IMF Rekomendasikan BI Batasi Bantu Pemerintah Beli SBN
Tim IMF mendukung komitmen pihak berwenang untuk keluar dari pembiayaan anggaran moneter pada target akhir 2022.
JERNIH – Dana Moneter Internasional (IMF) telah merekomendasikan Bank Indonesia (BI) membatasi pembelian langsung surat berharga negara (SBN) yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia pada 2022 ini. Apalagi saat ini pemerintah mulai mengendurkan stimulus ekonomi era pandemi.
Dalam laporan yang diterbitkan pada Rabu (26/1/2022), IMF juga merekomendasikan BI untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam nilai tukar rupiah jika ekonomi dihadapkan pada dampak negatif dari pengetatan moneter global.
“Tim IMF mendukung komitmen pihak berwenang untuk keluar dari pembiayaan anggaran moneter pada target akhir 2022. Selanjutnya merekomendasikan untuk membatasi pembelian pasar primer lebih lanjut di bawah mekanisme pasar tahun ini hanya untuk periode disfungsi pasar yang parah,” ujar Cheng Hoon Lim, Kepala Misi IMF Indonesia.
BI telah memangkas suku bunga sebesar 150 basis poin dan menyuntikkan puluhan miliar dolar sejak 2020 untuk membantu pemerintah Indonesia mengatasi dampak ekonomi dari pandemi Covid-19.
Beberapa dukungan likuiditas tersebut berupa pembelian obligasi pemerintah melalui lelang dan private placement, untuk membatasi beban bunga utang pemerintah.
BI akan menaikkan 300 basis poin rasio persyaratan cadangan untuk bank dari Maret hingga September sebagai langkah pertama menuju pengurangan stimulus moneter, katanya pekan lalu.
Lim mengatakan Indonesia berada dalam posisi yang baik untuk menormalkan kebijakan. Sementara langkah penyerapan likuiditas BI akan membantu mengantisipasi pengetatan moneter Federal Reserve AS.
“Jika The Fed melakukan pengetatan, kami tidak mengantisipasi kebutuhan arus keluar modal yang signifikan karena transaksi berjalan kuat, jadi kami mengharapkan penyesuaian kebijakan moneter yang teratur untuk BI,” kata Lim, menunjuk pada keseimbangan eksternal Indonesia yang membaik di tengah harga komoditas yang tinggi.
Dalam menghadapi ancaman arus modal yang keluar, BI harus menjaga ruang kebijakan moneternya dengan membiarkan rupiah menyerap guncangan terlebih dahulu, kata Lim.
IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 menjadi 5,6 persen pada 2022, dari 5,9 persen dalam laporan Oktober, yang menurut Lim disebabkan oleh penyebaran varian Omicron dan pertumbuhan ekonomi global yang lebih lambat. Dana tersebut melihat pertumbuhan PDB sebesar 6 persen pada tahun 2023. [CNA]