POTPOURRI

Selama Pandemi, Jumlah Penambang Emas Ilegal Meningkat

Covid 19 telah menghancurkan berbagai sendi ekonomi dunia. Masyarakat banyak yang sulit mencari penghidupan. Disisi lain, dampak pandemi membuat harga emas melonjak tinggi.  Menarik hati sebagian masyarakat untuk  menjadi penambang emas liar. Demi keluarga, mereka harus bertaruh nyawa.

Jernih — Virus korona menghancurkan lapangan pekerjaan di seluruh negeri. Kondisi itu membuat masyarakat berpikir keras untuk melanjutkan hidupnya. Sebagian mencoba peruntungan mencari emas di tambang emas ilegal. Tergiur oleh harga logam mulia yang melonjak.

Dilaporkan dalam AFP, banyak investor dan konsumen yang mengambil emas sebagai investasi karena dianggap paling stabil nilai jualnya. Disaat virus corona menghancurkan ekonomi, harga emas di seluruh dunia mencapai rekor tertinggi di atas US $ 2.000 per ons pada bulan lalu.

Di Indonesia, banyak pekerja tambang illegal yang keukeuh mencari emas ditengah melonjaknya permintaan di industri pertambangan. Mereka  mengesampingkan keracunan merkusi, ancaman penangkapan, bahkan terjebak ditengah baku tembak.

Diantara sekian banyak masyarakat yang berburu emas illegal adalah Mustafa. Setiap hari ia harus kucing-kucingan dengan petugas. Tempat Mustafa berburu nuget adalah di sebuah sungai dekat tambang emas terbesar dunia Grasberg Freeport yang berada di provinsi Papua.

Jika hari baik dan keberuntungan menaunginya ayah dua anak itu mampu mengumpulkan satu gram emas. Cara yang ia lakukan sederhana,  memilah-milah lumpur dengan saringan kain. Hasilnya ia jual ke pedagang lokal seharga sekitar 800.000 rupiah (US $ 55).  Hasil kerja kerasnya itu cukup lumayan untuk ukuran di Papua, daerah termiskin di Indonesia.

Konflik senjata membayangi keselamatan para pemburu emas liar. Pertempuran antara pasukan keamanan dan pemberontak yang mencari kemerdekaan di Papua membuat masyarakat terjebak dalam ketakutan. Terutama kasus-kasus penangkapan yang telah terjadi selama puluhan tahun.

“Ada lebih banyak dari kita di sini sekarang selama pandemi, karena harga emas melonjak,” kata Mustafa kepada AFP dalam wawancara telepon.

Ia juga mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain demi bertahan menghidupi keluarga. Mereka mempertaruhkan nyawa dan resiko ditangkap pasukan

Selain itu, pekerjaan yang mencari emas di sungai  membawa risiko tertular virus corona atau infeksi kulit karena mereka harus mengarungi perairan yang penuh dengan limbah dari tambang terdekat.

“Ini sangat berbahaya bagi kesehatan kami. Saya dan beberapa teman saya menderita penyakit kulit,” kata Mustafa. Namun ia mengatakan sejauh ini tidak ada yang tertular virus.

Bencana Ekologi

Bulan ini, polisis menangkap 400 penambang emas illegal di wilayah konservasi yang terletak di sebelah barat pulau Kalimantan. Kegiatan menambang emas secara ilegal merupakan sebuah kejahatan yang dapat dihukum hingga 15 tahun penjara.

Sustyo Iriyono, direktur pencegahan dan perlindungan hutan kementerian lingkungan mengatakan bahwa pencemaran oleh merkuri di daerah tersebut telah sangat parah dan membahayakan bagi lingkungan dan penambang di daerah tersebut..

Ia juga mengatakan bahwa penangkapan yang terjadi baru-baru ini merupakan aktivitas illegal yang sangat besar.

Menurut Sustyo meski kementrian belum memiliki data yang pasti, namun penambangan ilegal saat ini melonjak secara nasional, termasuk pulau di padat penduduk seperti pulau Jawa dan pulau terpencil seperti Sumbawa.

Sustyo mengemukakan bahwa pendorong dibalik aktivitas tambang illegal adalah mahalnya harga emas selama pandemi virus corona. Pihaknya sedang berusaha mencari solusi. Agar para penambang dapat meraup untung tanpa merusak lingkungan.

Aiesh Rumbekwan, seorang aktivis lingkungan mengatakan karena pandemi orang-orang mulai putus asa mencari makan untuk keluarga mereka.  Maka mereka terpaksa mencari rezeki menambang emas walau tanpa izin.

Tekanan hidup yang keras itu di perparah oleh bantuan dari pemerintah yang lambat menjangkau wilayah kepulauan yang luas itu.

Aiesh yang merupakan kepala jaringan lingkungan hidup Walhi cabang Papua mengatakan bahwa penambang illegal sering menggunakan merkuri untuk mempercepat proses pembuatan emas. Dampaknya limbah merkuri mencemari dan merusak sumber-sumber air seperti sungai, danau dan tanah serta lingkungan disekitarnya. Kerusakan lingkungan berdampak akan menyebabkan bencana ekologi.

Logam merkuri sangat berbahaya bagi manusia. Dapat mengakibatakn kerusakan sistem saraf pada dan kecacatan pada anak yang baru lahir. Tahun 2017 Indonesia sudah melarang penggunaan logam tersebut untuk penambangan artisanal. Namun hingga saat ini, penjualan logam tersebut masih ditemukan di pasar gelap.

Aiesh juga mengatakan banyaknya jumlah migran domestik ke lokasi tambang  tidak dikontrol oleh pihak berwenang.  Padah kegiatan penambangan yang rentan terhadap kecelakaan fatal. Walau dihantui berbagai resiko, para penambang tetap pergi menambang.  Terlebih selama pandemi, jumlahnya terus meningkat. [ ]

Back to top button