Google Pangkas 12.000 Pekerja, Sektor Teknologi Kian Terseok
Perusahaan akan bertanggung jawab terhadap pegawai yang terdampak dengan membantu mencari peluang kerja baru. Sesuai aturan di AS, perusahaan bakal membayar karyawan selama periode masa pemberitahuan secara penuh minimal 60 hari.
JERNIH – Satu per satu industri teknologi informasi berkelas dunia tumbang. Setelah Microsoft Corp lakukan PHK besar-besaran, kini giliran induk Google yakni Alphabet. Tahun ini, benar-benar masa paceklik.
Dikutip dari moneycontrol.com, Jumat (20/1/2023), CEO Alphabet, Sundar Pichai mengatakan, Alphabet yang dilanda kesulitan keuangan tak punya banyak pilihan, kecuali menempuh pemutusan hubungan kerja (PHK). Sedikitnya 12 ribu orang karyawan bakal terkena PHK. Atau 6 persen dari total jumlah pekerjaanya di seluruh dunia.
“Ini adalah momen penting untuk mempertajam fokus kami, merekayasa ulang basis biaya kami, dan mengarahkan bakat dan modal kami ke prioritas tertinggi kami,” ujar Pichai.
Menurutnya, PHK bakal berdampak pada pegawai di bidang perekrutan (HRD) serta beberapa tim teknik dan produk. Pemangkasan bersifat global ini akan berdampak langsung pada staf AS.
Meski demikian, Pichai mengatakan akan bertanggung jawab terhadap pegawai yang terdampak dengan membantu mencari peluang kerja baru. Sesuai aturan di AS, perusahaan dikatakan bakal membayar karyawan selama periode masa pemberitahuan secara penuh (minimal 60 hari).
Selain itu, perusahaan juga menawarkan paket pesangon mulai dari gaji 16 minggu ditambah dua minggu untuk setiap tahun dan mempercepat setidaknya 16 minggu vesting GSU.
Ambruknya Alphabet Inc tentu mengejutkan banyak kalangan. Pasalnya, kuartal III-2022, keuangan induk Google ini, cukup oke. Pendapatan mencapai US$69,09 miliar, atau setara Rp1.036,35 triliun (kurs Rp15.000/US$). Naik 6 persen dibandingkan kuartal III-2021 yang mencapai US$65,11 miliar (Rp976,65 triliun).
Pendapatan Alphabet berasal dari layanan mesin pencarian Google Search, sebesar US$39,53 miliar (Rp592,95 triliun). Layanan ini menyumbang 57,21 persen terhadap total pendapatan induk. Jaringan Google Network menjadi kontributor terbesar kedua, yakni menyumbang US$7,87 miliar (Rp118,05 triliun), atau 11,39 persen terhadap total pendapatan Alphabet.
Kontributor terbesar berikutnya adalah iklan YouTube yang menyumbang pendapatan US$7,07 miliar (Rp106,05 triliun), pendapatan Google lainnya US$6,89 miliar (Rp103,35 triliun), dan layanan cloud US$6,86 miliar (Rp102,9 triliun).
PHK yang dilakukan Alphabet mengikuti langkah sejumlah perusahaan teknologi lainnya yang mengatakan ingin memperbaiki arah bisnisnya. Beberapa diantaranya yang sudah melakukan pemangkasan pegawai adalah Microsoft, Platform Meta, Twitter, dan Amazon.com.
Awal pekan ini, Microsoft mengumumkan 10.000 PHK, atau hampir 5 persen dari tenaga kerjanya. Amazon juga mengatakan akan memangkas 18.000 pekerjaan, meskipun itu hanya sebagian kecil dari 1,5 juta tenaga kerjanya yang kuat.
Induk Facebook Meta kehilangan 11.000 posisi, atau 13 persen dari pekerjanya, sementara pembuat perangkat lunak bisnis Salesforce memberhentikan sekitar 8.000 karyawan, atau 10 persen dari total. CEO Twitter Elon Musk telah memangkas pekerjaan di perusahaan setelah dia mengakuisisi musim gugur yang lalu.
Ketenagakerjaan di AS tetap tangguh meskipun ada tanda-tanda perlambatan ekonomi, dan ada tambahan 223.000 pekerjaan di bulan Desember. Namun sektor teknologi tumbuh sangat cepat selama beberapa tahun terakhir karena meningkatnya permintaan karena karyawan mulai bekerja dari jarak jauh.
CEO dari sejumlah perusahaan disalahkan karena tumbuh terlalu cepat, namun perusahaan yang sama itu, bahkan setelah putaran terakhir pemutusan hubungan kerja, tetap jauh lebih besar daripada sebelum ledakan ekonomi akibat pandemi dimulai. [*]