Virus Corona Mengancam dari Udara, Protokol Kesehatan Ditambah
Jakarta – Tetesan atau droplet virus corona disebutkan dapat bertahan di udara selama lebih dari satu jam. Pemerintah pun menambah daftar protokol kesehatan seiring dengan temuan baru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) itu.
Sebelumnya, lebih dari 230 ilmuwan menulis surat kepada WHO, mendesak lembaga tersebut untuk memperbarui panduan mereka berkaitan dengan risiko penyebaran virus corona baru di udara. Para ilmuwan itu meminta agar pejabat kesehatan memperbarui pedoman dan mengamini bahwa virus dapat menyebar melalui tetesan pernapasan mikroskopis ini, tidak hanya dalam jarak 2 meter tetapi hingga beberapa meter lebih jauh.
Menteri Koordinator Bidang Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI Muhadjir Effendy mengatakan bahwa setiap manusia berbicara mengeluarkan mikro droplet atau cairan tubuh super kecil. Mikro droplet ini dapat mengapung di udara pada ruangan tertutup dengan pendingin udara.
“Paling minim kemampuan mengapung sekitar 20 menit. Jadi kalo misal penceramah dia positif, dia ngomong satu jam di dalam ruang tertutup, kita bisa bayangkan berapa juta atau miliar Covid beterbangan,” kata Muhadjir usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Senin (13/7/2020).
Oleh karena itu, lanjut Muhadjir, selain memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menghindari kerumunan, masyarakat perlu memahami skenario penularan dari mikro droplet yang mengapung di udara. Pemerintah meminta masyarakat menghindari kerumunan di ruang tertutup, terutama yang tidak memiliki ventilasi baik.
“Termasuk juga khotbah Jumat atau khotbah di ruang tempat ibadat lain sebaiknya dipersingkat. Termasuk juga bacaan [salat berjamaah], yang biasanya panjang-panjang, kalau bisa diperpendek untuk hindari mikro droplet itu,” kata Muhadjir.
Sementara itu Profesor Wendy Barclay dari Imperial College London, yang merupakan anggota Kelompok Penasihat Ilmiah Pemerintah untuk Keadaan Darurat (SAGE), telah memperingatkan virus corona dapat tetap di udara untuk waktu yang lama sebelum akhirnya mati. Ia mengatakan bukti penularan bisa lewat udara itu, makin meningkatkan peluang penularan lebih besar.
“Kami tahu bahwa virus yang menyebabkan COVID dapat tetap hidup, tetap menular pada tetesan yang sangat kecil ini. Sehingga meningkatkan kemungkinan dan memang kemungkinan COVID dapat ditransmisikan melalui partikel-partikel kecil yang dapat ditelusuri melalui udara,” ujarnya dalam sebuah talkshow di BBC seperti dilansir dari Express.co.uk.
Studi laboratorium di mana virus telah sengaja disiarkan juga menjadi bukti virus dapat tetap di sana selama lebih dari satu jam. Pakar itu menunjukkan ada cara lain untuk menghindari virus.“Tentu saja, ada rute lain juga, kita harus tetap mengingat bahwa jaga jarak fisik, jangan permukaan yang terkontaminasi – jadi mencuci tangan kita masih sangat penting.
Bagaimana virus corona baru menyebar melalui aerosol?
Orang dengan virus dapat menularkannya ketika menghembuskan napas, berbicara, atau batuk. Potongan-potongan virus kecil yang disebut mikrodroplet, berukuran sangat kecil sehingga bisa melayang di udara dan berpotensi menempuh jarak beberapa meter. Beberapa di antaranya bahkan bisa melintas ke seluruh ruangan tertutup. Selanjutnya, orang dapat menghirup partikel virus yang sangat kecil dan terinfeksi Covid-19, kemudian menjadi sakit atau mengalami gejala.
Menurut makalah yang dikirim ke WHO, bukti sebelumnya menunjukkan bahwa sindrom pernapasan MERS dan flu juga dapat menyebar melalui mikrodroplet yang berpotensi menempuh jarak jauh di dalam ruangan.
“Awalnya, diperkirakan bahwa cara utama virus ditularkan adalah dari orang ke orang melalui tetesan partikel besar, yang pada dasarnya hanya bergerak sekitar 2 meter atau lebih dan jatuh ke tanah dengan sangat cepat,” kata Dean Winslow, dokter penyakit menular di Stanford Health Care.
Akan tetapi, penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa transmisi melalui udara bisa jadi memiliki peran yang lebih besar daripada perkiraan sebelumnya, “Aerosol partikel kecil ini mungkin sebenarnya sama pentingnya, atau bahkan lebih penting daripada tetesan partikel besar,” imbuhnya.
Dia menyebut, risiko terbesar penularan melalui udara ialah di dalam ruangan seperti bar atau restoran yang ramai, di mana ada pertukaran udara terbatas dan aerosol partikel kecil ini dapat tetap berada di udara dalam periode waktu tertentu.
Sementara itu, Glatter mengemukakan upaya melindungi diri dari penyebaran melalui udara bisa dilakukan dengan mencuci tangan, menjaga jarak fisik, dan mengenakan masker. Dia menekankan pentingnya penggunaan masker untuk mengurangi risiko terpapar virus melalui aerosol.
“Karena tetesan aerosol yang mengandung partikel virus dapat tetap berada di ruangan berventilasi buruk selama beberapa menit hingga beberapa jam, mengenakan masker di dalam ruangan harus sangat dipertimbangkan,” kata Glatter.
Menggunakan masker telah menjadi hal yang umum dan bahkan diwajibkan di beberapa negara dalam beberapa minggu terakhir, tetapi orang perlu mempertimbangkan untuk memakainya kapan saja ketika berada di dalam ruangan dengan orang-orang di luar rumah mereka.
Adapun, Winslow juga menyarankan untuk menghindari lingkungan dalam ruangan yang ramai seperti restoran dan tempat lainnya, dan meminimalkan perjalanan ke luar rumah apabila tidak memiliki keperluan mendesak. “Kita harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri kita sendiri dan keluarga kita, seolah-olah transmisi udara mungkin merupakan metode utama penularan virus corona baru,” tandasnya. [*]