Dum Sumus

Twitter Uji Coba Labeli Cuitan Hoaks

San Francisco – Hoaks atau berita bohong memang meresahkan tak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Seringkali hoaks muncul di media sosial yang mempengaruhi banyak pembaca. Twitter pun mulai resah dan siap mengantipasinya.

Twitter dilaporkan tengah menguji coba fitur baru untuk meredam penyebaran hoaks dan informasi yang menyesatkan (misleading). Nantinya, cuitan-cuitan misleading yang diunggah politisi dan tokoh publik lain akan diberi label warna oranye.

Di dalamnya akan tertulis label ‘Laporan Komunitas Twitter mengidentifikasi cuitan ini melanggar kebijakan komunitas karena memuat informasi yang sangat menyesatkan. Peredaran cuitan ini akan dikurangi’.

Label itu akan diikuti oleh pelurusan informasi yang telah diverifikasi oleh tim cek fakta dan jurnalis dengan lencana bewarna hijau di sisi kanan username.

Mengutip Engadget, salah satu contoh adalah cuitan yang pernah diunggah politisi AS Bernie Sanders tentang penjualan senjata api di negaranya. Di bawahnya langsung tersemat label peringatan bahwa cuitan tersebut menyesatkan. Diikuti beberapa verifikasi dari tim cek fakta dan tautan berita dari media.

Twitter mengatakan, fitur ini adalah salah satu implementasi dari kebijakan anti-misinformation yang akan diterapkan mulai 5 Maret mendatang. Pada tanggal tersebut, Twitter juga akan melarang konten bermuatan deepfakes.

Deepfakes adalah teknologi yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mengubah wajah seseorang dalam video menjadi wajah orang lain, semisal tokoh-tokoh besar. Teknologi ini juga cukup meresahkan karena bisa memanipulasi informasi dan disalahgunakan untuk menyebarkan berita palsu.

“Kami mengeksplorasi berbagai cara untuk menangkal misinformasi dan memberikan lebih banyak konteks untuk cuitan di Twitter,” kata juru bicara Twitter.

Sistem pelabelan ini juga akan diperluas dengan memberikan poin dan lencana bagi pengguna yang membantu melaporkan cuitan menyesatkan. Di dalam demonya, Twitter menunjukkan bahwa pengguna bisa memberikan peringkat seberapa menyesatkan cuitan seseorang dengan skala penilaian 1-100. Mereka kemudian harus menilai berapa banyak orang yang akan menjawab dengan cara yang sama.

“Desain ini dibuat sebagai salah satu opsi yang akan melibatkan umpan balik dari pengguna,” jelas juru bicara Twitter.

Kabarnya, Twitter telah mengembangkan fitur peredam hoaks dan disinformasi ini sejak 2017 silam.

Back to top button