang berkeinginan untuk  mempertahankan jumlah pasukan tersebut (40 persen). Hanya ada empat persen yang ingin meningkatkan kekuatan pasukan Amerika di wilayah itu.

Terlepas dari jumlah pasukan AS yang menurut mereka harus dipertahankan di Eropa, hampir sebagian besar (47 persen) orang Amerika melihat NATO sebagai kurang relevan dengan dunia saat ini dibandingkan dengan 70 tahun yang lalu. Hanya 29 persen yang melihatnya masih relevan. Ini mencerminkan pengakuan atas perubahan signifikan dari akhir Perang Dingin.

Soal Cina

Tema publik yang cukup realistis juga terlihat dari respon mereka terhadap pertanyaan tentang Cina. Lebih dari separuh publik AS berpikir bahwa Cina adalah ancaman militer bagi Amerika Serikat, dengan kurang dari seperempatnya mengatakan bukan.

Ini tidak mengherankan mengingat Cina adalah negara paling kuat di dunia selain Amerika Serikat dan relatif lebih penting daripada musuh lainnya. Namun, orang Amerika juga tampaknya tidak ingin terlibat perang militer dengan Cina. Sekitar 62 persen responden mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak boleh campur tangan secara militer dalam perang antara Cina dan India, dengan hanya 12 persen mendukung pertahanan militer Amerika di India. Dan hanya tiga persen yang mengatakan bahwa AS harus membela Cina.

Jika Cina memblokade Taiwan, hanya 27 persen yang mengatakan AS harus menggunakan kekuatan militer untuk menghentikan blokade. Sementara 39 persen mengatakan Amerika Serikat tidak boleh menggunakan kekuatan militer untuk menghentikan blokade.

Dalam kasus invasi Cina ke Taiwan, orang Amerika terpecah. Sekitar 36 persen menentang penggunaan kekuatan militer untuk melindungi Taiwan, 30 persen mendukung penggunaan kekuatan militer, dan 35 persen tidak tahu.

Pengeluaran pertahanan

Konsisten dengan keprihatinan mereka tentang prioritas domestik, 37 persen orang Amerika ingin melihat penurunan pengeluaran Pentagon. Sekitar 28 persen ingin tetap sama dan hanya 13 persen yang ingin meningkatkan pengeluaran.

Ketika responden diingatkan bahwa utang nasional lebih dari  23 triliun dolar AS dan naik di atas  25 triliun dolar tahun ini, 49 persen orang Amerika ingin mengurangi pengeluaran Pentagon. Sementara hanya delapan persen yang ingin melihat peningkatannya.

Partai Republik, khususnya, dipengaruhi oleh kekhawatiran seputar utang nasional. Dukungan mereka untuk memotong pengeluaran pertahanan tumbuh dari 13 persen menjadi 40 persen dalam konteks ini.

Ketika berbicara tentang opini publik Amerika tentang masalah utama kebijakan luar negeri AS saat ini, jelas publik mendukung untuk mengakhiri perang yang sedang mereka jalani. Mereka tak ingin ada peperangan baru yang AS masuki, serta segera lebih fokus pada prioritas domestik.

Pembuat kebijakan, baik saat ini dan di masa depan, akan lebih bijaksana untuk mempertimbangkan pandangan rakyat Amerika yang semakin realistis dan terkendali,  saat menentukan jalan bagi posisi AS di dunia. [The National Interest]

Dr. William Ruger adalah wakil presiden kebijakan dan penelitian di Charles Koch Institute. Dia juga seorang veteran Perang Afghanistan.

Back to top button