POTPOURRI

Abu Yazid Al-Busthami dan Tawaran Menggantikan Para Penghuni Neraka

“Orang malang! Aku sendiri telah mencari Abu Yazid selama tiga puluh tahun tetapi tiada jejak atau tanda-tanda mengenai dirinya yang dapat kutemui,” sahut Abu Yazid.

JERNIH– Pada suatu malam Abu Yazid merasa tidak memperoleh kekhusyukan dalam shalatnya. Maka berkatalah ia kepada muridnya :

“Carilah jika ada barang berharga di dalam rumah ini.”

Murid-muridnya mencari-cari lalu menemukan setengah tandan anggur. Kemudian Abu Yazid memerintahkan, “Bawalah anggur-anggur itu dan berikan kepada orang-orang lain. Rumahku ini bukan toko buah-buahan.”

Setelah itu Abu Yazid dapat melakukan shalat dengan khusyuk.

                                                **

Pada suatu hari seseorang berkata kepada Abu Yazid, “Sewaktu ada orang yang me-ninggal dunia di Tabaristan, kulihat engkau di sana bersama Khidir AS. Dia merangkul-kan tangannya ke lehermu sedang engkau menaruh tanganmu ke punggungnya. Ketika para pengantar pulang dari pemakaman, kulihat engkau terbang ke angkasa.”

“Ya, segala yang engkau katakan itu benar-benar terjadi,” jawab Abu Yazid.

**

Pada suatu hari seorang lelaki yang tidak mempercayai Abu Yazid datang berkunjung untuk mengujinya. “Katakanlah kepadaku jawaban sesuatu masalah,” katanya kepada Abu Yazid.

Abu Yazid melihat betapa lelaki itu tidak mempercayainya di dalam hati. Maka berkatalah Abu Yazid,“Di atas sebuah gunung ada sebuah gua dan di dalam gua itu ada seorang sahabatku. Mintalah padanya untuk menjelaskan masalah itu kepadamu.”

Lelaki itu segera pergi ke gua yang dikatakan Abu Yazid. Tetapi yang dijumpainya di sana adalah seekor naga yang besar dan sangat menakutkan. Menyaksikan hal itu ia pun jatuh pingsan dan pakaiannya menjadi kotor. Begitu kembali siuman cepat-cepat ia meninggalkan tempat itu, tetapi sepatunya tertinggal.

Ia lalu kembali kepada Abu Yazid. Sambil bersujud di kaki Abu Yazid ia bertaubat. Abu Yazid berkata kepaanya,”Maha Besar Allah! Engkau tidak berani mengambil sepatumu hanya karena takut kepada makhluk-Nya. Apabila engkau takut kepada Allah, bagaimanakah engkau berani mengambil “Rahasia” yang engkau cari di dalam keingkaranmu?”

                                                **

Pada suatu hari seorang lelaki datang dan menanyai Abu Yazid Al-Busthami tentang hal rasa malu. Abu Yazid memberikan jawaban dan seketika itu juga orang tersebut berubah menjadi air. Saat kemudian masuk pula seorang lelaki, setelah melihat genangan air itu ia bertanya kepada Abu Yazid, “Guru, apakah itu?”

Abu Yazid menjawab, “Seorang lelaki masuk lalu bertanya tentang rasa malu. Aku memberikan jawaban. Mendengar penjelasanku itu ia tidak dapat menahan dirinya dan karena sangat malu tubuhnya berubah menjadi air.”

                                                **

Hatim Si Tuli berkata kepada murid-muridnya :“Barang siapa di antara kamu yang tidak memohon ampunan bagi penduduk neraka di hari Berbangkit nanti, ia bukan muridku.”

Perkataan Hatim ini disampaikan orang kepada Abu Yazid. Kemudian Abu Yazid menambahkan,”Barang siapa yang berdiri di tebing neraka dan menangkap setiap orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, kemudian mengantarkannya ke surga lalu kembali ke neraka sebagai pengganti mereka, maka ia adalah muridku.”

