Osteoporosis Jadi Ancaman Nyata bagi Perempuan
SALAMIBU – Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) mencatat saat ini 90% perempuan dan 41,8% laki-laki mengalami hilangnya massa kepadatan tulang atau osteopenia yang cepat mengarah kepada pengeroposan tulang atau osteoporosis.
“1 dari 3 perempuan dan 1 dari 5 laki-laki sudah menderita osteoporosis,” ujar Pakar Gizi Medik RSCM, Prof. Dr. Saptawati Bardosono, baru-baru ini.
Penelitian International Osteoporosis Foundation menunjukkan, risiko perempuan untuk terkena osteoporosis 4 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Sebanyak 40,6% perempuan Indonesia berusia 20-29 tahun memiliki massa tulang rendah, yang meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang dalam 20 tahun ke depan saat mereka mencapai menopause.
Proporsi risiko osteoporosis pada perempuan semakin tinggi setelah berusia 55 tahun, sebagian besar disebabkan adanya retak tulang pada perempuan yang berhubungan erat dengan perubahan metabolisme tulang pada umur post-menopause.
Sementara itu, dr. Arif Soemarjono,M.D, Sp.KFR, FASCM mengungkapkan, osteoporosis adalah kondisi massa tulang berkurang (keropos) yang sering disebut Silent Killer karena bersifat diam dan sering kali tidak memiliki gejala sampai patah tulang pertama terjadi.
“Ada beberapa mitos osteoporosis yang beredar di masyarakat seperti hanya wanita menopause yang bisa terkena osteoporosis, osteoporosis hanya bisa terjadi pada usia tua, osteoporosis tidak menyebabkan patah tulang, penderita osteoporosis dapat merasakan tulangnya semakin lemah, nyeri sendi disebabkan oleh obesitas dan asam urat,” ujar dr. Arif.
Sedangkan osteoarthritis adalah peradangan pada sendi dan bisa disebabkan oleh obesitas, tulang membesar (hipertrofi tulang) dan benjolan tulang akibat pertumbuhan berlebih (pembentukan osteofit atau spurs). “Banyak upaya yang bisa kita lakukan agar terhindar dari osteoporosis dan osteoarthritis di antaranya mengkonsumsi makanan yang bernutrisi, berjemur dibawah sinar matahari, pola hidup sehat, berolahraga yang tidak membebani sendi seperti berjalan kaki atau bersepeda, serta konsumsi suplemen yang mengandung kalsium mampu membantu memelihara kesehatan tulang,” tambah dr. Arif.
Saptawati kembali menjelaskan, perempuan memang paling berisiko mengalami osteoporosis. Pasalnya perempuan akan mengalami fase kehamilan dan laktasi yang akan meningkatkan hilangnya masa tulang. Perempuan juga mengalami menopause, dengan demikian hilanglah hormon esterogen yang terbukti menjaga kesehatan tulang. Bertambahnya usia dan kurangnya berat badan juga meningkatkan risiko osteoporosis.
Lansia yang mengalami osteoporosis harus menjaga agar tidak jatuh, karena berisiko patah tulang. Paling mengkhawatirkan apabila terjadi patah tulang panggul. Akhirnya mereka tidak bisa bergerak dan menjalani aktivitas di atas tempat tidur. “Biasanya terjadi luka yang menahun pada tulang punggung, menyebabkan infeksi dan bisa menyebabkan kematian,” tutur Saptawati.
Ia menyarankan bagi kaum perempuan saat 30 tahun pertama, menabung masa tulang dengan asupan vitamin D dan kalsium. Sebab pertumbuhan tulang akan terhenti pada usia 30 tahun. Setelah itu, akan terjadi penurunan masa tulang secara berangsur. Kemudian, perempuan akan mengalami menopause yang meningkatkan osteopenia dan osteoporosis. [*]