18 Mei 2020, Kebun Raya Bogor Kini Berusia 203 Tahun
Tanggal 18 Mei 2020 ini usia Kebun Raya Bogor menginjak 203 tahun sejak dicanangkan sebagai kebun botani bernama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg pada tanggal 18 Mei 1817.
Yang meresmikannya saat itu adalah Gubernur Jenderal G.A.G.P. Baron van der Capellen atas usulan Caspar George Carl Reinwardt, Direktur Pertanian, Seni dan Pendidikan untuk Pulau Jawa pada 15 April 1817.
Reinwardt yang berkebangsaan Jerman diangkat sebagai Direktur Pertanian pada 1816. Ia adalah peneliti yang menaruh perhatian penuh pada tumbuhan. Sebagai ahli botani Reinwardt melakukan riset tumbuhan untuk pengobatan dan pertanian.
Penelitian Reinwardt dibantu oleh James Hooper dan W. Kent, seorang kurator Kebun Botani Kew di Richmond, Inggris. Awalnya kebun botani Bogor luasnya t sekitar 47 hektar yang meliputi areal sekitar Istana Bogor dan bekas Samida, hutan buatan pada masa kerajaan Pajajaran..
Dari 1817 sampai 1822 Reinwardt membangun kebun botani tersebut dengan mengumpulkan berbagai tanaman dan benih tumbuhan dari belahan Nusantara. Karena kesungguhannya maka tak menunggu lama Bogor smenjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Hindia Belanda.
900 spesies tanaman yang dikumpulkan Reindwardt hidup di kebun botani Bogor dan Reindwardt lantas merintis pembangunan herbarium yang bernama Herbarium Bogoriense.
Pendirian Herbarium Bogoriense berawal surat keputusan Gubernur Jenderal Belanda pada 14 Agustus 1841 berupa perminyaan adanya tempat khusus di kawasan Kebun Raya Bogor untuk mewadahi koleksi herbarium yang sangat berharga
Tahun 1844 Herbarium itu kemudian menjadi lembaga resmi. Kini i koleksi spesimen tumbuhan yang diawetkan di herbarium mencapai jutaan contoh yang terdiri dari herbarium basah, kering, fosil tumbuhan , tumbuhan berbiji dan ribuan mikroba jamur.
Reinwardt menjadi direktur selama lima tahun. Hasil kerjanya dalam taksonomi dikatalogkan oleh Carl Ludwig Blume pada tahun 1823 yang mencatat 914 tumbuhan di Kebun Raya. Reinwardt pulang ke Belanda Tahun 1823 dan mengajar ilmu tumbuh-tumbuhan di Universitas Leiden .
Selain pendiri Kebun Raya Bogor , Reinwardt adalah orang pertama yang mendaki Gunung Gede. Kecintaanya pada tumbuhan membuatnya rajin mendaki gunung-gunung lainnya di Pulau Jawa. Ia juga menulis buku-buku tentang geologi dan tumbuhan. Tahun 1854 Prof. Caspar George Carl Reinwardt tutup usia.
Atas jasa-jasanya dalam pendirian Kebun raya Bogor maka P tanggal 17 Mei 2006 Duta Besar Jerman Broudré-Gröger bersama-sama dengan Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Umar Anggara Jenie, meresmikan Tugu Peringatan Reinwardt yang terletak di komplek Kebun Raya Bogor.
Cikal bakal Kebun Raya Bogor adalah hutan buatan yang disebut samida. Hutan tersebut dibangun pada masa Prabu Siliwangi berkuasa di pajajaran. Nama samida sebagai kawasan hutan yang disakralkan dan dilindungi kerajaan termaktub dalam prasasti batu Tulis Bogor.
Suhamir dan Salmun menduga bahwa lokasi Istana Bogor di Kebun Raya adalah lokasi keraton Pajajaran. Dugaan mereka berdasarkan keberadaan Leuwi Sipatahunan yang masyhur dalam pantun pantun buhun berada di kebun Raya Bogor.
Leuwi tersebut merupakan tempat mandi putri istana sehingga dikaitkan dengan letak istana Pajajaran yang tak jauh dari Sipatahunan. Namun dugaan itu tidak didukung oleh data ilmiah yang kuat.
Nama samida memiliki beberapa pengertian. Dalam bahasa kawi samida ditulis samiddha bermakna kayu bakar. Dalam bahasa sansekerta samidha adalah nama dari pohon Plasa atau Chamata. Tanaman Plasa dalam agama Hindu merupakan wujud dari dewa Agni.
Kayunya Plasa kurang bagus untuk bahan bangunan, namun cocok digunakan untuk kayu bakar. Oleh karenanya potongan kayu Plasa digunakan dalam upacara ritua api suci agnihotral untuk memuja Hyang Agni.
Bunga dari pohon Plasa juga digunakan untuk memuja Dewa Siwa dalam hari suci Śhivaratri. Dan sang Buddha Medhankara (Buddha sebelum Gautama) mendapat pencerahan melalui Pohon Plasa
Selain tanaman yang memiliki makna sakral dalam religi agamaHindu dan Buddha, Pohon Plasa banyak memiliki manfaat bagi kesehatan. Bunga, batang, dan daun tanaman dapat digunakan untuk mengobati peradangan, pembengkakan, penyakit kulit, disentri, diabetes, mengobati gigitan ular, dan lainnya.
Daunnya dapat digunakan untuk bungkus makanan. Getahya yang akan mengeras disebut gom yang damnaaftkan untuk bahan pewarna dan penyamak. Juga digunakan sebagai pengelat dalam obat tradisional. Bunganya yang cantik berwar na jingga kemerahan digunakan sebagai pewarna katun dan menandai dahi bagi pemeluk agama Hindu.
Begitu banyak manfaat Plasa atau samida yang beranama latin Butea monosperma ini. maka tidak heran jika pada masanya dijadikan tanaman penting yang berguna bagi kehidupan.