POTPOURRI

HP Bekas Untuk Siswa Belajar Online

Seorang jurnalis menggalang kampanye untuk mengumpulkan hp bekas untuk siswa-siswa tak mampu agar dapat mengikuti pelajaran daring.

Jernih — Seorang pemulung datang ke salah satu rumah dan bertanya pada penghuninya, “Apakah ia memiliki Handpone bekas yang tidak dipakai, dan dapat digunakan oleh anak-anaknya untuk mengakses internet?”

Pertanyaan itu membuat Ghina Ghaliya, si pemilik rumah, memiliki ide untuk melakukan kampanye secara luas, untuk mengumpulkan Hp bekas guna membantu para siswa yang tidak mampu mengakses internet, dan melakukan pembelajaran daring.

Ghina yang merupakan seorang jurnalis media cetak nasional mengajak rekan-rekan jurnalis lain membentuk kelompok. Awalnya kelompok tersebut memfokuskan program pada penyediaan makanan dan uang bagi orang-orang yang tidak mampu.

Kemudian mengubah program mereka dengan memberikan ponsel bekas untuk mengakses internet bagi anak-anak yang tidak mampu.

Hal tersebut disebabkan karena banyak siswa yang tidak mampu mengikuti pelajaran secara online yang diselenggarakan oleh sekolah terkait dampak pandemi Covid-19. Salah satunya karena kendala sarana.

Banyak siswa, mulai dari jenjang SD hingga SMA atau sederajat yang tidak dapat mengakses program sekolah daring. Diantara mereka banyak pula yang harus berbagi ponsel dengan saudara-saudaranya yang juga sekolah online.

Bahkan dengan ayah mereka yang bekerja sebagai ojeg online, sehingga harus merelakan jam-jam sibuk sebagai tukang ojeg, karena ponsel yang hanya satu-satunya tersebut digunakan untuk sekolah online.

Para siswa diharuskan mengerjakan tugas yang dikirimkan secara online. Siswa pun harus terhubung dengan teman-teman dan guru, terkadang siswa pun harus melakukan pertemuan online melalui aplikasi zoom.

Ghina dan teman-temannya mengumumkan kampanye melalui media sosial, dan mendapat tanggapan yang luar biasa. Ada yang menyumbangkan unit bekas dan ada pula yang memberikan uang tunai.

Hingga bulan November ini, lebih 200 ponsel telah terkumpul dan tersalurkan. Sementara sumbangan tunai yang terkumpul berjumlah lebih dari 530 juta rupiah, memungkinkan mereka untuk membeli lebih banyak telepon dan juga membeli Internet prabayar untuk penerima.

Sampai saat ini, sumbangan-sumbangan tersebut telah didistribusikan kepada pelajar tidak mampu yang berada di Jakarta dan sekitarnya dan daerah terjauh dan terpencil di Papua.

Ghina dan teman-temannya merasa bahagia karena dapat membantu para siswa mengikuti sekolah online. Ia pun berharap ponsel tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya oleh para siswa.

“Kami sangat berharap ponsel dapat digunakan semaksimal mungkin saat terjadi pandemi,” kata Ghaliya.

Back to top button