“Semerah Darah Sebening Air Mata” Sambut Doni Monardo
Tidak main-main, status itu bahkan dikukuhkan melalui Surat Keputusan DPRD Kota Ambon Nomor 16/KPTS/DPRD/2017 tanggal 13 November 2017, tentang Persetujuan DPRD terhadap Usulan Pemberian Gelar “Warga Kehormatan Kota Ambon” kepada Mayjen TNI Doni Monardo”. Sebelumnya, terbit Surat Walikota Ambon Nomor 478 tanggal 14 November 2017, tentang Pengangkatan Mayjen TNI Doni Monardo sebagai Warga Kehormatan Kota Ambon.
JERNIH– Rumah tua di bilangan Tapal Kuda, Benteng, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, sumringah. Ada aura kebahagiaan, demi menyaksikan pertemuan Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo dan Mayjen TNI Richard Horja Taruli Tampubolon.
Doni adalah Pangdam XVI/Pattimura 2015-2017, sementara Richard HT Tampubolon Pangdam XVI/Pattimura yang saat ini tengah menjabat. Jika Doni lulusan Akmil 1985, maka Richard lulus tujuh tahun kemudian, 1992. Keduanya, sama-sama berasal dari korps baret merah, Kopassus.
Bagi Doni Monardo, kunjungannya ke Ambon, tak ubahnya “pulang kampung”. Selain pernah menjabat Pangdam di sana, Doni juga “warga kehormatan kota Ambon”.
Tidak main-main, status itu bahkan dikukuhkan melalui Surat Keputusan DPRD Kota Ambon Nomor 16/KPTS/DPRD/2017 tanggal 13 November 2017, tentang Persetujuan DPRD terhadap Usulan Pemberian Gelar “Warga Kehormatan Kota Ambon” kepada Mayjen TNI Doni Monardo”. Sebelumnya, terbit Surat Walikota Ambon Nomor 478 tanggal 14 November 2017, tentang Pengangkatan Mayjen TNI Doni Monardo sebagai Warga Kehormatan Kota Ambon.
Nah, “kepulangan” Doni ke Ambon yang kali ini terbilang istimewa. Sebelum masuk kota Ambon, terlebih dahulu Doni melawat ke Sorong, Papua (11/3). Bersama sahabatnya, Franky Tjahyadikarta (Alila Grup) dan Tim NIHI Group.
Di Sorong, Doni naik kapal pinisi mengunjungi Misol. Keesokan harinya, Sabtu (12/3) melanjutkan lawatannya ke Pulau Segaf Misol. Malam hari bergeser ke Bula, masih dengan kapal pinisi. Pemerintah daerah Seram Bagian Timur (SBT) menyambut Doni dan rombongan. Kunjungan ini dalam rangka menetapkan Negeri Banggoi, sebagai bagian dari rencana pengembangan wisata alam.
Usai makan siang, perjalanan dilanjutkan dengan kapal cepat ke Dermaga Tulehu, Kota Ambon. Di sini, sejumlah agenda telah menantinya, termasuk menjadi tamu di rumah dinas Pangdam XVI/Pattimura, Mayjen Richard Tampubolon, seperti tersebut di pembukaan tulisan ini.
Agenda Doni yang juga komisaris utama Mind ID, mengantar bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Haruku. Sumbangan tersebut diberikan PT Sampoerna Kayu bersama BUMN.
Seperti dimaklumi, bentrokan terjadi di perbatasan Desa Kariuw dan Desa Ori, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Rabu (26/1). Dalam bentrokan antarwarga kampung bertetangga itu, sejumlah rumah penduduk di Desa Kariuw terbakar. Aparat kepolisian bahkan ada yang menjadi korban.
Mutiara Maluku
Mayjen TNI Richard Tampubolon tak bisa menyembunyikan rasa senangnya menyambut seniornya. Maklumlah, Doni dan Richard bukan sekali-dua berada pada misi yang sama. Apalagi sebagai sesama korps baret merah. Hubungan keduanya, laiknya abang-adik. Doni sendiri selalu menyebut dan memanggil akrab Richard dengan “RT”.
Lihat saja cara Richard menyambut Doni. “Yang terhormat, Danyon 11 Grup 1/Kopassus. Yang terhormat, Wadanjen Kopassus, yang terhormat Danjen Kopassus, yang terhormat Pangdam XVI/Pattimura yang ke…., dan eh… hampir lupa, yang terhormat Komisaris Utama PT Mind ID, serta yang terhormat Ketua Umum Pengurus Pusat PPAD,” ujar Richard.
Doni tampak tersenyum lebar. Maklumlah… semua jabatan yang disebut Richard di pembukaan sambutannya tadi adalah jabatan-jabatan yang pernah disandang Doni Monardo, seniornya. Begitu kiranya Richard menyatakan respek kepada senior.
