Menko Perekonomian Berdalih Harga Minyak Goreng Tak Akan Kerek Inflasi
Alasan lain yang disodorkan pemerintah, lantaran harga bahan baku minyak sawit mentah makin mahal di kancah dunia. Sedangkan Indonesia sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia, tak pernah sekalipun dijadikan alasan.
JERNIH-Meski banyak pihak mengelus dada sebab pemerintah dianaggap gagal mengendalikan harga dan kelangkaan minyak goreng di kalangan masyarkat luas, penguasa masih terus berkilah. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim, masih langkanya minyak goreng curah di pasar akibat masih dalam proses distribusi ke sejumlah pasar terutama di Jakarta.
Sementara terkait harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng curah yang disubsidi pada angka Rp 14 ribu perliter, dia menjanjikan kalau pihaknya bakal mempertahankan aturan itu.
“Pemerintah tetap menjaga yang Rp14 ribu tapi dalam format curah dan kemudian format lain dalam bentuk keekonomian,” ujar Airlangga, pada Kamis (24/3).
Mengutip CNN Indonesia, Airlangga bilang kalau pencabutan HET minyak goreng kemasan yang tadinya direncakanan berlaku sampai Juni 2022, dilakukan akibat sejumlah faktor salah satunya perang antara Rusia dan Ukraina.
Tentu, begitu dicabut harga langsung melejit. Meski demikian, dia masih optimis tak akan berdampak pada inflasi kuartal I tahun 2022 sebab transmisi kenaikan harga bakal memakan waktu.
“Februari masih sangat rendah bahkan deflasi, jadi kami lihat pada Maret 2022 nanti seperti apa terutama menjelang Lebaran. Jadi kenaikan harga belum terlalu berimbas karena transmisinya memakan waktu yang dimonitor jelang Ramadan,” katanya.
Alasan lain yang disodorkan pemerintah, lantaran harga bahan baku minyak sawit mentah makin mahal di kancah dunia. Sedangkan Indonesia sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia, tak pernah sekalipun dijadikan alasan.
Sederhananya, pemerintah angkat tangan terkait persoalan minyak goreng dan seluruhnya diserahkan pada kemauan mekanisme pasar.[]