Inspirasi dari Letjen Purn Bibit Waluyo : Senjakala Village, Senjakala Sejahtera
“Cikal-bakalnya sudah saya mulai tahun 1998, selepas saya menjabat Danrem. Pangkat saya masih kolonel,” ujar Bibit, Danrem 043/Garuda Hitam, Lampung (1996-1997). Awalnya, ia hanya memiliki 1.000 meter persegi, lalu menjadi 2.000 meter persegi. Seiring berjalannya waktu, luas lahan bertambah. “Sekarang kurang lebih 11 hektare. Yang sudah digarap sekitar tiga hektare. Tempat ini memiliki sejarah panjang. Jangan dilihat hari ini,” ujar Pangkostrad 2002-2004 itu.
JERNIH– Lembah Tidar adalah “rumah” kedua perwira TNI, khususnya TNI-AD. Itu artinya, ketika rombongan PPAD Pusat mengagendakan kunjungan ke kebun pertanian milik Letjen TNI Purn Bibit Waluyo di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, serasa “pulang kampung”.
Nama Letjen TNI Purn Bibit Waluyo sendiri, bagi kebanyakan juniornya di TNI-AD, adalah “legend”. Sepak terjangnya di Timor Timur, misalnya, menginspirasi setiap prajurit Sapta Marga.
Akan tetapi bukan itu alasan Ketua Umum DPP PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo dan rombongan berkunjung ke area pertanian Bibit Waluyo, Kamis (17/2) lalu. Doni dan rombongan ingin melihat dari dekat, kebun pertanian serta objek wisata Senjakala Village milik mantan Gubernur Jawa Tengah, yang berlokasi di Jl. Banyuwangi, Dusun Mendak Selatan, Desa Banyuwangi, Kecamatan Bandongan, Magelang, itu.
Ini adalah rangkaian kunjungan PPAD sekaligus sosialisasi program “politik kesejahteraan” yang digulirkan Ketua Umum PPAD 2021 – 2026. Bibit Waluyo adalah “benchmark” bagi para purnawirawan yang tetap aktif berkarya dan berkiprah untuk bangsa dan negaranya, melalui sektor pertanian dan pariwisata.
Menempuh perjalanan darat kurang lebih dua jam dari Semarang, rombongan berhenti di ujung jalan, dan berganti bus yang lebih kecil. Dari pusat kota Magelang, perlu waktu sekitar 10 menit untuk tiba di Senjakala Village.
Bibit Waluyo dan istri serta para karyawan Senjakala Village serta pengurus dan anggota Hipakad (Himpunan Putra Putri TNI Angkatan Darat) sudah berdiri berjajar menyambut kedatangan Doni Monardo dan rombongan. Sebelum memasuki aula tempat beracara, Bibit mempersilakan Doni menanam pohon matoa yang telah ia siapkan, di halaman depan Senjakala Village.
Bibit Waluyo rupanya paham benar kegemaran Doni menanam pohon. Sebelum menanam pohon, Doni masih sempat menyinggung sedikit tentang matoa. “Bapak tahu tidak, ini matoa jenis apa?” kata Doni kepada Bibit Waluyo.
Doni lantas menyebutkan, bahwa ada tiga jenis matoa yang dibedakan berdasar kulit buahnya. Ketiga jenis matoa itu matoa kulit merah (Emme Bhanggahe), matoa kulit hijau (Emme Anokhong), dan matoa kulit kuning (Emme Khabhelaw). “Wah, saya malah baru tahu,” kata Bibit sambil tertawa.
Usai menanam pohon, Doni dipersilahkan menandatangani prasasti. Pasasti itu yang kemudian diletakkan di depan pohon matoa yang baru saja ditanam.
Jatuh-bangun
Bibit Waluyo yang sudah “nguping” tentang “politik kesejahteraan” yang diusung Doni Monardo membuka kedua tangan, menyambut antusias peluang kerja sama ke depan.
Bibit mengisahkan asal-usul Senjakala Village. “Cikal-bakalnya sudah saya mulai tahun 1998, selepas saya menjabat Danrem. Pangkat saya masih kolonel,” ujar Bibit, Danrem 043/Garuda Hitam, Lampung (1996-1997). Awalnya, ia hanya memiliki 1.000 meter persegi, lalu menjadi 2.000 meter persegi. Seiring berjalannya waktu, luas lahan bertambah. “Sekarang kurang lebih 11 hektare. Yang sudah digarap sekitar tiga hektare. Tempat ini memiliki sejarah panjang. Jangan dilihat hari ini,” ujar Pangkostrad 2002-2004 itu.
Ia mengalami jatuh-bangun. “Saya pernah memelihara sapi, gagal. Lalu beralih ke kambing, gagal. Kolam ikan, juga gagal. Tapi kesimpulannya, kita tidak boleh menyerah. Beruntung kita semua dididik untuk menjadi prajurit yang tangguh dan pantang menyerah,” ujar Bibit pula.
Bibit berpesan kepada para purnawirawan agar tidak berhenti berbuat. Salah satu cara menghindari post power syndrome adalah dengan tetap bekerja. “Jangan takut pensiun. Jangan berhenti bekerja. Harus tetap semangat.,” ujarnya seraya menambahkan, “seperti saya, saat ini benar-benar menikmati hidup di desa dengan bertani. Setiap hari menghirup udara segar.”
Setelah banyak mengalami kegagalan di sektor peternakan, ia fokus ke pertanian dan perkebunan. “Saya tanam sayur-sayuran dan buah-buahan. Beberapa komoditi bahkan sudah ada yang diekspor,” kata Bibit, yang mengaku mempekerjakan tak kurang dari 250 orang.
