Pembawa Berita Televisi Tunisia Dicyduk Gara-Gara Baca Puisi Anti Diktator
Pada saat siaran langsung, pembawa acara Amer Ayad membaca puisi “The Ruler” milik penyair Irak Ahmed Matar yang dikenal memiliki puisi satir dan kritis.
JERNIH-Sebuah stasiun televisi di Tunisia ditutup pihak berwenang setelah salah satu pembawa acaranya membacakan puisi anti kediktatoran. Puisi tersebut dibaca oleh Amer Ayad seorang pembawa acara bincang-bincang TV Zitouna.
Peristiwa itu terjadi pada Minggu (3/10/2021), saat sedang siaran langsung, sehingga saat Amer membacakan “The Ruler” oleh penyair Irak Ahmed Matar, juga tersiar secara langsung.
Selama ini Matar dikenal dengan puisi satir dan kritisnya tentang diktator dari dunia Arab.
Amer ditangkap pihak berwenang dengan tuduhan “merusak keamanan negara”. Pejabat negara tersebut juga mengatakan, jika saluran itu telah siaran secara ilegal.
“Zitouna telah menyiarkan secara ilegal selama bertahun-tahun,” kata Nouri Lajmi, presiden Otoritas Tinggi Independen untuk Komunikasi Audio-Visual, kepada kantor berita AFP.
Aparat keamanan menangkap Amer segera setelah selesai siaran itu. Amer merupakan satu dari puluhan penangkapan dan penahanan yang menjadikan jurnalis dan anggota parlemen sebagai target, terutama jurnalis dan anggota parlemen yang selama ini dikenal berseberangan dengan pemerintah.
Melalui media sosial Facebook, pada Rabu (5/10/2021), Zitouna memposting berita bahwa pasukan keamanan telah menyerbu studionya dan mulai merusak peralatan.
Zitouna mulai mengudara pada 2012, menyusul jatuhnya penguasa lama Zine al-Abidine Ben Ali dalam sebuah pemberontakan. Peristiwa ini menjadi pemicu terjadinya gelombang protes serupa di seluruh dunia Arab.
Pada 2015, beberapa peralatan Zitouna disita namun tetap beroperasi. Mereka menyatakan penentangan terhadap tindakan presiden.
Zitouna dituduh telah mengkritik penangguhan parlemen yang dilakukan Presiden Kais Saied, baru-baru ini.
Sejak dilantik, Presiden Saied meyakinkan dia tidak akan menjadi seorang diktator dan berjanji akan menegakkan hak-hak dan kebebasan. Sejak Juli 2021, Presiden Saied, mencabut imunitas para anggota parlemen dan mengambil alih otoritas eksekutif. (tvl)