POTPOURRIVeritas

“No Other Land”, Film Peraih Oscar 2025 yang Sutradaranya Disiksa Lalu Diculik Zionis Israel, Kini Di-“Nobar”kan Forum Artis dan Seniman Peduli Palestina

Dalam siaran resmi Forum Artis dan Seniman Peduli Palestina disebutkan, inisiatif ini lahir dari keprihatinan mendalam atas berlanjutnya genosida dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan zionis Israel terhadap warga Palestina, meski telah ada komitmen gencatan senjata. “Upaya kawan-kawan artis, seniman, dan budayawan selama ini masih bersifat sporadis dan responsif. Kami ingin membuat gerakan yang lebih terintegrasi, kuat, dan berdampak luas,” kata panitia dalam pernyataan tertulis.

JERNIH– Film dokumenter peraih Oscar 2025, “No Other Land”, kini diputar secara bersama atau digelar secara ‘’nonon bareng’’ (nobar) oleh Forum Artis dan Seniman Peduli Palestina, bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Acara ini digelar Rabu (26/3/ 2025), mulai pukul 13.30 WIB di Studio CGV, Lantai 7, FX Sudirman, Jakarta Pusat.

Forum Artis dan Seniman Peduli Palestina terdiri dari sejumlah figur publik dan pegiat seni Tanah Air yang aktif menyuarakan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Mereka antara lain Erick Yusuf, Armand Maulana, Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Dwiki Darmawan, Arie Untung, Rina Novita, dan Annisa Theresia (Terre).

Dalam siaran resmi forum tersebut disebutkan, inisiatif ini lahir dari keprihatinan mendalam atas berlanjutnya genosida dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan zionis Israel terhadap warga Palestina, meskipun telah ada komitmen gencatan senjata. “Upaya kawan-kawan artis, seniman, dan budayawan selama ini masih bersifat sporadis dan responsif. Kami ingin membuat gerakan yang lebih terintegrasi, kuat, dan berdampak luas,” kata panitia dalam pernyataan tertulis.

Pemutaran “No Other Land” dalam kegiatan ini menjadi bentuk solidaritas yang kuat, mengingat salah satu sutradaranya, Hamdan Ballal, baru-baru ini mengalami penganiayaan brutal oleh pemukim Israel bertopeng, dan kemudian diculik tentara Israel dari rumahnya di Susya, wilayah Masafer Yatta, Tepi Barat.

Kekerasan terhadap Hamdan terjadi pada Senin (24/3/2025), saat sekitar 15 pemukim Israel bertopeng menyerang lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Joseph, seorang aktivis dari Center for Jewish Nonviolence, para pemukim mulai melempari batu ke arah warga Palestina dan menghancurkan tangki air di dekat rumah Hamdan. Mereka juga merusak kendaraan Hamdan dengan batu dan mengiris bannya.

“Semua jendela dan kaca depan mobilnya pecah,” kata seorang saksi lain, Raviv.

Hamdan berusaha melindungi keluarganya dari serangan, namun para pemukim mengejarnya hingga ke dalam rumah. Ia dipukuli secara brutal, terutama di bagian kepala dan perut, hingga berdarah. Anggota kelompok aktivis yang merekam kejadian itu mengatakan bahwa lantai rumah Hamdan berlumuran darah akibat serangan tersebut.

Setelah Hamdan memanggil ambulans, tentara Israel justru menyerbu dan menculiknya. Menurut rekannya sesama sutradara, Yuval Abraham, tidak ada kabar apa pun tentang keberadaan Hamdan sejak saat itu. “Tentara menyerbu ambulans yang dia panggil, dan membawanya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan dirinya sejak itu,” kata Yuval melalui akun X pada Senin (25/3/2025).

Basel Adra, rekan Hamdan yang juga turut menyutradarai film ini, menyebut bahwa kekerasan terhadap warga Palestina semakin meningkat sejak “No Other Land” memenangkan Oscar. “Kekerasan pemukim meningkat di sini. Mungkin ini balas dendam karena film dan Oscar,” katanya. Ia juga menyatakan bahwa tentara Israel menembak ke udara untuk mencegah siapa pun menolong Hamdan, sementara para pemukim menyerangnya tanpa dihentikan.

MUI secara terbuka mengecam tindakan penangkapan dan kekerasan terhadap Hamdan. “Atas nama MUI kami sampaikan turut berduka atas apa yang telah dialami oleh Hamdan Ballal. Semoga Hamdan segera ditemukan keberadaannya, selamat, bisa memperoleh perawatan yang baik,” kata Sudarnoto Abdul Hakim, ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional.

Sudarnoto menyebut bahwa “No Other Land” telah mendokumentasikan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel dengan sangat kuat. “Hamdan Ballal dan sutradara lainnya melalui film ini mempertontonkan kebusukan yang tak terbantahkan,” kata dia.

Ia menyerukan agar para seniman, intelektual, agamawan, dan masyarakat luas bersatu melawan kekejian sistemik yang dilakukan Israel. “Jangan biarkan kehidupan dan peradaban dihancurkan. Kita tuntut para penjahat kemanusiaan, penjahat perang, penjahat hukum untuk segera ditangkap dan diadili,” ujar Sudarnoto.

Film “No Other Land” merupakan dokumenter kolaboratif Israel-Palestina yang menampilkan kisah perjuangan keluarga Palestina menghadapi penggusuran dan kekerasan di Tepi Barat. Film ini juga mencerminkan hubungan persahabatan yang tumbuh antara aktivis Palestina dan pembuat film asal Israel, yang bersama-sama menyuarakan keadilan.

Film tersebut sebelumnya telah tayang dan meraih penghargaan di berbagai festival internasional, termasuk di Berlin, Toronto, Vancouver, dan New York. Meski belum memiliki distributor resmi di Amerika Serikat, para pembuatnya memutuskan merilis film ini secara mandiri.

Forum Artis dan Seniman Peduli Palestina menyatakan bahwa aksi nonton bareng ini adalah bagian dari perjuangan budaya melawan penjajahan. “Kami ingin karya menjadi bagian dari perlawanan. Bukan hanya sebagai ekspresi, tapi juga tekanan moral dan politik bagi para penindas,” kata Arie Untung.

Informasi kehadiran dalam acara nobar ini dapat dikonfirmasi melalui Nova di nomor +62 851-8220-1212 atau Vijar Kharisma di +62 822-4114-2055. Forum berharap acara ini dapat memperkuat solidaritas publik Indonesia dan memperluas kesadaran kemanusiaan global terhadap tragedi Palestina. [ont]

Back to top button