“Saya punya banyak sekali kenangan tugas bersama beliau. Maka, ketika saya mendapatkan penugasan di sini, langsung saya berpikir keras… wah… emas biru sudah. Emas hijau sudah. Emas putih, sudah. Apa lagi yang harus saya perbuat untuk Maluku. Tapi beliau selalu mendidik kami para juniornya untuk berpikir out of the box. Akhirnya, saya menemukan program ‘mutiara Maluku’,” ujar Richard.
Konsep mutiara Maluku adalah kesinambungan dari program emas hijau dan emas biru Doni. Konsep dasarnya adalah kesejahteraan masyarakat. Jika masyarakat sejahtera, maka konflik akan teredam dengan sendirinya.
“Jika masyarakat sudah sejahtera, giliran kita bangun watak unggul masyarakat Maluku yang terkenal ramah-tamah dan gotong royong, serta memiliki toleransi yang tinggi. Ini harus kita rawat,” ujar Richard.
Richard menyebut masyarakat Maluku laksana mutiara. Ia bernilai tinggi, karena proses kristalisasi yang begitu lama di dasar laut. Mutiara South Sea –jenis mutiara termahal dengan julukan The Big Girl Pearls, adalah karakter masyarakat Maluku. Peradaban yang terbangun berabad-abad yang lampau, adalah warisan kearifan lokal yang menjadikan masyarakat Maluku istimewa.
“Pendek kata, perut harus kenyang, agar mutiara-mutiara Maluku kembali berkilau. Ketika masyarakat sejahtera, mutiara-mutiara Maluku akan menjelma,” ujar Richard yang malam itu didampingi istrinya, Eka Mey Selly.
Hal lain yang begitu ia puji dari seniornya itu adalah ketajaman daya ingat yang luar biasa. “Waktu, tanggal, tempat, jam, bahkan nama prajurit, beliau ingat betul. Kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Di bawah komando beliau, bahkan tidur pun kita harus mikir. Dan yang paling saya ingat adalah pesan beliau, bahwa tidak ada kata impossible. Semua menjadi possible kalau kita lakukan dengan kerja keras,” katanya. Hadirin pun bertepuk tangan untuk Doni Monardo.
Richard bahkan masih bersinggungan erat dengan Doni Monardo, sewaktu Doni menjabat Kepala BNPB/Ketua Satgas Covid-19. “Menghadapi sakit jantung, demam, atau penyakit-penyakit yang lazim, itu sudah biasa. Tapi yang kita hadapi adalah musuh penyakit yang tak tampak mata. Dan beliau bekerja keras menjadi panglima melawan Covid. Saya tahu beliau tidur di kantor berbulan-bulan ketika menangani Covid-19, sebab saya beberapa kali menghadap” kata Richard yang ketika itu menjabat Kaskogabwilhan I.
Termasuk ketika Richard mendapat tugas menyiapkan Natuna dan Pulau Sebaru untuk penampungan WNI kita dari luar negeri. “Ketika itu saya terbang ke sana, terbang ke sini pakai helikopter seperti konglomerat saja. Semua demi menjalankan tugas. Terbukti, beliau sangat sukses,” kata Richard pula.
“Termasuk terakhir, ketika Pak Doni menjabat ketua umum PPAD, beritanya hampir setiap hari ada. Program kesejahteraan purnawirawan bergemuruh. Sambutannya luar biasa dari seluruh penjuru Tanah Air. Ini membuat kami semangat. Yang sudah purnawirawan saja bersemangat, apalagi kita. Harus lebih semangat,”kata Richard Tampubolon.
Kastil Belanda
Doni Monardo yang mendapat giliran berbicara berikutnya, mengaku sangat senang bisa kembali berada di Ambon. Apalagi, acara diadakan di rumah dinas Pangdam. Sebuah moment yang menguak kembali kenangan lamanya saat ia menjabat Pangdam XVI/Pattimura.
“Rasanya saya pangdam terlama. Hampir dua-setengah tahun saya bertugas di Maluku. Betapa Maluku sangat menyenangkan. Ada banyak kenangan saya tertinggal di sini. Semoga menjadi warisan yang baik,” ujar Doni.
Tak lupa, Doni memperkenalkan anggota rombongan dari BUMN, Angkasa Pura, Pelindo, dari Sampoerna Kayu, dan lain-lain. “Kehadiran saya hari ini, sebagai bagian dari keluarga besar BUMN. Ketika terjadi dinamika serta bencana, semoga BUMN serta Kementerian BUMN bisa memberi kontribusi nyata kepada masyarakat terdampak,” katanya, berharap.
“Kami semua tetap memberi perhatian kepada daerah yang sedang mengalami persoalan,” kata Doni.
