Bank-bank Israel Malah Mengalami Untung Besar di Masa Perang

Lonjakan profitabilitas ini sebagian besar disebabkan oleh suku bunga yang terus tinggi. Suku bunga acuan yang ditetapkan bank di Israel saat ini berada di angka 4,5%, lebih tinggi daripada di banyak negara lain
JERNIH – Sementara rumah tangga pemukim dan usaha kecil terus-menerus menanggung beban ekonomi akibat perang di Gaza, bank-bank terkemuka Israel malah melaporkan pendapatan yang memecahkan rekor.
Bank Leumi dan Bank Hapoalim, dua lembaga keuangan terbesar di entitas tersebut, membukukan laba bersih gabungan hampir NIS 17,4 miliar (sekitar $5,2 miliar) pada tahun 2024 saja. Bersama tiga bank besar lainnya, total laba sektor ini mencapai NIS 29,5 miliar ($8,8 miliar).
Lonjakan profitabilitas ini sebagian besar disebabkan oleh suku bunga yang terus tinggi. Suku bunga acuan yang ditetapkan bank di Israel saat ini berada di angka 4,5%, lebih tinggi daripada di banyak negara lain di mana bank sentral telah mulai memangkas suku bunga. Kondisi ini telah memperlebar margin bunga bersih, selisih antara jumlah yang dibayarkan bank kepada deposan dengan jumlah yang mereka peroleh dari pinjaman.
Misalnya, nasabah hanya memperoleh 3,5-4% dari tabungan mereka, sementara bank mengenakan biaya hingga 12,7% untuk cerukan dan pinjaman konsumen. Kesenjangan ini telah menjadi pendorong utama keuntungan, terutama karena lebih dari sepertiga rumah tangga terjebak dalam cerukan kronis dan tidak dapat mengurangi utang mereka akibat tekanan keuangan masa perang.
Skema Bantuan Pencitraan
Menghadapi kemarahan publik dan tekanan politik yang semakin meningkat, perbankan Israel mengusulkan program bantuan yang mewajibkan bank memberikan dukungan keuangan sebesar NIS 3 miliar ($896 juta) pada tahun 2027. Meskipun secara teknis bersifat sukarela, kepatuhan sangat diharapkan.
Bank Hapoalim, misalnya, mengumumkan pemberian uang tunai sebesar NIS 100 ($30) atau dua lembar saham senilai NIS 130 kepada sekitar satu juta nasabah. Bank Leumi akan menurunkan suku bunga KPR dan KPR konsumen sebesar 0,25% poin mulai bulan Oktober.
Terlepas dari gestur-gestur ini, para kritikus berpendapat bahwa langkah-langkah tersebut masih terbilang sederhana dibandingkan dengan keuntungan bank yang sangat besar. Banyak yang menganggapnya sebagai upaya hubungan masyarakat, alih-alih perbaikan struktural.
Para anggota parlemen, seperti Ketua Komite Keuangan Knesset, Moshe Gafni, telah mengecam bank dan regulator karena beroperasi dengan “kecerobohan” dan meraup untung sementara warga menghadapi lonjakan biaya hidup.
Akar masalahnya terletak pada sifat sektor perbankan Israel yang sangat terkonsentrasi. Lima bank teratas mengendalikan lebih dari 90% simpanan ritel, kredit perumahan, dan kredit usaha kecil. Leumi dan Hapoalim sendiri mengelola sekitar 60% dari total aset perbankan.
Konsentrasi ini menciptakan pasar yang didominasi oleh beberapa pemain kuat, yang memungkinkan bank mempertahankan harga tetap tinggi tanpa takut kehilangan nasabah.
Bank asing, yang biasanya dapat menghadirkan persaingan, terhalang oleh berbagai kendala, seperti ukuran pasar yang kecil, persyaratan regulasi yang rumit, tuntutan modal yang tinggi, dan loyalitas pelanggan yang sudah mengakar selama puluhan tahun.