Selain menanam sendiri, Bibit juga memberdayakan kelompok-kelompok tani di Magelang. Bibit mengumpulkan kelompok tani untuk diberi pendidikan seputar dunia pertanian. Dari mengolah tanah, menanam, hingga menjualnya ke pasar. Sesekali Bibit ikut turun sendiri ke desa-desa untuk membeli hasil pertanian itu lalu menjualnya ke pasaran.
Bibit menyatakan masih tetap memegang tagline pada saat dia menjadi gubernur Jawa Tengah periode 2008-2013. “Saya tetap bali ndeso, mbangun ndeso (pulang ke desa, membangun desa),” ujar Bibit sambil tertawa.
Meski sudah tidak lagi menjadi pejabat publik, Bibit mengaku akan berusaha keras mempertahankan eksistensi pertanian lokal. Sebab, bila serius mengurusi pertanian, kata dia, kedaulatan negara bisa terjaga.
Saat ini, Senjakala Village sudah menjadi salah satu destinasi wisata alam yang ada di Magelang. Selain kuliner, tempat itu juga menawarkan pemandangan gunung. Magelang dikelilingi banyak gunung, antara lain Gunung Tidar, Merbabu, Sumbing. Tak heran jika selain indoor, Senjakala Village juga menawarkan beberapa fasilitas outdoor yang instagramable.
Nama “Senjakala” berarti senja sore, kala waktu. Tempat yang sangat bagus dinikmati sore hari di atas pukul 16.00, sampai malam. Untuk seating area terbagi menjadi indoor, semi outdoor dan juga full outdoor. Di bagian indoor tersedia tempat duduk dari kayu dan sofa. Pada dindingnya memiliki jendela kaca yang cukup besar, sehingga bisa melihat gunung dengan leluasa.
Juga tersedia teras dilengkapi kursi kayu dan rotan. Tak jauh dari situ tersedia area payung-payung. Di bagian outdoor tampak kolam renang yang sepertinya hanya sebagai view point. Di belakangnya terdapat bangungn segitiga yang berfungsi panggung live music. Bagi pengunjung keluarga, tempat ini juga menyediakan semacam mini-zoo.
“Belum semua lahan dikelola. Masih ada sekitar 8 hektare yang belum digarap. Saya mempersilakan PPAD untuk membantu mengelola agar lebih produktif,” ujar Bibit simpatik.
Purnawirawan sejahtera
Menyambut tawaran simpatik, Ketua Umum DPP PPAD, Letjen TNI Purn Doni Monardo mengucapkan terima kasih. Ia kembali mengilas peristiwa Munas IV PPAD, 14 – 15 Desember 2021. Para senior memintanya menjadi Ketua Umum PPAD dengan pesan khusus. “Para senior berpesan agar saya fokus menyejahterakan purnawirawan. Karena itu tidak ada pilihan lain, kecuali membangun jiwa wirausaha,” katanya.
Seperti pengarahan di depan para pengurus DPD PPAD Jawa Tengah sehari sebelumnya, Doni membeber potensi sumber daya alam Tanah Air kita yang begitu berlimpah. Untuk itulah, PPAD telah melakukan sejumlah penandatanganan kesepakatan kerja sama dengan berbagai pihak. Termasuk dari sektor perbankan.
Fokus PPAD ke depan adalah mengatasi problem perumahan bagi para purnawirawan. Selain sektor perumahan, adalah sektor kesehatan. Meski sudah mengalokasikan anggaran yang tidak sedikit, tetapi pemerintah tetap belum bisa menjangkau semua lapisan masyarakat. “Sebagai contoh, asuransi saja tidak mengcover semua jenis penyakit,”kata Doni, kepala BNPB 2019-2021.
Selanjutnya, PPAD terus menggalang kerjasama dengan berbagai pihak di seluruh wilayah Tanah Air. Di sisi lain, PPAD menyiapkan materi pelatihan bagi prajurit yang menjelang masa pensiun, maupun para purnawirawan. “Kami akan memberikan berbagai pelatihan sebagai bekal pensiun,” ujarnya.
Kepada PPAD Jawa Tengah, Doni berharap bisa menindaklanjuti penawaran kerjasama pengelolaan lahan dari Letjen TNI Purn Bibit Waluyo. Lahan yang ada, harus diteliti dan dikaji secara cermat untuk mengetahui, jenis pohon apa yang cocok ditanam. Idealnya, haruslah jenis pohon yang memiliki nilai ekologis sekaligus ekonomis. “Soal bibit pohon jangan khawatir,” ujar Doni, sambil tersenyum.
PPAD Jawa Tengah harus memilih personel yang memiliki kapasitas, keterampilan, dan pengetahuan untuk melaksanakan kerja sama tersebut. Melalui peningkatan keterampilan anggota serta dukungan banyak pihak, diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama, tidak lagi dijumpai persoalan-persoalan klasik menyangkut fasilitas rumah dan kesehatan para purnawirawan. “Kuncinya wirausaha. Semangat entrepreneurship akan terus kami sosialisasikan,” katanya.
Doni memuji keberhasilan Bibit Waluyo. Ia berharap, success story itu bisa menjadi teladan. Apalagi, sampai berhasil menghidupi ratusan tenaga kerja. “Sejatinya, pahlawan masa kini dan masa depan adalah yang bisa menciptakan lapangan kerja,” kata Doni Monardo. [egy]