U Saefudin Noer, Dirut Penyuka Susastera yang Selalu di Puncak Kinerja
Saefudin Noer yang kala itu menjabat sebagai direktur utama Jasa Tirta II, dinilai sukses menanamkan nilai transformasi yang positif di internal Jasa Tirta II dalam 100 hari pertama, melalui program Quick-win yang berlangsung hingga enam bulan pertama menduduki jabatannya.
JERNIH—Bila setelah menjabat direktur utama Pelindo III ia raih penghargaan “the best performing CEO” di TOP BUMN Award 2020, hal itu tidaklah mengherankan. Untuk Perum Jasa Tirta II yang pernah dipimpinnya, U Saefudin Noer telah memberikan tak hanya prestasi, melainkan pula pata jalan yang jelas sebagai arah dan target BUMN tersebut.
Selain berhasil menjaga kestabilan untuk memasok 80 persen air baku air minum untuk area DKI Jakarta serta wilayah Bogor, Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, dan Bandung Raya, Jasa Tirta II juga menjaga penjaga ketersediaan air bagi 240 ribu hektare persawahan di Jawa Barat bagian utara secara gratis untuk para petani. Tidak hanya itu, Jasa Tirta yang saat itu dipimpin Saefudin juga berperan besar dalam menjaga produktivitas suplai listrik yang dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling (750 MW), PLTA Cirata (1000 MW), serta PLTA Ir. H. Djuanda atau PLTA Jatiluhur (187,5 MW).
Tidak hanya itu, dengan tangan dinginnya, Saefudin selama dua tahun kiprahnya di Jasa Tirta II juga mampu membangkitkan berbagai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Wajar, bila saat itu predikat AAA dalam hal pengelolaan air diraih Jasa Tirta II. Selama memimpin Jasa Tirta II, Saefudin bahkan senantiasa mencari cara-cara kreatif untuk memajukan Waduk Jatiluhur sebagai destinasi wisata. Tidak hanya dengan beberapa kali mengadakan pergelaran jazz–bahkan sempat menggelar Jatiluhur International Jazz Festival yang berskala dunia pada 2019–, Jasa Tirta pun sukses menggelar “The 1st Jatiluhur Stand Up Paddle & Kayak Exhibition”.
Yang paling mendasar, Saefudin berhasil menanamkan filosofi kerja di lingkungan kerjanya. Pedoman tersebut, sebagaimana diakuinya kemudian, sangat beririsan dengan core values BUMN yaitu AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif.
Semua itu tercatat dan mendapatkan pengakuan terbuka. Setidaknya, warga Jasa Tirta II mengakui hal itu dalam buku “Quick Win: Transformasi Jasa Tirta II”, yang terbit Agustus lalu, atau sekitar dua bulan setelah Saefudin meninggalkan Jasa Tirta II untuk mengabdi dalam penugasannya sebagai direktur utama PT Pelindo III.
Buku itu mencatat, berbagai transformasi untuk perbaikan diri dan penyempurnaan kualitas kinerja terus dilakukan dengan komitmen penuh dari seluruh warga Jasa Tirta II. Hasilnya bahkan dituai dalam waktu yang tak terlalu lama. “Di tahun 2019, Jasa Tirta II dengan bangga mampu membawa pulang dua penghargaan sekaligus dalam ajang “2nd Revolusi Mental Awards BUMN Tahun 2019”. Pada acara penghargaan yang diselenggarakan oleh BUMN Track tersebut, Jasa Tirta II dengan membanggakan mampu meraih penghargaan “CEO Revolusi Mental Gotong Royong Terbaik II” dan “Gold Winner Kategori Indonesia Bersih”,” tulis “Quick Win”.
Saefudin Noer direktur utama Jasa Tirta II saat itu, dinilai sukses menanamkan nilai transformasi yang positif di internal Jasa Tirta II dalam 100 hari pertama, melalui program Quick-win yang berlangsung hingga enam bulan pertama menduduki jabatannya.
Menurut Plt. Direktur Utama Jasa Tirta II, Haris Zulkarnain, pada malam Anugerah BUMN 2020 Tahun Ke-9 beberapa waktu lalu, konsep transformasi yang semula dikembangkan Saefudin itu kini tumbuh secara positif di kalangan karyawan, bahkan telah menjadi budaya hingga saat ini. “Fokus dalam transformasi ini meliputi aspek-aspek seperti people and corporate culture, proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, area bisnis baru, dan optimalisasi aset serta dukungan regulasi,” kata Haris.
Karena itu, bila awal pekan ini media massa diramaikan berita terpilihnya Saefudin sebagai The Best Performing CEO in Technology Leadership, yang diberikan dalam ajang Bisnis Indonesia TOP BUMN Award 2020, semua menjadi masuk akal.
Dilahirkan di Pandeglang, Banten, 15 September 1965 silam, Saefudin memiliki banyak pengalaman di sektor perbankan. Ia pernah berada pada berbagai posisi penting di beberapa perbankan, seperti Head of Government Relations CIMB Group, Business Director di Bank Muamalat, Executive Director di Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, dan Assistant President Director & Corporate Secretary di Bank Duta.
Saefudin juga pernah menjabat sebagai Project Director IMPAC Integrated Control System. Tak hanya itu, alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia angkatan 1986, Insead Business School, Fontaine Bleau, Prancis, dan berbagai pelatihan manajemen kepelabuhanan di Rotterdam, Delft (Belanda) dan Antwerp , Belgia, itu juga sempat menduduki posisi penting di sejumlah perusahaan BUMN, seperti Komisaris Utama PT Pelindo Daya Sejahtera, Komisaris Utama PT Pelindo Husada Citra Hospital, Komisaris Utama PT Pelindo Properti Indonesia, dan Komisaris PT Jasamarga Bali Tol.
Pria yang selalu menganggap tokoh 66, almarhum Ecky Syahruddin, sebagai guru, itu dikenal sebagai penggemar berat kesusasteraan. “Sejak kecil saya gemar membaca berbagai macam buku, mulai dari novel, cerpen, dongeng, hingga puisi,” katanya, dalam sebuah wawancara dengan sebuah koran, beberapa waktu lalu. Sewaktu SD, dia pernah memenangkan lomba baca puisi di tingkat kabupaten dan provinsi. Beberapa karyanya pernah dimuat di berbagai majalah, antar lain di majalah Hai, Harian Pelita, dan Suara Karya—koran terkemuka saat itu. Yang menarik, di masa SMA, majalah dinding yang dibuatnya pernah dilarang terbit lantaran berisi kritikan terhadap kebijakan-kebijakan kepala sekolah.
Semasa menjadi mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia, selain aktif di Indonesian Student Association For International Studies (ISAFIS), Saefudin bersama Radhar Panca Dahana dan Eep Saefullah Fatah pernah membuat majalah dinding yang diberi nama “Jurnal Mentari“.
Kepiawaiannya menulis itulah, tampaknya, yang membuat skripsinya untuk mendapatkan gelar sarjana, dinilai sebagai yang terbaik versi Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Hingga saat ini, di sela-sela waktu luangnya, Saefudin mengaku masih menyempatkan diri membuat prosa atau puisi. [ ]