Berhari-hari Ratusan Wanita Muslim India Bertahan di Jalanan Shaheen Bagh
Dari berita yang dirilis BBC (4/1/2020), ratusan wanita muslim selama dua minggu ini terus bertahan di musim dingin yang ekstrim di Delhi untuk memprotes Undang-undang Kwarganegaraan baru yang kontroversial. Mereka meninggalkan rumah dan mendirikan tenda di jalanan umum Shaheen Bagh dan terus bertahan sejak 15 Desember 2019. Kaum wanita dari berbagai usia tersebut sebagian besar adalah masyarakat miskin yang terpinggirkan. Dari anak-anak sampai nenek-nenek dengan berbekal selimut tebal, cangkir teh dan lagu-lagu perlawanan tetap bersemangat menyuarakan keadilan kaum muslim dengan caranya sendiri.
Selepas lonceng pergantian tahun berdentang, mereka berdiri menyanyikan lagu kebangsaan India. Aksi yang mereka lakukan itu untuk meminta agar pemerintah India mencabut Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan (CAA) yang mulai berlaku pada 11 Desember. CAA dinilai diskriminatif terhadap umat muslim India karena hanya memberikan kewarganegaraan India bagi para imigran ilegal yang beragama Hindu, Sikh, Buddha, Jain, Parsis, dan Kristen dari Afghanistan, Bangladesh dan Pakistan yang memasuki India pada atau sebelum 31 Desember 2019. Sedangkan Muslim tidak dicantumkan dalam undang-undang tersebut. Hal itu dinilai melanggar Pasal 14 Konstitusi India yang menjamin hak fundamental untuk kesetaraan bagi semua.
“Saya tidak akan meninggalkan negara ini. Dan saya tidak ingin mati sebelum membuktikan bahwa saya orang India,” kata Aasma Khatoon, 70 tahun. Nenek ini tidak meninggalkan tempat protes selama berhari-hari. “Bukan hanya saya. Nenek moyang saya, anak-anak dan cucu-cucu saya, kita semua orang India. Tetapi kami tidak ingin membuktikan ini kepada siapa pun.” Tambahnya.
Pemerintah yang dipimpin Partai Bharatiya Janata mengatakan akan melindungi penganut agama minoritas dari penganiayaan di negara ini. Namun hal tersebut tidak cukup meyakinkan kaum Muslim yang merasa takut terjadi diskriminasi hukum karena dalam CAA tidak ada jaminan amnesti kepada Muslim. Jaminan amnesti dan ijin tinggal dan nuturalisasi hanya disebutkan berlaku terhadap imigran legal Hindu, Sikh, Buddha, Jain, Parsis, dan Kristen dari Afghanistan, Bangladesh dan Pakistan.
Bila CAA diterapkan bersama National Register of Citizens (NRC) maka dapat mengancam kewarganegaraan kaum Muslim karena dalam NRC mengharuskan orang India menyerahkan dokumen bukti kewarganegaraannya. Bagi non-Muslim yang tidak terdaftar tentu dapat berlindung di bawah CAA sebagai warga minoritas. Sedangkan muslim yang tidak memiliki dokumen dan tidak memiliki hak yang sama dapat ditahan atau dideportasi.
“Kami terpaksa protes karena pemerintah tidak adil,” Ujar Firdaus Shafiq, salah satu pengunjuk rasa. “Jika kita gagal membuktikan kewarganegaraan kita maka akan dimasukkan ke pusat penahanan atau dibuang dari negara. Maka sekarang lebih baik memperjuangkan hak-hak kita.” Imbuhnya.
Seorang buruh harian bernama Rizwana Bani menyatakan bahwa Ia telah kehilangan pendapatannya karena tidak bekerja selama berada di lokasi protes siang dan malam. Namun dirinya dan keluarganya lebih takut oleh tuntutan hukum. “Kami tidak tahu di mana dan bagaimana mendapatkan dokumen-dokumen yang bisa membuktikan kewarganegaraan kami nanti,” katanya.
Sementara ini pemerintah India mengatakan tidak memiliki rencana segera untuk mengimplementasikan NRC nasional, Namun gelombang protes terus berlanjut . Termasuk para wanita Muslim yang turut memperjuangkan haknya sebagai warga negara India. Syeda Hameed, pendiri Forum Wanita Muslim yang berbasis di Delhi menyatakan bahwa protes di Shaheen Bagh merupakan hal yang tidak biasa. Karena mereka adalah wanita Muslim biasa, sebagian besar adalah ibu rumah tangga, bukan aktivis.
“Ini adalah pertama kalinya mereka bersuara dalam masalah nasional yang melintasi batas agama dan saya pikir itu penting,” kata Syeda Hameed. “Meskipun ini berhubungan dengan viktimisasi komunitas Muslim, ini juga merupakan masalah sekuler.” Ujarnya lagi.
Para perempuan itu mulai keluar dari rumah pada malam 15 Desember ketika protes dari mahasiswa Universitas Jamia Millia Islamia di Delhi berakhir dengan bentrokan dengan polisi. Saat itu tidak diketahui berapa jumlah perempuan yang turun kejalan namun jumlahnya semakin hari semakin membengkak dan menyebar ke seluruh negri. Beberapa demonstrasi yang terjadi berbuntut pada kekerasan. Namun protes para wanita yang menduduki Shaheen Bagh secara konsisten berlangsung dengan damai.
Kehadiran mereka selama menduduki jalanan mendatangkan pro dan kontrabagi warga Shaheen Bagh lainnya. Warga yang tidak senang menganggap unjuk rasa tersebut menghambat jalur transportasi karena jalan yang ditempati merupakan lalu lintas antara Delhi bagian timur dengan Noida. Beberapa penjaga toko juga menyebutkan pendudukan jalan oleh para wanita itu mengambat bisnis mereka.
Selain yang tidak senang, beberapa pemilik toko lainnya menunjukan solidaritasnya kepada para wanita pengunjuk rasa dengan menyumbangkan makanan. Para pengunjuk rasa menyatakan mereka tidak ingin mengganggu kehidupan siapa pun dan berjanji untuk menjaga ketenangan Shaheen Bagh.
“Hukum telah melanggar konstitusi. Mungkin saat ini kaum muslim yang menjadi target, tetapi kami yakin, secara bertahap akan menargetkan komunitas lainnya. Sebagai seorang muslim saya harus berada di sini untuk saudara-saudari, komunitas, dan semuanya.” kata Humaira Sayed, seorang mahasiswi yang turut bertahan di Shaheen Bagh. (Pd)