Ini Alasan Mengapa Jangan Minum Pereda Nyeri Sebelum Vaksinasi .
Minum obat Pereda nyeri hanya diperbolehkan bagi orang-orang yang biasa mengkonsumsi pereda nyeri.
JERNIH-Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit A.S mengingatkan agar masyarakat yang hendak menerima vaksin Corona untuk tidak minum obat pereda nyeri apapun.
Menurut Dr. Gregory Poland, direktur Grup Penelitian Vaksin di Mayo Clinic di Rochester, minum painkiller atau obat pereda nyeri menjelang disuntik vaksin Covid-19 dapat menyebabkan penurunan respons antibodi.
Kelonggaran mengkonsumsi obat Pereda nyeri, dikecualikan bagi orang-orang yang biasa mengonsumsi pereda nyeri, seperti penderita migrain.
“Silakan dan minum obatnya, daripada berakhir dengan migrain yang parah dan dilarikan ke UGD karena harus mendapatkan terapi yang jauh lebih intensif atau mahal,” kata Poland.
Poland belum dapat memastikan seberapa besar berkurangnya respon kekebalan. Namun bagi Poland, lebih baik menderita efek samping imunisasi daripada membuka kemungkinan untuk membuat vaksin menjadi kurang efektif.
“Setelah mendapat vaksin, jika ada yang mengalami gejala kejadian ikutan pasca imunisasi, yang mereka rasa perlu diobati, tidak apa-apa. Tapi idealnya tidak minum obat sebelum vaksin,” katanya.
“Itu adalah rekomendasi CDC saat ini, untuk berhati-hati mencegah hal yang tak diinginkan,” lanjut Poland.
Obat lain yang direkomendasikan CDC untuk tidak digunakan sebagai pereda nyeri sebelum mendapatkan vaksin Corona.adalah obat anthistamin.
“Karena obat-obatan itu dapat menutupi timbulnya atau perkembangan reaksi alergi atau hipersensitivitas,”kata Poland memberi argumennya.
Pendapat senada dengan Poland, datang dari Dr. Paul Offit, direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia dan anggota Administrasi Makanan dan Obat AS – Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkai. Offit sepakat dengan pendapat bahwa minum obat pereda nyeri sebelum mendapatkan vaksin bukanlah ide yang baik.
“Keyakinan umum saya tentang hal ini adalah meredakan demam bukanlah ide baik, karena bagaimana pun demam merupakan bagian adaptif dari respons kekebalan Anda,” katanya. “Biarkan sistem kekebalan Anda melakukan tugasnya. Pada dosis kedua, saya merasa kelelahan dan demam, tetapi saya mengatasinya dengan baik.” (tvl)