POTPOURRI

Muslim atau Moslem?

Dr Thomas B Irving, Muslim Amerika yang menerjemahkan Quran ke dalam bahasa Inggris yang pertama dalam versi Inggris-Amerika (Vermont-USA, 1995), dalam kata pengantarnya juga mengkritik ejaan demikian, dengan mengatakan bahwa ejaan “Moslem” biasa dipakai oleh kalangan luar-Islam di Barat yang dalam pengucapannya biasa melenceng.

Oleh  : Ali Audah*

JERNIH—Ejaan kata ‘Muslim’ dalam tulisan atau ucapan dalam bahasa Inggris acapkali ditulis dan dieja “Moslem”. Ini sering kit abaca atau kita dengar lewat siaran radio atau televise di Indonesia. Atau belakangan ini ada yang dalam bentuk stiker yang ditempel di rumah-rumah atau kendaraan. Sepintas lalu ejaan ini mungkin diangap soal kecil, tak penting, tetapi rupanya akan berdampak lain.

Sepanjang yang saya ketahui, dalam dunia internasional ejaan demikian sudah lama tidak dipakai lagi. Sekitar tahun 1950 atau 1960-an, dalam sebuah jurnal Islam yang terbit di Pakistan ada kritik tajam mengenai penggunaan ejaan tersebut, yang dinilai mengandung konotasi yang kurang baik dan tidak tepat, tiada beda dengan ejaan lama kata “Mahomet”.

Dr Thomas B Irving, Muslim Amerika yang menerjemahkan Quran ke dalam bahasa Inggris yang pertama dalam versi Inggris-Amerika (Vermont-USA, 1995), dalam kata pengantarnya juga mengkritik ejaan demikian, dengan mengatakan bahwa ejaan “Moslem” biasa dipakai oleh kalangan luar-Islam di Barat yang dalam pengucapannya biasa melenceng.

Sekarang yang umum dipakai dalam ejaan bahasa Inggris “Muslim” atau “Muslims”. Ejaan ini juga yang kemudian dipakai oleh penerbitan-penerbitan yang lebih otentik seperti Encyclopedia Britannica, Encyclopedia Americana, dan literature ilmiah lainnya berbahasa Inggris dan yang sudah akrab dengan pemikiran dunia Islam.

Beberapa kamus Inggris-Indonesia sampai sekarang masih tetap menggunakan ejaan dengan konotasi yang kurang baik dan sudah ketinggalan itu. Begitu juga dalam kamus-kamus seri Webster’s.  Sedang kamus-kamus Oxford rupanya lebih jeli, yang dalam penerbitan kemudian sudah menggunakan kata “Muslim”. Begitu juga Roeder dalam “Who’s in Indonesia, yang dalam cetakan pertama masih menggunakan ‘Moslem”, rupanya cepat tanggap sehingga pada cetakan kedua sudah diperbaiki dan menggunakan kata “Muslim”.

Lain lagi dengan dengan ejaan kata ‘Muslim”, “Muslimat” dan “Muslimin” dengan huruf depan kapital, yang dalam dunia internasional sudah baku, di Indonesia belakangan ini diubah dan dibakukan oleh Pusat Bahasa menjadi “muslimin”,”muslimat”, dan “muslim”. Kurang jelas alasannya. [ ]

Sumber  : Media Indonesia, 3 November 1995

Back to top button