Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah, Siapa Pun Anda Mengira Diri Anda
Aku kasihan kepadanya atas kesadaran akan kehinaannya dalam kesendirian itu. Padahal, ketika laki-laki yang jauh dari sanak keluarga ini mati, semua penghuni langit dan bumi menangis lantaran kasihan kepadanya. Karena itu, bagaimana Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah Yang Maha Penyayang di antara para penyayang?”
JERNIH—Pada zaman Nabi Musa AS, di tengah Bani Israil hidup seorang lelaki fasik yang tidak pernah berhenti melakukan kejahatan, sementara kaum Bani Israil tak berani mencegahnya karena lelaki itu amat kejam. Maka mereka pun berdoa dngan khusyuk kepada Allah agar terbebas dari ketakutan itu.
Doa mereka ternyata dikabulkan Allah. Allah telah mewahyukan kepada Nabi Musa AS bahwa pada kaumnya, Bani Israil, ada seorang anak muda yang sudah terlalu banyak perbuatan jahatnya. Nabi Musa diperintahkan untuk mengusirnya dari negeri itu supaya mereka tidak ditimpa petaka.
Musa pun menggebahnya dari desa itu. Maka pergilah si pemuda fasik ke salah satu desa yang lain. Allah Taala pun kembali menyuruh Musa untuk mengusirnya. Sekali lagi Musa pun menghalaunya dari desa itu sehingga pergilah si pemuda ke padang luas di suatu tempat yang tidak terdapat manusia di sana.
Matahari bersinar sangat terik memanggang padang yang gersang itu. Si pemuda lama kelamaan makin payah keadaannya. Rasa dahaga dan lapar sangat menyiksa sementara di sana tak ada air atau pun sesuatu yang dapat dimakan. Akhirnya ia jatuh sakit di tempat itu dan tak ada seorang pun yang menolongnya. Ia tergeletak di tanah dan berkata dalam sakitnya.
“Wahai Tuhanku, andai ibuku berada di dekat kepalaku, niscaya ia akan menyayangiku dan menangisiku atas kehinaanku ini. Andaikata ayahku berada di sisiku, tentu ia akan menolongku dan memandikan serta mengafaniku. Andaikata istriku berada di sampingku, ia tentu menangis karena akan berpisah denganku. Dan anadaikata anak-anakku brad di sebelahku, tentulah mereka menangis di belakang jenazahku dan akan berkata,”Ya Allah ampunilah ayah kami yang asing dan lemah dan mendurhaka serta berbuat kejahatan, sehingga terusir dari satu kota ke kota lain, dari satu desa ke desa lain, dari desa ke tanah lapang, dari dunia keluar menuju akhirat dalam keadaan putus asa dari segala sesuatu kecuali dari rahmatMu, ya Allah..”
Pemuda itu pun terus berkata,”ya allah, jika Engkau memutuskan hubunganku dengan ibuku, ayahku, istriku serta anak-anakku, janganlah Engkau putuskan aku dari rahmat-Mu. Dan karena Engkau telah membakar hatiku dengan memisahkan mereka dariku, janganlah Engkau bakar aku dengan api-Mu lantaran semua maksiatku.”
Maka setelah itu Allah mengirim seorang bidadari yang menyerupai ibunya, seorang bidadari lain yang menyerupai istrinya, anak-anak yang menyerupai semua anak-anaknya, juga malaikat yang menyerupai ayahnya. Mereka duduk di sisinya dan menangisi lelaki itu. Tenanglah hati laki-laki fasik tersebut, dan ia pun berkata,” Ya Allah, janganlah Engkau putuskan aku dari rahmat-Mu. Sesungguhnya Engkau maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Tak lama kemudian lelaki tersebut berpulang dalam keadaan suci dan terampuni. Maka Allah mewahyukan kepada Nabi Musa,” Pergilah engkau ke tanah lapang gersang yang pernah kuperintahkan untuk menemuiKu. Di situ telah meninggal seorang wali-Ku, maka mandikan, kafani, salatkan serta kuburkanlah dia.”
Musa AS segera berangkat ke tempat yang diperintahkan. Tatkala sampai, ia melihat laki-laki yang pernah diusirnya dari desa-desa, sebagaimana yang Allah perintahkankan itu tengah dikelilingi para bidadari yang menangisinya. Musa pun bertanya,”Wahai Tuhanku, bukankah ia lelaki fasik yang yang kuusir dari kota dan desa atas perintah-Mu?”
Allah SWT menjawab,”Benar hai Musa. Tetapi aku kasihan kepadanya dan memaafkannya lantaran ratapannya kepada-Ku dalam sakit dan kesepiannya, yang terpisah jauh dari kampung halamannya, kedua orang tuanya, anak-istrinya. Kukirimkan bidadari dalam rupa ibunya dan malaikat dalam rupa ayahnya, serta rupa anak-anaknya. Aku kasihan kepadanya atas kesadaran akan kehinaannya dalam kesendirian itu. Padahal, ketika laki-laki yang jauh dari sanak keluarga ini mati, semua penghuni langit dan bumi menangis lantaran kasihan kepadanya. Karena itu, bagaimana Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah Yang Maha Penyayang di antara para penyayang?” [ dsy]