                                                **

Suatu ketika pasukan kaum Muslimin berperang melawan Bizantium. Mereka hampir dapat dikalahkan musuh. Tiba-tiba mereka mendengar sebuah seruan : “Abu Yazid, tolonglah!”

Seketika itu juga api menyembur dari arah Khurasan sehingga pasukan orang-orang kafir mati ketakutan dan pasukan kaum Muslimin dapat memenangkan pertempuran.

                                                **

Abu Yazid Al-Busthami ditanya orang,“Bagaimana engkau dapat mencapai tingkat kesalehan yang seperti ini?”

“Pada suatu malam ketika aku masih kecil,” jawab Abu Yazid, “Aku keluar dari kota Bustham. Bulan bersinar terang dan bumi tertidur tenang. Tiba-tiba kulihat suatu kehadiran. Di sisinya ada delapan belas ribu dunia yang tampaknya sebagai sebuah debu belaka. Hatiku bergetar kencang lalu hanyut dilanda gelombang ekstase yang dahsyat.”

“Aku berseru, “Ya Allah, sebuah istana yang sedemikian besarnya tapi sedemikan kosong. Hasil karya yang sedemikian agung, tapi begitu sepi! Lalu terdengar olehku sebuah jawaban dari langit,” “Istana ini kosong bukan karena tak seorang pun memasukinya tetapi karena Kami tidak memperkenankan setiap orang untuk memasukinya. Tak seorang manusia yang tak mencuci muka pun yang pantas menghuni istana ini.”

“Maka aku lalu bertekad untuk mendoakan semua manusia. Kemudian terpikirlah olehku bahwa yang berhak untuk menjadi penengah manusia adalah Muhammad SAW. Oleh karena itu aku hanya memperhatikan tingkah lakuku sendiri. Kemudian terdengarlah suara yang menyeruku,“Karena engkau berjaga-jaga untuk selalu bertingkah laku baik, maka Aku muliakan namamu sampai hari Berbangkit nanti dan ummat manusia akan menyebutmu raja para mistik.”

                                                **

Abu Yazid Al-Busthami mengatakan,” Sewaktu pertama kali memasuki Rumah Suci, yang terlihat olehku hanya Rumah Suci itu. Ketika untuk kedua kalinya memasuki Rumah Suci itu, yang terlihat olehku adalah Pemilik Rumah Suci. Tetapi ketika untuk yang ketiga kalinya memasuki Rumah Suci, baik si Pemilik maupun Rumah Suci itu sendiri tidak terlihat olehku.”

Yang dimaksudkan Abu Yazid adalah, “Aku hilang di dalam Allah sehingga tak sesuatu pun yang terlihat olehku tentulah Allah.”

Kebenaran penafsiran seperti itu terbukti di dalam anekdot berikut ini.

Pada suatu malam seorang lelaki datang ke rumah Abu Yazid dan memanggilnya.

“Siapakah yang engkau cari?” tanya Abu Yazid.

“Abu Yazid,” jawab lelaki itu.

“Orang malang! Aku sendiri telah mencari Abu Yazid selama tiga puluh tahun tetapi tiada jejak atau tanda-tanda mengenai dirinya yang dapat kutemui,” sahut Abu Yazid.

Ketika pernyataan Abu Yazid itu disampaikan kepada Dzun Nun, ia berkata,”Ya Allah, limpahkanlah kasih-Mu kepada saudaraku Abu Yazid. Ia telah hilang beserta orang-orang yang telah hilang di dalam Allah.”

                                      **

Abu Yazid Al-Busthami berkata, “Allah Yang Maha Besar telah berkenan menerimaku di dalam dua ribu tingkatan. Di dalam setiap tingkatan itu Dia menawarkan sebuah kerajaan kepadaku tetapi ku tolak. Allah berkata kepadaku,“Abu Yazid, apakah yang engkau inginkan?”. Aku menjawab “Aku ingin tidak menginginkan.” [ ]

Back to top button