POTPOURRI

Junaid Al-Baghdadi dan Gurunya yang Mengemis di Pasar

Setelah diketahui jumlahnya adalah 101 dinar, Imam Annuri hanya mengambil satu dinar, dan mengembalikan ke-100 dinar emas yang lain.

JERNIH– Al-Junaid bin Muhammad bin al-Junaid Abu Qasim al-Qawariri al-Khazzaz al-Nahawandî al-Baghdadi al-Syafi’i, atau lebih dikenal dengan Al-Junaid al-Baghdadî, lahir di Nihawand, Persia, tetapi keluarganya bermukim di Baghdad, tempat ia belajar hukum Islam mazhab Imam Syafi’i, dan akhirnya menjadi qadi kepala di Baghdad. Dia mempelajari ilmu fiqih kepada Abu Tsur al-Kalbi yang merupakan murid langsung dari Imam Asy-Syafi’i,

Al-Junaid mempelajari ilmu tasawuf dari pamannya sendiri, Syekh as-Sari as-Saqati, juga seorang wali sufi terkemuka,  hingga ketinggian ilmu Al-Junaid menjadikan dirinya sebagai ulama dan guru tasawuf terkemuka. Kecintaannya terhadap tasawuf sangatlah tinggi, hal itu diungkapkannya dengan mengatakan,” Apabila saya mengetahui suatu ilmu yang lebih besar dari tasawuf, tentulah saya telah pergi mencarinya, sekalipun harus merangkak.”

Dalam sebuah riwayat dikisahkan ada seorang wali besar sekaligus guru Syeikh Junaid Al-Baghdadi selain pamannya. Orang itu adalah Syeikh Imam Abu Ishaq Annuri. Suatu hari, santri Imam Junaid Al-Baghdadi memergoki Syeikh Imam Abu Ishaq sedang meminta-minta alias mengemis di pasar. Mengetahui hal tersebut, para santri segera melaporkannya kepada Imam Junaid.

“Wahai Imam, kami merasa malu karena melihat gurumu, Syeikh Imam Abu Ishaq Annuri sedang mengemis di pasar,” si murid Imam Junaid mengeluh.

Mendapat pengaduan dari muridnya, Syeikh Junaid Al-Baghdadi tidak kaget. Syeikh Junaid berkeyakinan, apa yang dilakukan Imam Abu Ishaq Annuri merupakan bentuk upaya agar orang-orang yang bersedekah kepadanya mendapat pertolongan dari Allah SWT, sehingga mereka selamat di dunia dan akhirat karena terhindar dari sifat kikir serta bakhil.

“Saya mau bersedekah kepada Imam Annuri, saksikanlah oleh kalian apa yang akan terjadi,” jawab Imam Junaid.

Tidak lama kemudian Imam Junaid langsung menyiapkan emas sebanyak 100 dinar dan dilebihinya pula sekeping. Setelah itu ia menyuruh santrinya pergi ke pasar dan memberikan uang tersebut kepada Imam Annuri.

“Wahai Syeikh, kami mau bersedekah, mohon ambillah,”ujar  murid Imam Junaid sambil memberikan emas.

Sedekah tersebut langsung diterima Imam Annuri. Namun sebelum diambil, disuruhnya si murid Imam Junaid menghitung jumlah sedekah yang diberikan. Setelah diketahui jumlahnya adalah 101 dinar, Imam Annuri hanya mengambil satu dinar, dan mengembalikan ke-100 dinar emas yang lain.

Murid Imam Junaid pun pulang. Dilaporkannya kejadian yang ia saksikan, terutama soal pengembalian ke- 100 dinar emas oleh Imam Annuri. Sambil menangis Syeikh Junaid berkata kepada para santrinya, “Beliau seorang ahli hikmah, hanya mengambil hak Allah dan melepaskan hak manusia. [  ]

Back to top button