Tak lupa, Doni menyampaikan rasa senangnya, ketika Pangdam Richard Tampubolon melanjutkan serta merawat program emas hijau dan emas biru, serta mengakselerasikan agar muncul “mutiara Maluku”. “Yang disampaikan Pak Pangdam tadi sangat tepat. The hungry man, become angry man, orang yang lapar akan menjadi orang yang pemarah,”katanya, menambahkan.
Supaya tidak lapar, perut harus kenyang. Supaya kenyang, harus ada lapangan kerja. Supaya ada lapangan kerja, harus ada investasi. Potensi Maluku sangat terbuka dan berpeluang sangat bagus, utamanya emas biru dan emas hijau. “Saya perhatikan usaha perikanan sudah mulai bangkit. Terbukti adanya peningkatan bahan baku dari nelayan budidaya,” kata Doni.
Juga emas biru. Atsiri, rempah-rempah, kayu, adalah asset Maluku yang jika dikelola dengan baik dan benar, akan mendatangkan kesejahteraan. “Bayangkan, VOC yang berkuasa 3,5 abad di Tanah Air kita, berhasil menjadi perusahaan terkaya di dunia. Asetnya mencapai 7,9 triliun dollar AS. Dua-puluh perusahaan besar dunia digabungkan, asetnya belum bisa menyamai kekayaan VOC,” ujar Doni.
Dari mana kekayaan VOC? Sebagian besar berasal dari Hindia Belanda (Indonesia). Lebih utama lagi, dari daerah Maluku. “Saya lihat kastil-kastil Belanda menggunakan kayu-kayu besar, yang saya yakin bukan jenis kayu yang ada di daratan Eropa, boleh jadi itu kayu-kayu unggulan dari bumi Maluku,” tambahnya.
Bukan hanya itu, ketika Doni pergi ke salah satu objek wisata, ada pemandangan menarik. Sebuah bangunan kayu dengan tulisan berbahasa Belanda yang artinya kurang lebih, “Gudang rempah-rempah. Menjadi kaya dari Indies”. Nah kata Indies adalah Hindia Belanda, atau Indonesia sekarang. “Itu adalah pengakuan yang nyata,” tegas Doni.
Kembangkan wisata
Malam itu, Gubernur Maluku, Murad Ismail sedang berada di Kalimantan, mendampingi Presiden Joko Widodo. Hadir Wagub Maluku, Barnabas Orno. Sebelum menjabat Wagub, ia adalah Bupati Maluku Barat Daya (MBD) dua periode sejak 2011 sampai 2021. “Saya mengenal betul sosok Pak Doni Monardo dan jasa-jasanya bagi Maluku, termasuk Maluku Barat Daya, saat saya menjadi bupati,” ujarnya.
Saat ia menjadi bupati, beberapa kali berdialog dengan Pangdam Doni Monardo. Kepadanya, disampaikan mengenai sejumlah wilayah di Maluku yang berdekatan dengan negara tetangga, antara lain Timor Leste dan Australia (Darwin).
Doni Monardo juga dinilai banyak berjasa mengangkat sektor pariwisata Maluku. “Malam ini kembali kami memohon Pak Doni untuk bisa membantu Maluku meningkatkan daya saing pariwisata Maluku. Problem teritori kepulauan adalah sarana transportasi. Itu harus dibenahi. Sebab, Maluku memiliki wisata bawah laut yang luar biasa, dan sangat layak dijual bagi turis-turis asing,” katanya.
“Sudah saatnya, Maluku menjadikan pariwisata sebagai leading sector,”kata Orno.
Semerah darah
Acara pun ditutup dengan makan malam dan ramah tamah. Doni Monardo memesan khusus ikan bakar dari keramba budi daya laut “emas biru” milik Jefry Slampta, salah satu nelayan yang jadi binaan Doni Monardo. Jefry adalah seorang PNS di Kodam Pattimura. Selain sajian ikan bakar, tampak pula hidangan coto Makassar, sate Padang, dan mie bakso.
Di sela-sela acara makan malam, panitia yang juga menghadirkan hiburan organ tunggal, dimanfaatkan tuan rumah untuk menyanyikan lagu kenangan. Ya, Pangdam Richard Tampubolon mendendangkan lagu yang akrab didengar saat saat latihan atau pun di medan operasi dulu.
Lagu itu berjudul “Semerah Darah Sebening Air Mata”. Lagu berirama mars itu memuat lirik yang sangat menarik:
Semerah darah sebening air mata/Itu semboyan kita
Majulah ayo maju pantang menyerah/Sebelum kita menang
Ingatlah selalu, akan tugas wajibmu/ Tetap insaf dan sadar
Junjunglah selalu nama korp kita/ Ksatria tetap jaya
Siang kepanasan/ Kalau malam kedinginan
Bertempur bertempur/ Terdengar tembakan dari kiri dan kanan
Ayo maju pantang mundur
Komando! [Laporan Egy Massadiah dari Ambon]