Desportare

Boksen Atau Adu Tinju, Hiburan Tua di Ibu Kota Batavia

Di Batavia sendiri banyak berdiri sasana tinju. Pertandingan yang paling ramai berlangsung antara Tan Gue Tek melawan Ricks. Juara dunia tinju kelas berat saat itu, Max Schemeling, bertindak sebagai wasit. Pertandingan tinju umumnya dilangsungkan bila ada pasar malam.

JERNIH– Di samping lari, tinju merupakan cabang olahraga tertua di dunia. Saling memukul sudah dikenal sejak lama. Ketahanan fisik ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan negara dari serangan musuh.

Semula fungsi utamanya memang untuk membela diri. Pada abad ke-17, olahraga saling memukul itu mulai dipertandingkan di Eropa. Tinju yang paling awal versinya bercampur baur dengan gulat.

Setelah berlangsungnya Olimpiade Athena pada 1896, tinju dan gulat mulai terpisah menjadi cabang olahraga sendiri. Di Nusantara, tinju dipopulerkan oleh tentara Hindia Belanda alias KNIL. Di awal 2000-an, sisa-sisa ring tinju masih ada di  Jasmani Militer Kodam (Jasdam) V Jaya (Jakarta) dan Jasdam VII Diponegoro (Semarang). Setelah munculnya petinju legendaris kelas berat AS, Jack Dempsey, pada 1920-an disusul Joe Louis pada 1930-an, tinju mulai dikenal di Batavia.

Cikal bakal organisasi tinju di Indonesia adalah Boksbond Batavia En Omstreken. Kantornya terletak di Postweg Noord 11, Batavia, dekat Kantos Pos Pasar Baru sekarang.

Max Schmeling, juara dunia tinju kelas berat yang datang ke Indonesia, menjadi wasit pertandingan Tan Gue Tek melawan Ricks.

Dulu bertinju hanya dilakukan para marinir Belanda yang bertugas di Indonesia. Ada anggapan sangat tabu jika dikalahkan petinju inlander. Biarpun begitu ada satu petinju pribumi yang tetap tekun dan rutin berlatih, yakni Kid Darlin. Dia dilatih Jimmy Kick Stall, bersama petinju Belanda.

Darlin merupakan petinju pribumi pertama yang tampil di atas ring. Dia tidak segan-segan bertanding melawan petinju Belanda. Sejak itu banyak pemuda Batavia ikut-ikutan berlatih tinju, sehingga pertandingan tinju pada zaman penjajahan semakin marak.

Pertandingan tinju biasanya dilangsungkan di Princen Park (Lokasari), Deca Park (Lapangan Monas), Varia Park (Krekot), Pasar Gambir, dan Bioskop Sawah Besar. Di luar Batavia, pertandingan tinju pernah diselenggarakan di Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan.

Di Batavia sendiri banyak berdiri sasana tinju. Pertandingan yang paling ramai berlangsung antara Tan Gue Tek melawan Ricks. Juara dunia tinju kelas berat saat itu, Max Schemeling, bertindak sebagai wasit. Pertandingan tinju umumnya dilangsungkan bila ada pasar malam.

Pada 1954 didirikan Pertigu (Persatuan Tinju dan Gulat), dengan ketua pertamanya Frans Mendur, seorang wartawan. Ketika itu tinju dan gulat termasuk hiburan umum. Maka untuk menggelar pertandingan harus memperoleh rekomendasi dari Pertigu, selanjutnya mengajukan izin ke pihak kepolisian. [ ]

Ditulis Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya, serta mantan wartawan ‘Mutiara’, pada blog beliau.

Back to top button