POTPOURRI

Prasasti Sankhara, yang Konon Dijual Keluarga Adam Malik ke Tukang Loak

Dikabarkan prasasti itu dijual ke tukang loak yang lewat di depan Museum Adam Malik. Menurut info lain, Prasasti Sankhara dibeli oleh seorang kolektor dari Italia. Prasasti Sankhara dijual oleh keluarga Adam Malik sekitar tahun 2000-an.

JERNIH– Salah satu koleksi Museum Adam Malik—kini tampaknya sudah tiada– yang dianggap spektakuler adalah Prasasti Sankhara. Namun sampai kini belum diketahui nasib prasasti tersebut.

Dikabarkan prasasti itu dijual ke tukang loak yang lewat di depan Museum Adam Malik. Menurut info lain, Prasasti Sankhara dibeli oleh seorang kolektor dari Italia. Prasasti Sankhara dijual oleh keluarga Adam Malik sekitar tahun 2000-an.

Prasasti Sankhara berperan besar untuk penyusunan sejarah kuno Indonesia. Prasasti itu berbahan batu, panjangnya sekitar 75 sentimeter. Bahasa yang digunakan di dalamnya adalah Sansekerta. Rupanya prasasti tersebut merupakan bagian akhir.

Menurut penelitian para arkeolog, Prasasti Sankhara sebenarnya ditulis di atas dua batu. Namun batu pertama yang memuat permulaan prasasti belum ditemukan.Dengan demikian tidak diketahui dengan pasti kapan prasasti itu dikeluarkan. Dari segi paleografi (ilmu yang mempelajari perbandingan huruf), diperkirakan Prasasti Sankhara berasal dari pertengahan abad ke-8 Masehi.

Melihat bagian belakang prasasti yang tidak rata dan ada bagian yang merupakan tonjolan, diduga kuat dulu prasasti ini ditempatkan dalam sebuah bangunan. Seorang kolektor dari Solo pernah mengatakan bahwa prasasti itu berasal dari suatu tempat yang masih ada sisa-sisa bangunannya yang berlandaskan agama Buddha. Bangunan itu tidak terlalu besar dan terbuat dari bata (Sejarah Nasional Indonesia II, 1984:103-104).

Pada prasasti yang tersisa itu terurai keterangan bahwa pada suatu ketika ayah Raja Sankhara jatuh sakit. Selama delapan hari dia sangat menderita karena panas yang membakar. Akhirnya dia meninggal tanpa dapat disembuhkan oleh pendeta gurunya. Raja Sankhara merasa takut kepada sang guru karena dianggap tidak benar (anêrtaguru).  Karena itu dia meninggalkan kebaktian kepada Sang Siwa, memberikan anugerah kepada bhiksusangha, lantas memindahkan pusat kerajaannya ke arah timur.

Dia lalu membangun Candi Sewu untuk pemujaan kepada Manjusri, Candi Plaosan Lor yang melambangkan kesatuan kerajaan, dan Candi Borobudur untuk pemujaan pendiri Dinasti Sailendra. Menurut epigraf Boechari (1984), Prasasti Sankhara berasal dari suatu masa yang bersamaan dengan terjadinya perpindahan ibu kota Kerajaan Ho-ling (Kalingga) dari She-p’o-tch’eng ke P’o-lu-chia-sse sebagaimana yang termuat dalam Berita Cina masa dinasti T’ang. [  ]

Ditulis Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya dan mantan wartawan ‘Mutiara’ dalam blog beliau.

Back to top button