Dua Pulau di Sumatra Tenggelam Akibat Permukaan Laut Naik
SINGAPURA—The Straits Times, koran negeri jiran, melansir pernyataan wahana lingkungan Hidup (Walhi) Indonesia yang menyatakan dua pulau kecil yang berlokasi di Sumatra Selatan telah tenggelam sebagai akibat naiknya permukaan air laut yang didorong perubahan iklim. Sementara itu empat pulau lainnya juga tengah berada dalam ancaman tenggelam.
Menurut data Walhi, Pulau Betet dan Pulau Gundul, yang secara teknis berada di bawah wilayah administrasi Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan, telah tenggelam dan masing-masing berada pada kedalaman satu meter dan meter meter di bawah permukaan laut.
“Pulau-pulau ini tidak berpenghuni. Salah satu pulau itu adalah Pulau Betet, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Berbak-Sembilang,” ujar Direktur Eksekutif Walhi Sumatra Selatan Hairul Sobri sebagaimana dikutip The Straits Times.
Koran itu juga mengutip kantor berita Antara yang mewawancarai spesialis kebijakan publik Kementerian Kelautan dan Perikanan, Achmad Poernomo. “Akan ada kenaikan permukaan laut hingga 90 sentimeter pada tahun 2050, yang dapat menenggelamkan 2.000 pulau kecil di Indonesia,” kata Achmad.
Hairul Sobri menegaskan, jika tidak ada upaya signifikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk mengatasi lautan yang terus meningkat, kemungkinan empat pulau lain yang berada di daerah dengan ketinggian kurang dari empat meter di atas permukaan laut, cepat atau lambat pulau-pulau itu akan ikut menghilang.
Keempat pulau yang potensial lenyap itu adalah Pulau Burung, yang saat ini berada di permukaan laut; Pulau Kalong dan Pulau Salah Namo. Keduanya saat ini berada pada ketinggian dua meter di atas permukaan laut; dan Pulau Kramat, yang berada tiga meter di atas permukaan laut. Menurut Walhi, sekarang ada 23 pulau kecil yang terletak di lepas pantai timur Banyuasin, Sumatra Selatan.
Beberapa pulau tidak berpenghuni, sementara di pulau-pulau lainnya, beberapa pulau memiliki penghuni dan penduduk yang tinggal di sana, termasuk Pulau Salah Namo.
Syahrul, kepala unit lingkungan di Pulau Salah Namo, mengatakan sebagian besar penduduk sudah tahu bahwa keadaan laut yang naik dapat menenggelamkan pulau mereka dan sebagian besar penduduk telah memindahkan rumah mereka puluhan meter dari lokasi semula.
Syahrul yang memberikan pernyataan kepada World of Buzz menambahkan, ada ladang besar di depan rumah-rumah penduduk di mana mereka dapat melakukan kegiatan rekreasi di sana, tetapi segalanya telah berubah sekarang. “Tidak ada lapangan di depan rumah kami. Banyak orang juga pindah dari sini,” ujar Syahrul.
Kenaikan permukaan laut yang didorong oleh perubahan iklim, yang datang bersamaan dengan peningkatan suhu panas di bumi. Hal ini merupakan hal yang paling utama yang dapat mengancam negara-negara kepulauan seperti Indonesia, di mana jutaan orang tinggal di daerah pantai dan dataran rendah yang tersebar di sekitar 17.000 pulau.
Menurut Walhi, negara tropis seperti Indonesia lebih rentan terhadap efek pemanasan global, terutama di Sumatra Selatan, di mana penduduknya hidup bergantung pada batubara, minyak, dan gas alam, sehingga berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. [thestraitstimes/matamatapolitik]